PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107 / HUK / 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI PEKERJA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

2017, No Indonesia Tahun 2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449); 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN. bahwa saat ini telah ditetapkan Peraturan. dilakukan penyempurnaan untuk menyesuaikan. Menimbang i a.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PRESIDEN REPUBL IK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangk

2 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No.22 2 MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN TATA KERJA BADAN STANDARDISASI DAN AKREDITASI NASIONAL KEOLAH

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN KEHORMATAN PROFESOR.

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERTIMBANGAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 96 TAHUN 2013 TENTANG BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Lembaga Administrasi Neg

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

, No.1901 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tin

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan sertifikasi pekerja sosial profesional belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh pekerja sosial profesional dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jenjang keahlian sejalan dengan mekanisme yang baik; b. bahwa dalam ketentuan mengenai sertifikasi bagi pekerja sosial profesional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan sertifikasi bagi pekerja sosial profesional yang baik sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449); 8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24); 10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25); 11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL. 2

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pekerja Sosial Profesional yang selanjutnya disebut Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 2. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada Pekerja Sosial setelah lulus uji kompetensi. 3. Uji Kompetensi adalah pengujian dan penilaian kompetensi pekerjaan sosial yang meliputi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan praktik pekerjaan sosial yang dilaksanakan melalui penilaian portofolio, ujian tertulis, dan wawancara. 4. Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial yang selanjutnya disebut Lembaga Sertifikasi adalah suatu lembaga independen yang berwenang menguji, menilai, dan menentukan kualifikasi dan kompetensi pekerja sosial. 5. Sertifikat adalah pengakuan terhadap kualifikasi dan kompetensi Pekerja Sosial yang ditetapkan melalui Keputusan Lembaga Sertifikasi. 6. Asesor Sertifikasi adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang dimilikinya diangkat dan diberhentikan oleh Lembaga Sertifikasi untuk melakukan penilaian terhadap kualifikasi dan kompetensi Pekerja Sosial. 7. Asesor Lisensi Tempat Uji Kompetensi adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang dimilikinya diangkat dan diberhentikan oleh Lembaga Sertifikasi untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan tempat uji kompetensi sertifikasi Pekerja Sosial. 8. Kualifikasi Pekerja Sosial adalah tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan yang dipersyaratkan untuk melaksanakan profesi pekerjaan sosial. 9. Standar Kompetensi Pekerja Sosial adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai profesional pekerjaan sosial yang disyaratkan untuk melaksanakan profesi pekerjaan sosial. 3

10. Praktik Pekerjaan Sosial adalah kegiatan profesional oleh Pekerja Sosial membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat, dan pemerintah untuk memperbaiki, mempertahankan, meningkatkan keberfungsian sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang mendukung tujuan mereka. 11. Izin Praktik adalah suatu mandat atau kewenangan yang diberikan oleh Menteri Sosial kepada Pekerja Sosial yang sudah bersertifikat untuk melaksanakan praktik pekerjaan sosial. 12. Tempat Uji Kompetensi adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan Uji Kompetensi Pekerja Sosial. Pasal 2 Sertifikasi Pekerja Sosial dimaksudkan untuk menentukan kualifikasi dan kompetensi Pekerja Sosial dalam praktik pekerjaan sosial berdasarkan standar kompetensi Pekerja Sosial. Pasal 3 Sertifikasi bertujuan: a. memberikan pengakuan atas kualifikasi dan kompetensi Pekerja Sosial; b. meningkatkan tanggung jawab Pekerja Sosial; c. memberikan kepastian hukum dalam praktik profesional bagi Pekerja Sosial;dan d. melindungi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial yang berkualitas. BAB II SERTIFIKASI Bagian Kesatu Jenjang Keahlian dan Standar Kompetensi Pasal 4 (1) Sertifikasi dilakukan dengan memperhatikan jenjang keahlian Pekerja Sosial dan mengacu pada standar kompetensi Pekerja Sosial. (2) Sertifikasi dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenjang keahlian dan standar kompetensi Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. 4

Bagian Kedua Mekanisme Pasal 5 Sertifikasi dilakukan dengan tahapan: a. mengajukan permohonan secara tertulis kepada Lembaga Sertifikasi; b. mengisi formulir dan melengkapi persyaratan yang ditentukan; dan c. mengikuti Uji Kompetensi. Pasal 6 (1) Sertifikasi dilakukan dengan Uji Kompetensi melalui: a. sertifikasi langsung; b. penilaian langsung; atau c. pendidikan profesi. (2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek: a. pengetahuan; b. keterampilan; dan c. nilai. (3) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. penilaian portofolio; b. ujian tertulis; dan c. wawancara. (4) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat independen. (5) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di Tempat Uji Kompetensi yang telah mendapatkan lisensi dari Lembaga Sertifikasi. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tempat Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Keputusan Lembaga Sertifikasi. Bagian Ketiga Persyaratan Pasal 7 (1) Persyaratan mengikuti sertifikasi Pekerja Sosial melalui sertifikasi langsung harus memenuhi ketentuan: a. paling rendah berusia 45 (empat puluh lima) tahun; b. berpendidikan Diploma IV/Strata 1 pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial; dan c. mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 20 (dua puluh) tahun terusmenerus dalam praktik pekerjaan sosial. 5

(2) Persyaratan mengikuti sertifikasi Pekerja Sosial melalui penilaian langsung harus memenuhi ketentuan: a. berpendidikan Diploma IV/Strata 1 pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial; dan b. mempunyai pengalaman praktik dalam bidang pekerjaan sosial secara terus menerus sekurang-kurangnya 1344 (seribu tiga ratus empat puluh empat) jam praktik untuk praktik mikro atau yang setara untuk praktik makro. (3) Persyaratan mengikuti sertifikasi Pekerja Sosial melalui pendidikan profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan tanda registrasi keanggotaan dan rekomendasi dari Asosiasi Profesi Pekerja Sosial. (5) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilengkapi dengan tanda registrasi keanggotaan Asosiasi Profesi Pekerja Sosial. Bagian Keempat Pelaksanaan Pasal 8 (1) Pelaksanaan Sertifikasi langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara penilaian portofolio dan wawancara. (2) Pelaksanaan penilaian langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara penilaian portofolio, ujian tertulis, dan wawancara. (3) Pelaksanaan pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Pekerja Sosial yang telah memiliki sertifikat kompetensi dari negara lain diakui oleh Lembaga Sertifikasi dengan kualifikasi kompetensi sesuai dengan standar sertifikasi di Indonesia. (2) Pengakuan oleh Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk surat keterangan. (3) Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menunjukkan tanda registrasi keanggotaan dan rekomendasi Asosiasi Profesi Pekerja Sosial di Indonesia. 6

Bagian Kelima Pemberian Sertifikat Pasal 10 (1) Pekerja Sosial yang telah lulus uji kompetensi menerima sertifikat dari Lembaga Sertifikasi. (2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setelah melakukan sertifikasi ulang. Bagian Keenam Pembinaan dan Pengawasan Pasal 11 Pembinaan dan pengawasan Pekerja Sosial yang bersertifikat dilakukan oleh Kementerian Sosial dan Asosiasi Profesi Pekerja Sosial. Bagian Ketujuh Izin Praktik Pasal 12 (1) Pekerja Sosial yang telah bersertifikat dapat mengajukan izin praktik kepada Menteri Sosial. (2) Pengajuan izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Menteri Sosial melalui Lembaga Sertifikasi dengan rekomendasi Asosiasi Profesi Pekerja Sosial. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB III DEWAN KEHORMATAN SERTIFIKASI Pasal 13 (1) Dewan Kehormatan Sertifikasi beranggotakan para ahli di bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial berasal dari pilar-pilar pekerjaan sosial. (2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. 7

Pasal 14 (1) Dewan Kehormatan Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Sosial dalam: a. memberikan masukan pengembangan kebijakan strategis terkait dengan sertifikasi Pekerja Sosial; dan b. mengangkat dan memberhentikan anggota Lembaga Sertifikasi. (2) Dewan Kehormatan Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Lembaga Sertifikasi dalam: a. penyelenggaraan sertifikasi; b. pengangkatan dan pemberhentian asesor; dan c. pemberian dan pembatalan sertifikat. BAB IV LEMBAGA SERTIFIKASI Bagian Kesatu Kelembagaan, Tugas, dan Wewenang Pasal 15 (1) Lembaga Sertifikasi berkedudukan di ibu kota negara. (2) Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Menteri Sosial. Pasal 16 Lembaga Sertifikasi mempunyai tugas: a. menyusun panduan umum dan teknis sertifikasi; b. menyusun tata kerja Lembaga Sertifikasi; c. menyusun prosedur operasional standar penyelenggaraan sertifikasi; d. menyeleksi dan menugaskan asesor sertifikasi dan asesor lisensi tempat uji kompetensi; dan e. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas asesor sertifikasi dan asesor lisensi Tempat Uji Kompetensi. Pasal 17 Lembaga Sertifikasi mempunyai kewenangan: a. menyelenggarakan sertifikasi Pekerja Sosial; b. mengangkat dan memberhentikan asesor sesuai dengan kebutuhan; c. menetapkan dan membatalkan sertifikasi Pekerja Sosial; dan d. memberikan lisensi Tempat Uji Kompetensi. 8

Bagian Kedua Organisasi Lembaga Sertifikasi Pasal 18 (1) Organisasi Lembaga Sertifikasi paling sedikit terdiri atas: a. ketua; b. wakil ketua; c. sekretaris; d. bidang sertifikasi; dan e. bidang penjaminan mutu. (2) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi terdiri atas: a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan d. 4 (empat) orang anggota. (3) Lembaga Sertifikasi dibantu oleh: a. asesor sertifikasi; b. asesor lisensi Tempat Uji Kompetensi; dan c. sekretariat. Pasal 19 (1) Keangotaan Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) berasal dari unsur: a. Asosiasi Profesi Pekerja Sosial sejumlah 3 (tiga) orang; b. Asosiasi Lembaga Pendidikan Pekerjaan Sosial sejumlah 2 (dua) orang; c. Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial sejumlah 1 (satu) orang; dan d. Unit Kerja Eselon II Kementerian Sosial yang membidangi sertifikasi sejumlah 1 (satu) orang. (2) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. sehat jasmani dan rohani; c. memiliki rekam jejak yang baik; d. tidak pernah melanggar kode etik; e. memiliki sertifikat Pekerja Sosial; f. berpendidikan paling rendah Strata 2 (dua) pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial; g. berpengalaman praktik pekerjaan sosial selama 5 (lima) tahun; dan h. mendapatkan surat rekomendasi dari Asosiasi Profesi Pekerja Sosial atau Asosiasi Lembaga Pendidikan Pekerjaan Sosial atau Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial. 9

Pasal 20 (1) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (2) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi mempunyai masa tugas paling lama 4 (empat) tahun. (3) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa tugas. Pasal 21 (1) Seseorang dapat diangkat sebagai anggota Lembaga Sertifikasi setelah lulus seleksi yang dilakukan oleh panitia seleksi yang ditetapkan oleh Menteri Sosial. (2) Keanggotaan Lembaga Sertifikasi dapat diberhentikan sebelum masa tugasnya apabila: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri secara tertulis; c. tidak dapat melaksanakan tugas karena sakit maupun alasan lain terus menerus paling lama 3 (tiga) bulan; d. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan e. terbukti melanggar kode etik profesi pekerjaan sosial. (3) Keanggotaan yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggantinya harus memenuhi persyaratan menjadi anggota Lembaga Sertifikasi atas usul organisasi yang diwakilinya dan ditetapkan oleh Menteri Sosial tanpa proses seleksi. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja keanggotaan Lembaga Sertifikasi diatur dengan Keputusan Lembaga Sertifikasi. Pasal 23 (1) Asesor sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf a, bertugas melaksanakan penilaian terhadap portofolio, ujian tertulis, dan wawancara. (2) Asesor lisensi tempat uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b, bertugas melaksanakan penilaian kelayakan Tempat Uji Kompetensi. (3) Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan oleh Pekerja Sosial yang memiliki sertifikat Pekerja Sosial dan telah diseleksi. 10

Pasal 24 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian asesor diatur dengan Peraturan Lembaga Sertifikasi. Pasal 25 (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf c, diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh kepala sekretariat dari Unit Kerja Eselon III Kementerian Sosial yang membidangi sertifikasi. Pasal 26 (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf c berkedudukan di Unit Kerja Eselon II Kementerian Sosial yang membidangi sertifikasi. (2) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk di 6 (enam) Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial. Pasal 27 Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur, tugas, dan fungsi sekretariat diatur dengan Keputusan Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Bagian Ketiga Panitia Seleksi Pasal 28 (1) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Sosial. (2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas melakukan seleksi calon anggota Lembaga Sertifikasi yang meliputi penjaringan, penilaian, dan penetapan hasil seleksi. (3) Calon anggota Lembaga Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan paling banyak 2 (dua) kali jumlah kuota keanggotaan Lembaga Sertifikasi. (4) Dalam hal hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum terpenuhi, dilakukan seleksi lanjutan. (5) Seleksi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), hanya dapat diikuti oleh peserta yang belum pernah terdaftar dan mengikuti seleksi sebelumnya. 11

BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 29 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan sertifikasi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka keanggotaan lembaga sertifikasi yang telah diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2012 tentang Keanggotaan Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, tetap masih berlaku sampai dengan tanggal 25 Oktober 2015. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 725), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 32 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 725), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 12

Pasal 33 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 MARET 2015 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 MARET 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H.LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 379 13