ISSN Oleh: Ni Luh Putu Manik Widiyanti Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

nyamuk bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

ISSN No Media Bina Ilmiah 71

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat persebaran penyakit perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

Kajian Tempat Perindukan Nyamuk Aedes di Kawasan Kampus Darussalam Banda Aceh. (Study of Aedes breeding Place in Darussalam area Banda Aceh)

Distribusi Spasial Nyamuk Diurnal Secara Ekologi Di Kabupaten Lamongan

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTIFIKASI DAN KEPADATAN POPULASI LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI LINGKUNGAN FKIP UNIVERSITAS JEMBER

III. METODE PENELITIAN

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOLEKSI REFERENSI NYAMUK DI DESA JEPANGREJO, KECAMATAN BLORA, KABUPATEN BLORA. Dewi Marbawati*, Zumrotus Sholichah*

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

Transkripsi:

ISSN 1829-5282 27 POLA PERINDUKAN NYAMUK YANG DITANGKAP DI PERINDUKAN DI KABUPATEN BULELENG DAN MANFAATNYA SEBAGAI BAHAN PRAKTIKUM DALAM PERKULIAHAN ZOOLOGI INVERTEBRATA Oleh: Ni Luh Putu Manik Widiyanti Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha ABSTRAK Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khususnya pengendalian vektor menjadi perhatian mahasiswa untuk penelitian sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana. Hal ini didasari bahwa, di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui nyamuk masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Pengenalan terhadap vektor ini diberikan pada mata kuliah Zoologi Invertebrata pada semester III. Di samping sebagai bahan perkuliahan, keberadaan vektor yang ada di kabupaten Buleleng juga menentukan pola perindukan vektor yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Hal ini bertujuan di samping melaksanakan pedagogi juga melatih keterampilan mahasiswa. Preparat yang dibuat oleh mahasiswa semester III tahun akademik 2012/2013 pada praktikum Zoologi Invertebrata, sebanyak 12,5% tergolong sangat untuk diamati, 12,5% tergolong untuk diamati, sebanyak 43,75% tergolong katagori kurang, dan sebanyak 31,25% tidak untuk diamati. Pola perindukan larva nyamuk yang ada di kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng secara persisten ditemukan larva nyamuk Anopheles sp, Aedes aegipty dan Culex sp (data dari tahun 2010, tidak dipublikasi). Sedangkan kecamatan lainnya ditemukan larva Aedes sp yang mengarah pada jenis aegipty dan larva nyamuk Culex sp. Kata-kata kunci : mata kuliah Zoologi Invertebrata, larva nyamuk, identifikasi, pola perindukan larva 1. PENDAHULUAN Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Pendidikan Ganesha untuk program S1 adalah dengan pembuatan skripsi. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khususnya pengendalian vektor

ISSN 1829-5282 28 menjadi perhatian mahasiswa untuk penelitiannya. Hal itu dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut. Pembangunan kesehatan adalah bagian penting dari pembangunan nasional. Salah satunya adalah pengendalian vektor penyakit. Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, penyakitpenyakit yang ditularkan melalui nyamuk masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk tersebut antara lain Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, dan filariasis (penyakit kaki gajah). Jumlah penderita DBD pada tahun 2009 mencapai 158.912 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%, Insidence Rate (IR) 68,22/1000 penduduk dan tingkat kematian 1.420. Tahun 2010 jumlah penderita DBD 156.086 kasus dengan CFR 0,87%,IR 65,70/100.000 penduduk dan tingkat kematian 1.358. Pada tahun 2011 jumlah penderita DBD mengalami penurunan menjadi 49.486 kasus dengan CFR 0,81%, IR 20,83/100.000 penduduk dan tingkat kematian 403. Meskipun angka CFR mengalami penurunan sejak tahun 2009 hingga 2011, penyakit DBD masih dianggap sebagai masalah serius. Karena standar nasional IR adalah 2/100.000 dan CFR < 1% (Ditjen P2PL, 2011). Salah satu kompetensi guru yaitu kompetensi profesional, yang salah satunya menguasai media yang memadai. Peranan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah penting. Seorang guru memerlukan bantuan media demi meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Penggunaan media secara tidak langsung turut mempengaruhi semangat dan ketertarikan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peningkatan ketertarikan dan semangat peserta didik pada proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan (Henuhili, 2009). Salah satu mata kuliah yang memerlukan media pembelajaran agar proses perkuliahan tercapai adalah mata kuliah Zoologi Invertebrata. Mata kuliah ini membahas hewan tingkat rendah, yang salah satunya Phylum Arthropoda yaitu kelas insekta sub kelas endopterygota dan ordo diptera antara lain, larva nyamuk. Pengenalan terhadap vektor ini diberikan pada mata kuliah Zoologi Invertebrata pada semester III.

ISSN 1829-5282 29 Mata kuliah Zoologi Invertebrata banyak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, antara lain dengan menangkap larva nyamuk di perumahan penduduk dan lingkungan sekolah yang ada di kabupaten Buleleng. Di samping sebagai bahan perkuliahan, keberadaan vektor yang ada di kabupaten Buleleng juga menentukan pola perindukan vektor yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Larva yang ditangkap kemudian dibuat preparat awetan dan diidentifikasi. Pembuatan preparat awetan larva nyamuk untuk dipelajari oleh mahasiswa Jurdik Biologi, di samping melaksanakan pedagogi juga melatih keterampilan mahasiswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pola perindukan nyamuk yang ditangkap di penampungan air di kabupaten Buleleng? 2. Apa sajakah jenis larva nyamuk yang ditangkap di penampungan air di kabupaten Buleleng? 2. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Bahannya, yaitu larva nyamuk yang ditangkap di penampungan air di kabupaten Buleleng, alkohol dengan konsentrasi bertingkat : 60%, 70%, 80%, 90%, 96% dan xylol, canada balsam. Instrumen penelitian yang digunakan adalah: 1) Kunci identifikasi larva nyamuk, lembar observasi, rubrik dan lembar kerja pengamatan untuk kean penggunaan preparat dalam praktikum Zoologi Invertebrata. Alat laboratorium seperti : mikroskop, jarum pentul, pisau bedah, tisu, gelas objek, gelas penutup, pipet tetes, beker gelas, kertas label dan kamera digital. 2) Alat di lapangan yaitu alat bantu pengambilan sampel di lapangan yakni, cedukan larva dan botol tempat menampung larva.

ISSN 1829-5282 30 Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah preparat larva nyamuk yang ditangkap di perindukan di kabupaten Buleleng, serta penilaian kean preparat sebagai media perkuliahan. Data penelitian berupa gambar atau foto preparat larva nyamuk yang ditangkap di perindukan, dan penilaian kean larva nyamuk sebagai media perkuliahan Zoologi Invertebrata. Metode pengumpulan data struktur morfologi larva nyamuk meliputi 2 tahap yaitu: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. 1) Tahap Persiapan alat dan bahan a) Alat laboratorium : (1) mikroskop, (2) gelas obyek dan gelas penutup, (3) pisau bedah diganti silet, (4) pipet tetes, (5) jarum pentul, (6) beker gelas, (7) kamera digital. Alat lapangan : cidukan larva, penampung larva. b) Bahan: (1) alkohol bertingkat (60%, 70%, 80%, 90% dan 96%), xylol, canada balsam, larva nyamuk dari perindukan c) Menyiapkan instrumen berupa lembar pengamatan preparat larva nyamuk. 2) Tahap pelaksanaan Langkah kerja dari proses pembuatan preparat atau sediaan awetan menurut Widiyanti (1999) adalah sebagai berikut. 1) Dengan menggunakan pipet, mengambil larva dan di tempatkan pada larutan alkohol 60% selama 10 menit dilanjutkan pada larutan alkohol 60%,70%, 80%, 90%, 96 % dan xylol masing-masing 10 menit 2) Menempatkan larva nyamuk pada slide gelas dengan bantuan jarum pentul, dan lakukan pemotongan pada segmen abdominal ke-8 di bawah mikroskop dengan menggunakan scalpel (pisau bedah) diganti silet. 3) Meneteskan canada balsam pada spesimen dan ditutup dengan menggunakan cover glass 4) Mengidentifikasi larva berdasarkan kunci identifikasi. Setelah selesai tahapan pengumpulan data identifikasi larva nyamuk di perindukan oleh mahasiswa dilanjutkan dengan tahap penilaian preparat larva yang dibuat oleh mahasiswa dengan melakukan observasi, yang diamati yaitu morfologi larva nyamuk di bawah mikroskop dan dinilai.

ISSN 1829-5282 31 Data yang terkumpul berupa foto-foto hasil pengamatan dan penilaian pengamatan preparat yang dibuat oleh mahasiswa tahun akademik 2012/2013. Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan (analisis) data yaitu teknik analisis data non statistik yaitu analisis secara deskriptif diuaraikan secara naratif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Standar Kean Preparat Larva Nyamuk dan Kunci Identifikasi Larva Nyamuk (Depkes, 1989; WHO, 1992) Preparat ini dipergunakan sebagai standar pembanding untuk preparat yang dibuat oleh mahasiswa dan dipergunakan sebagai identifikasi larva nyamuk. Culex Aedes Anopheles Kepala : antena bercabang untuk semua jenis Culex Kepala Kepala Thorax tanpa duri atau segmen thorax ke 3 dengan tonjolan seperti duri Thorax dengan duri pada kedua segmen (2 dan 3), untuk identifikasi spesies Abdomen terakhir adanya spirakel, tanpa siphon Duri pada thorax

ISSN 1829-5282 32 Siphon panjang Siphon pendek gemuk Bentuk pecten pada siphon tanpa duri samping Pecten pada siphon dengan duri samping (identifikasi spesies) Pecten pada siphon tanpa duri samping (identifikasi spesies) Hair tuft pada siphon : lebih dari 1 Hair tuft pada siphon hanya 1 Combteeth pada abdomen terakhir : lebih dari satu deret, tanpa duri samping (pembesaran 100x) Combteeth pada abdomen terakhir : tanpa duri samping dan jumlahnya hanya sederet (untuk identifikasi spesies) Comb teeeth pada abdomen terakhir 3-4 deret (pembesaran 400 x) Combteeth pada abdomen terakhir : dengan duri samping dan jumlahnya hanya sederet (untuk identifikasi spesies)

ISSN 1829-5282 33 2) Hasil Pembuatan preparat mahasiswa kelas A dan larva nyamuk yang teridentifikasi. N o Klp Nama spesies larva 1 I Aedes sp Siphon tidak nampak Antena tidak nampak Kondisi Preparat Sampel dari bak mandi Lokasi: Perumahan Jineng Dalem Buleleng Kean Tidak 2 II Culex sp 1. Antena tidak ada Sampel dari genangan air di Perumahan Baktiseraga Buleleng Pemotongan abdomen terlalu ke kaudal (combteeth tdk nampak) Tidak Aedes sp 2. Antena, tdk ada pasangannya -Preparat kotor -Duri salah satu thorax tidak ada Layak 3 III Culex sp -Pemotongan abdomen terlalu ke kaudal (combteeth tidak nampak) Sampel dari vas bunga di Perumahan Sambangan Tidak

ISSN 1829-5282 34 Buleleng Sampel dari Perumahan Jln Bisma Singaraja -Antena tidak ada -Spirakel melipat pasangannya Anopheles sp Kurang 4 V Sampel dari Kerobokan -Preparat kotor -Pasangan tidak nampak Aedes aegypti antena -Commbteeth tidak jelas, karena preparat kotor Layak Pasangan duri pada thorax ke 2 dan 3 tidak ada 5 VI Sampel dari SD 6 Banjar Jawa Buleleng -Salah satu antena - Preparat kotor Kurang putus dari kepala -Siphon tidak ada Pemotong an abdomen Aedes sp terlalu ke kaudal 6 VII Sampel dari genangan air SD di Tamlang -Combteeth tidak jelas -Kepala, thorax dan abdomen menjadi satu Culex sp Tidak

ISSN 1829-5282 35 3) Hasil Pembuatan Preparat Kelas B (Reguler) N o Kelompok Nama Spesies Kondisi Preparat Kean 1 I Culex sp Baik. Lokasi : Sambangan Sangat Antena putus dari kepala Lokasi : bak mandi Baktiseraga Kurang 2 II Aedes sp Salah satu duri thorak tidak nampak 3 Lokasi : Kolam Laboratorium Biologi Antena putus dari kepala III Culex sp Combteeth pada abdomen terakhir tidak nampak Kurang 4 IV Culex sp Baik Lokasi : Bisma Sangat Layak Lokasi : Laboratorium biologi (air kolam) Jurdik Biologi FMIPA Undiksha Pemotongan Combteeth pada abdomen terlalu ke abdomen terakhir kaudal tidak nampak 5 V Culex sp Kurang Lokasi : kolam A. Yani Antena melipat, Combteeth pada 6 Kurang VI Culex sp percabangan antena abdomen terakhir meragukan tidak nampak

ISSN 1829-5282 36 Lokasi : kolam lab biologi Jurdik biologi Kepala dan thorax teripisah Kurang Lokasi : Br. Tegal (Perumahan di Jln. Parikesit) -Antena tidak nampak sepenuhnya (untuk identifikasi) dan antena pasangannya rusak. Terbentuk gelembung udara pada saat penambahan canada balsam. - Thorax rusak 7 VII Anopheles sp Tidak -Abdomen terakhir tidak jelas. Secara Morfologi termasuk dalam genus Anopheles, tetapi pada preparat, spirakel tidak nampak. Bagian kaudal menghitam Pada proses pembelajaran, media berfungsi (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik, (2) melampaui batasan ruang kelas (3) memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya (4) media menghasilkan keseragaman pengamatan (5) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis (6) media

ISSN 1829-5282 37 membangkitkan keinginan dan minat baru (7) media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar (8) media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkret sampai dengan abstrak. Pada kegiatan perkuliahan yang ditunjang oleh kegiatan praktikum biologi menuntut adanya aktivitas mahasiswa, dengan demikian pengembangan media diarahkan pada kegiatan yang ditunjang oleh alat peraga, praktik dan alat observasi. Begitu pula pada mata kuliah Zoologi Invertebrata dalam praktikum Arthropoda, mahasiswa dituntut aktif, salah satunya membuat preparat dan mengamati secara langsung hasil preparat yang telah dibuat untuk dilakukan identifikasi. Dari preparat yang dibuat oleh mahasiswa kelas A, preparat yang tergolong untuk diamati pada praktikum Zoologi Invertebrata sebanyak 25%, tergolong kurang sebanyak 25%, dan sebanyak 50% tergolong tidak untuk diamati. Sedangkan preparat yang dibuat oleh mahasiswa kelas B, preparat yang tergolong sangat diamati sebanyak 25%, sebanyak 62,5% tergolong kurang dan sebanyak 12,5% tergolong tidak untuk diamati pada praktikum Zoologi Invertebrata. Jadi dengan demikian, preparat yang dibuat oleh mahasiswa semester III tahun akademik 2012/2013 pada praktikum Zoologi Invertebrata, sebanyak 12,5% tergolong sangat untuk diamati, 12,5% tergolong untuk diamati, sebanyak 43,75% tergolong katagori kurang, dan sebanyak 31,25% tidak untuk diamati. Keterampilan dalam membuat preparat, merupakan salah satu syarat dalam menghasilkan preparat yang baik. Bagian-bagian tubuh dari larva nyamuk, merupakan kunci untuk diidentifikasi. Kerusakan bagian tubuh menyebabkan bertambah rumitnya dalam mengidentifikasi larva. Setelah dehidrasi cairan tubuh larva dengan alkohol bertingkat, larva secepat mungkin diletakkan pada slide glass dan secepat mungkin dibuat preparat dengan pengamatan di bawah mikroskop. Ketidakan preparat yang dibuat, dikarenakan faktor-faktor, antara lain: pada tahap pengambilan sampel dan pelaksanaan pembuatan preparat.

ISSN 1829-5282 38 A. Pada tahap pengambilan sampel di lapangan akan berpengaruh pada preparat yang dihasilkan. Karena larva yang diambil tidak memandang tingkatan larva, jika larva yang terambil masih dalam instar I atau II, pada saat pembuatan preparat, larva akan rusak oleh dehidrasi alkohol. Sebaiknya yang dipergunakan preparat adalah larva instar III atau IV. B. Pelaksanaan pembuatan preparat antara lain: 1) Penempatan antena larva nyamuk tidak baik di atas slide glass sehingga menyebabkan preparat yang dihasilkan melipat atau antena tidak tampak. 2) Pemindahan larva dari xylol ke slide glass yang tidak tepat, menyebabkan kerusakan bagian-bagian tubuh larva 3) Pemotongan abdomen yang tidak tepat menyebabkan tidak teramatinya bagian larva yang digunakan sebagai kunci identifikasi. 4) Pemberian canada balsam yang tidak tepat (kekentalan dan adanya rongga udara) yang menyebabkan preparat yang dihasilkan menjadi kotor atau berongga udara. Sedangkan faktor yang penting, tetapi tidak mempengaruhi hasil preparat, karena sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur adalah : ketepatan waktu untuk masing-masing dehidrasi pada alkohol bertingkat. Mahasiswa mempergunakan timer yang diset (dari Hand phone) sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Dari pengamatan di laboratorium, pola perindukan larva nyamuk yang ada di kabupaten Buleleng sampai dengan bulan Januari 2013 adalah : 1) Di kecamatan Sawan (desa Jineng Dalem) dan desa Kerobokan masingmasing ditemukan larva nyamuk Aedes sp dan Aedes aegipty. Aedes sp teridentifikasi mengarah jenis aegipty. 2) Di kecamatan Sukasada (Baktiseraga dan Sambangan) masing-masing ditemukan larva nyamuk Culex sp, Aedes sp dan Culex sp 3) Di kecamatan Buleleng (Jln Bisma dan Jln A. Yani) : masing-masing ditemukan larva nyamuk Anopheles sp, Culex sp dan Culex sp. 4) Di kecamatan Buleleng (Jln Parikesit): ditemukan larva nyamuk Anopheles sp

ISSN 1829-5282 39 5) Di Kecamatan Buleleng (SD 6 Banjar Jawa): ditemukan larva nyamuk Aedes sp 6) Di Kecamatan Sawan (Kerobokan): ditemukan larva nyamuk Aedes aegipty 7) Di Kecamatan Kubutambahan (SD di Tamlang): Culex sp Pola perindukan nyamuk dengan mengidentifikasi larva yang ditangkap di tempat perindukan nyamuk yang didapatkan di kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng secara persisten ditemukan larva Anopheles sp (data dari tahun 2010, tidak dipublikasi), Aedes aegypti dan larva Culex sp. Anopheles diketahui sebagai vektor untuk penyakit malaria yang disebabkan oleh protozoa Plasmodium sp (Zaman, 1997; WHO, 1992), Aedes aegypti diketahui sebagai vektor penyakit demam berdarah (dengue fever) yang disebabkan oleh virus dengue (Soegijanto, 2006), penyakit chikungunya (Martin, 2007) dan penyakit demam kuning (Tolle, 2009; anonym, 2012). Sedangkan jenis Culex quinquefasciatus diketahui sebagai vektor untuk penyakit filariasis di perkotaan dan perkampungan di Indonesia (Munif, 1996). 4. PENUTUP 4.1 Simpulan 1) Hasil preparat yang dibuat oleh mahasiswa dalam praktikum Zoologi Invertebrata dengan topik Arthropoda yaitu membuat preparat larva nyamuk, sebanyak 12,5% tergolong sangat untuk diamati, 12,5% tergolong untuk diamati, sebanyak 43,75% tergolong katagori kurang, dan sebanyak 31,25% tidak untuk diamati. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakan preparat yang dihasilkan adalah pada saat pengambilan sampel dan pada saat pelaksanaan. 3) Pola perindukan larva nyamuk yang ada di kabupaten Buleleng secara persisten ditemukan larva nyamuk Anopheles sp, Aedes aegipty dan Culex

ISSN 1829-5282 40 sp di kecamatan Buleleng (data dari tahun 2010, tidak dipublikasi). Sedangkan kecamatan lainnya ditemukan larva Aedes sp yang mengarah pada jenis aegipty dan larva nyamuk Culex sp. 4.2 Saran 1) Diperlukan keterampilan yang memadai untuk membuat preparat awetan yang untuk diamati. 2) Dilakukan penangkapan larva berkelanjutan untuk mengetahui pola perindukan vektor yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Anonym. 2012. CDC Yellow Fever. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arnyana, I. B. P. 2007. Buku Ajar Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Denpasar: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bawa, W. 2003. Buku Ajar Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja. Budiarto, E. 2004. Metodelogi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC. Depkes RI. 1989. Kunci Identifikasi Culex Jentik dan Dewasa di Jawa. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Survey Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). (Online). Tersedia pada http://www.depkes.go.id. Henuhili, V., T. Aminatun dan W. Setianingsih. 2009. Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Internet bagi Guru Biologi SMA di Kabupaten Sleman. Inotek. 13. (2). Martin, E. 2007. Epidemiology : Tropical Disease Follows Mosquitoes to Europe. Science 317 : 1485

ISSN 1829-5282 41 Munif, A., Supraptini, M., Sukirno. 1994. Penebaran Konidiospora Metarhizium anisopliae untuk Penanggulangan Populasi Larva An. Aconitus di Persawahan Rejasari, Banjarnegara. Cermin Dunia Kedokteran. 94 : 32-34 Munif, A. 1996. Cendawan Patogen pada Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus Berasal dari Kubangan Air Limbah Rumah Tangga untuk Menunjang Pengendalian Hayati. Cermin Dunia Kedokteran. 106 : 41-43 Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara. Tolle, M.A. 2009. Mosquito-borne Disease. Curr Probl Pediatr Adolesc Health Care. 39(4): 97-140 Widiyanti, N L P M. 1999. Daya Bunuh Jamur Metarhizium anisopliae terhadap Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus Say. Tesis. Surabaya : Universitas Airlangga. WHO. 1992. Entomological Field Techniques for Malaria Control. Geneva Zaman, V. 1997. Atlas Parasitologi Kedokteran. Edisi II. Alih bahasa Dr. Chairil Anwar, DAP & E, PhD (TM), DAPK., Drs. Med. Yandi Mursal. Jakarta : Hipokrates