BAB II METODE DRILL DAN KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UKURAN PANJANG MELALUI METODE LATIHAN PADA ANAK KELOMPOK B TK KARTIKA KECAMATAN BULANGO TIMUR KABUPATEN BONE BOLANGO

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DRILL TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI KELAS X SEMESTER GENAP SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN. dengan cepat tetapi tidak benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. menghasilkan sesuatu dengan cepat dan tepat.

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar. pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. atau biasa disebut dengan angka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectiviries designed to echieves a

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada peserta didik (siswa) mengenai angka-angka dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya). materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. pasang bagi. Metode Pembelajaran ini merupakan metode untuk menunjukkan. dan mendorong siswa bekerja bersama secara informal.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

Prosiding Pendidikan Agama Islam ISSN:

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH BATANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. terkait, terarah, yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam menjalankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

II. KAJIAN PUSTAKA. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu (a) menyimak, (b) berbicara, (c)

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangatlah pesat, sehingga

Kata Kunci: student facilitator and explaining, hasil belajar PKn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. permainan kasti dengan baik, maka harus menguasai teknik-teknik dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

Penerapan Metode Drill pada Materi Statistika Kelas VII SMP Negeri 10 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2015/2016

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. mereka. 2 Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA. atau berbuat seolah-olah. Dan juga simulation yang berarti tiruan atau

Transkripsi:

BAB II METODE DRILL DAN KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB A. Metode Drill 1. Pengertian Metode Drill Banyak kita temukan di beberapa literatur apa definisi dari metode dengan versi yang berbeda-beda tetapi substansi dari intinya sama. Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan. 17 Peranan dari metode pengajaran itu ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. 18 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar menjelaskan bahwa metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- 17 Ahmad Abu, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Bandung : CV Amrico, 1986),hlm. 152 18 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 184 21

22 kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaankebiasaan yang baik. 19 Metode drill biasa disebut dengan latihan, namun istilah latihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik peserta didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana peserta didik telah menyerap pelajaran tersebut. 20 Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran. Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara bersungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan 19 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 108 20 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM, (Semarang, RaSAIL, 2008), hlm. 7

23 suatu ketrampilan agar menjadi permanen. 21 Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil, atau bisa juga diartikan bahwa metode drill atau biasa disebut metode latihan adalah suatu cara pembelajaran yang lebih mengutamakan keterampilan, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai kosa kata bahasa Arab. 2. Teknik Teknik dalam bahasa Arab disebut uslub atau yang familiar di Indonesia disebut strategi, yaitu kegiatan spesifik yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan merupakan implementasi daripada metode. Teknik bersifat operasional. Karena teknik bersifat implementatif di dalam proses belajar mengajar di kelas, maka ia sangatlah tergantung pada imajinasi serta kreativitas seorang pelajar dalam meramu dan mengatasi berbagai persoalan. 22 Dan bentuk-bentuk metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bertuk teknik, yaitu sebagai berikut : 21 http://adhegora.blogspot.com/2012/04/metode-drill-menurut-para-ahli.html, akses pada 2 Mei 2014. 22 Radliyah Zaenuddin, Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta : PUSTAKA RIHLAH GROUP, 2005), hlm. 32

24 a. Teknik inquiry (kerja kelompok) Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahkan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan. 23 b. Teknik discovery (penemuan) Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi. 24 c. Teknik modul belajar Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi). 25 d. Teknik belajar mandiri. Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 26 3. Tujuan Metode Drill Tujuan metode drill adalah memperolah suatu ketangkasan, keterampilan, tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. 27 23 Abdul Mujid Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm. 226 24 Ibid,.hlm.226 25 Ibid,.hlm.227 26 Ibid,.hlm.228 27 Pasaribu, IL dan B. Simanjuntak, Ditaktik dan Metodik, (Bandung: tarsito, 1986), hlm. 112

25 Strategi belejar mengajar teknik metode drill biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa 28 : a. Memiliki kemampuan motoris atau gerak, seperti menghafalkan katakata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olah raga b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak, mengenal benda, atau bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya c. Memiliki kemampuan menghubungakan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir-hujan, penggunaan lambang atau simbol di dalam peta dan lain-lain. Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat. 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, tidak dapat disangkal bahwa metode ini juga mempunyai kelemahan. Diantara metode drill yaitu : a. Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. 28 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hlm. 125

26 b. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pambagian, tanda-tanda atau simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. d. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya. e. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari. f. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan kelemahan metode drill diantaranya : a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. b. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.

27 c. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis. d. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. 29 Tidak jauh berbeda dengan kelebihan dan kekurangan metode drill yang penulis peroleh dari internet, penulis juga menemukan kelebihan dan kelemahan menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar juga menyebutkan beberapa kelabihan dan kelemahan metode latihan. Diantara kelebihannya yaitu : a. Untuk memperoleh kecakapan motoris b. Untuk memperoleh kecakapan mental c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks 29 http://www.hardja-sapoetra.co.cc, diakses 27 September 2014

28 Sedangkan kelemahannya yaitu : a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan c. Kadang-kadang latihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis e. Dapat menimbulkan verbalisme. 30 Dengan melihat kelebihan dan kekurangan metode drill di atas menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar memang tidak ada satupun metode yang baik dan sempurna, untuk dapat menggunakan metode dengan baik maka guru harus mengkombinasi metode yang satu dengan metode yang lain. 5. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Drill Tidak ada penggunaan satu metode yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran, karena masing-masing selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan, begitu juga dengan metode drill. Tetapi ada beberapa cara mengatasi kelemahan metode drill, diantaranya yaitu : a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb. 30 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 108

29 b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai c. Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan. d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan hal-hal yang bersifat keterpaksaan e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik. 31 6. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Drill Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat / inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini. 32 a. Latihan, wajar dilakukan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain. b. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya penghitungan penggunaan rumus-rumus c. Untuk melatih hubungan, tenggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain 31 http//www.hardja-sapoetra.co.cc, diakses 27 September 2014 32 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru algensindo Offset, 2010), hlm. 87

30 Prinsip penggunaan metode latihan adalah sebagai berikut 33 : a. Peserta didik diberi pengertian secukupnya sebelum meraka melaksanakan latihan. Jadi dalam pembelajaran bahasa Arab materi keterampilan berbicara guru tidak boleh hanya menggunakan metode drill saja, tetapi guru harus menggunakan metode yang lain, seperti metode ceramah. Metode ceramah ini digunakan untuk memberi pengarahan atau pengertian kepada peserta didik sebelum mereka melaksanakan latihan yang diberikan oleh guru. b. Latihan dilaksanakan secara terus menerus, sehingga menjadi kebiasaan. Dalam metode drill peserta didik tidak dituntut untuk latihan dalam waktu yang lama, tetapi peserta didik dianjurkan untuk latihan yang terus menerus sehingga bisa menjadi kebiasaan. c. Disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai taraf perkembangan yang berbeda-beda, jadi guru tidak boleh memaksakan kehendaknya sendiri, melainkan harus memperhatikan keadaan peserta didik. d. Latihan dimulai dari materi yang mudah sampai materi yang sulit. Untuk memperlancar atau mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Arab guru harus menggunakan beberapa strategi, diantaranya yaitu memberikan materi yang mudah terlebih dahulu kemudian materi yang sulit. 33 Moh. Muslim, Penerepan Metode Drill Sebagai Upaya Peningkayan Kemampuan Membaca Alqur an Siswa Kelas V SD Negeri Tegowanu 3 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2010/2011, Skripsi (Semarang,: IAIN Walisongo, 2011), hlm. 16

31 e. Sesuai dengan materi pembelajaran. Guru merupakan fasilisator yang paling dominan dalam proses pembelajaran. Namun demikian guru tidak boleh sembarangan menyuruh peserta didik melakukan suatu latihan, tetapi guru harus menyesuaikan latihan dengan materi yang sesuai. 7. Langkah-langkah Metode Drill Agar metode drill dapat efektif dan berpengaruh positif terhadap pembelajaran bahasa Arab, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Metode drill diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis b. Sebelum latihan dimulai, siswa hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa yang harus dikuasai c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, kalau pada latihan pertama pelajar tidak berhasil, maka guru mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan. d. Latihan tidak perlu lama asal sering, ingat hukum joss, 5 x 2 lebih baik dari 2 x 5, artinya 5 kali latihan 2 jam lebih baik dari 2 kali tapi 5 jam. Peserta didik harus mengetahui bahwa latihan itu mempunyai nilai guna dalam hidupnya

32 e. Sifat latihan, yang pertama harus bersifat ketetapan yang kemudian kecepatan dan akhirnya kedua-duanya dimiliki peserta didik. B. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. 34 Sedangkan pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran pelajaran keterampilan di sekolah adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. 35 Keterampilan berbicara bahasa Arab adalah mengucapkan bunyi suara bahasa Arab dengan benar, dimana huruf kata perkata yang diucapkan keluar melalui jalannya yang sesuai dan benar menurut ahli bahasa. 36 Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di lingkungannya. 34 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-2, Depdikbud (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 1688 35 http://aksay.multiply.com/journal/item/20, diakses pada 20 Mei 2014 36 Abdullah al-gali dan Abdul Hamid Abdullah, Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab, (Padang : Akademia Permata, 2012), hlm. 34

33 2. Tujuan Keterampilan Berbicara Tujuan utama belajar keterampilan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, dan memahamkan apa yang ia inginkan. 37 Sedangkan tujuan umumnya adalah mampu berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan penutur asli bahasa Arab. 38 Keterampilan berbicara merupakan keterampilan kedua setelah keterampilan mendengar (Istima ) dalam pengajaran bahasa Arab. Ketika berada di dalam ruangan, pelajar akan menggunakan keterampilan berbicara ketika menjawab pertanyaan guru secara lisan, mendapat giliran bertanya, atau ikut dalam diskusi dan percakapan. Ketika berada di luar lingkungan sekolah, kemahiran ini akan dipergunakan secara aktif di berbagai ruang lingkup kehidupannya. Menguasai keterampilan berbicara bahasa arab ini akan merealisasikan tujuan umum pengajaran bahasa Arab. 39 3. Latihan dalam Keterampilan Berbicara Latihan-latihan yang diberikan untuk dapat menguasai keterampilan berbicara berupa praktek tentang apa-apa yang sudah didengar dengan secara pasif dalam latihan menyimak. Dapat dikatakan bahwa tanpa latihan lisan yang intensif penguasaan dan pemahaman bahasa Arab secara sempurna akan sulit dicapai. 40 Karena pada hakikatnya, keterampilan 37 Ibid.,hlm 34 38 Ibid.,hlm 35 39 Ibid.,hlm 35 40 Ahmad Izzan, Op. Cit., hlm. 137

34 berbicara merupakan keterampilan yang menggunakan bahasa rumit. Dalam hal ini, keterampilan ini dikaitkan dengan pengutaraan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar dan tepat. 41 Untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Arab, dapat dilakukan latihan sebagai berikut : a. Mendeskripsikan gambar Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab, dalam mendeskripsikan gambar siswa diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gambar atau secara bebas siswa diminta untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar. 42 b. Menceritakan pengalaman Siswa diminta untuk bercerita tentang pengalamannya, seperti rekreasi, pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkankan dan sebagainya. 43 c. Wawancara Wawancara atau dialog dalam keterampilan berbicara sering sekali dilakukan, baik dalam proses pembelajarannya maupun dalam mengukur kemampuan siswa. Dalam wawancara atau hiwar, siswa 41 Ibid.,hlm 138 42 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, ( Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2010), hlm. 53 43 Ibid.,hlm 57

35 diajak berdialog dengan tema tertentu dan dengan kriteria yang telah ditentukan pula. 44 d. Berbicara bebas Berbicara bebas memiliki dua arti, pertama; siswa diminta untuk berbicara sekitar 5-7 menit menggunakan bahasa Arab dengan tema atau judul bebas dari diri mereka sendiri, kedua; berbicara bebas berarti siswa diminta untuk berbicara tentang tema atau judul tertentu sekitar 5-7 menit tanpa diberi point-point atau ide-ide pokok sebagai pedoman mereka dalam berbicara. 45 e. Diskusi Disini siswa diajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanan diskusi bisa juga dilaksanakan dengan model seperti debat terutama jika kemampuan mereka sudah dalam tingkat mutaqadim (tinggi), atau berdiskusi sederhana tentang tema tertentu. 46 C. Aplikasi Metode Drill dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan dari suatu kegiatan belajar yang perlu dilaksanakan secara intensif oleh muridmurid. Metode ini merupaka suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempurnaan 44 Ibid.,hlm. 58 45 Ibid.,hlm. 60 46 Ibid.,hlm. 62

36 dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang dipelajari. Dengan melakukannya secara praktis, pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan dikembangkan. Dengan demikian metode ini tidak sekedar hanya latihan secara mekanis, bukan asal mengulang, tetapi melaksanakan dengan pengertian dan mempunyai tujuan tertentu. Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran yang maksimal diperlukan cara penyampaian yang baik, yang biasa disebut dengan metode mengajar. Metode mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Selain itu bisa juga disebut sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar peserta didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Penentuan dan pemilihan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran

37 agama Islam harus dijabarkan kedalam metode pembelajaran yang bersifat prosedural. 47 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-nsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah ditinggalkan adalah memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang sesuai dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Dalam penggunaan metode terkadang harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah peserta didik juga mempengaruhi metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. 48 Penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan dengan metode. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang sia-sia hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu hanya menurut kehendak guru sendiri yang mengabaikan kebutuhan peserta didik. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. 47 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Cet. V, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 135 48 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 19

38 Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar. Dalam proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain sesuai dengan situasi dan kondisi, karena masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. 49 Diantara metode tersebut adalah metode drill. Tujuan diaplikasikannya metode drill dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa arab diharapkan bisa memberi peningkatan terhadap kemampuan peserta didik dalam berbicara menggunakan bahasa arab yang baik dan benar. Penulis lebih memilih aplikasi dengan metode drill karena bahwa metode ini dianggap metode yang paling tepat untuk diaplikasikan pada maharoh kalam untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa arab. Karena dengan metode drill atau biasa disebut dengan metode latihan peserta didik bisa memanfaatkan waktu belajar mereka untuk berlatih bebicara menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar, jika latihan tersebut dilakukan terus menerus maka akan mendapat hasil yang baik, karena peserta didik sudah terbiasa dengan latihan berbicara bahasa Arab yang baik dan benar yang di sampaikan oleh guru. 49 Ismail, Op. Cit., hlm. 19

39 Metode drill adalah metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk berlatih keterampilan, misalnya keterampilan melafalkan kata-kata, keterampilan melaksanakan gerakan, keterampilan menulis, keterampilan menghafal, keterampilan membaca, dan lain sebagainya. 50 Berangkat dari teori tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode drill dalam pembelejaran bahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab pada kelas IX.1 di MTs Negeri Pemalang. Aplikasi metode drill dalam meningkatkan keterampilan bahasa Arab memiliki arti bahwa dengan diaplikasikannya metode drill pada keterampilan berbicara bahasa Arab dapat memberikan hasil yang lebih baik. 50 Moh. Muslim, Op. Cit., hlm. 30