Kata kunci: air limbah, kualitas air, analisa sampel, ramah lingkungan XIV-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB III LANDASAN TEORI

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

Transkripsi:

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di IPAL Sewon Kabupaten Bantul Melalui Kajian Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air dan Lingkungan Sistem Jaringan Limbah Jaka Purwanta Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta Jl. Lingkar Utara (SWK 104), Condong Catur, Depok, Sleman, DIY 55283 Email : jakapurwanta_tlupn@yahoo.co.id, Hp. 0821 3633 9972 ABSTRAK Balai IPAL Sewon Kabupaten Bantul merupakan instalasi pengolah air limbah yang terletak di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Instansi tersebut melakukan pengelolaan limbah dengan sistem terpusat yaitu adanya pipa-pipa saluran air limbah yang mengalirkan air limbah yang berasal dari air buangan/limbah rumahtangga masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, dan kota Yogyakarta, ke IPAL Sewon. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang rutin dilakukan namun demikian anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan tersebut yang berasal dari APBD Provinsi DIY, belum melalui proses pengambilan keputusan yang sistematis. Anggaran yang dikucurkan bukan berdasarkan kebutuhan dana untuk keperluan operasioanal kegiatan tersebut, namun justru berdasarkan pada porsi pembagian yang ditetapkan dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Provinsi DIY. Dikarenakan hal ini maka sangat dimungkinkan terjadi ketidaksesuaian antara dana yang dibutuhkan untuk IPAL Sewon dengan dana yang diterima dari APBD Provinsi DIY. Kondisi seperti ini akan dapat berdampak buruk pada kualitas pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan limbah dan dikhawatirkan kualitas air paada badan-badan air yang teraliri oleh air output Balai IPAL Sewon, akan menurun kualitasnya dan akan mengganggu kualitas kehidupan yang ada pada badan air sungai. Penelitian ini dilakukan berdasarkan SOP Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air dan Lingkungan Sistem Jaringan Limbah di IPAL Sewon, berbagai masukan dan saran dari instalasi terkait di Balai IPAL Sewon, dan data-data sekunder yang terkait. Kemuadian peneliti melakukan olah data dan menganalisisnya sehingga didapatkan hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas terdiri dari 7 jenis kegiatan dan pada kegiatan ke 7 yaitu analisa kualitas air tinja, dicek kandungan logam beratnya. Total biaya pengadaan bahan kimia jika pada analisa terhadap air tinja hanya menggunakan ph saja Rp 478.723.300,00, sedangkan jika parametenyar ph dan logam-logam berat adalah Rp 790.633.000,00. Total Analisa Sampel pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air dan Lingkungan Sistem Jaringan Air Limbah untuk 1 Tahun apabila pada analisa terhadap air tinja hanya menggunakan ph saja Rp 158.594.000,00, sedangkan jika parametenyar ph dan logam-logam berat adalah Rp 809.594.000,00. Jumlah Untuk Pengadaan Alat-alat/Perlengkapan Laboratorium Rp 9.325.000,00. Untuk kajian alternatif pengembangannya direkomendasikan untuk analisa kualitas menggunakan peralataan AAS dikarenakan dari proses analisa lebih cepat, biaya operasional lebih murah, dan lebih ramah lingkungan. Kata kunci: air limbah, kualitas air, analisa sampel, ramah lingkungan XIV-1

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Balai IPAL Sewon Kabupaten Bantul merupakan instalasi pengolah air limbah yang terletak Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Instansi tersebut melakukan pengelolaan limbah dengan sistem terpusat yaitu adanya pipa-pipa saluran air limbah yang mengalirkan air limbah dari masyarakat ke Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Sewon. Air limbah berasal dari air buangan/limbah rumahtangga masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, dan kota Yogyakarta. Seiring dengan fungsi keberadaannya maka Balai IPAL Sewon memiliki manfaat untuk melindungi perlindungan badan-badan air dari pencemaran air limbah rumahtangga, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, serta pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah. Selama ini, sudah dilakukan secara rutin berbagai kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap sistem air limbah, termasuk salah satunya adalah kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas sistem air limbah. (Dokumen IPAL Sewon, 2013). Tujuan Penelitian a. Menentukan acuan dan kajian biaya untuk kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan limbah di Balai IPAL Sewon. b. Membuat kajian alternatif pengembangannya. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (1) bahwa lingkungan hidup adalah segala kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (Anonim, 2009). Dari bunyi undang-undang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan terdiri dari 2 komponen yaitu komponen hidup (makhluk hidup) dan komponen tak hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem. Sumber daya air merupakan sumber daya alam non hayati dan dapat diperbaharui, artinya air termasuk sumber daya alam yang jika habis dapat diperbaharui lagi. Namun jika badan air terus menerus tercemar limbah maka suatu saat air yang bersih akan langka. Untuk itu penggunaan air harus efisien dan selalu dijaga agar tidak tercemar zat-zat berbahaya. Dalam ilmu hidrologi modern, ketiga siklus di alam yaitu siklus hidrologi, siklus erosi, dan siklus biokimia, akan berinteraksi dengan faktorfaktor ekonomi seperti pembangunan dan urbanisasi serta dengan faktor sosial yaitu pertumbuhan penduduk dan perubahan kebiasaan/budaya kehidupan. (Pusposutardjo dan Susanto, 1993) Pengertian Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Klasifikasi Mutu Air adalah pengelompokan air ke dalam kelas air berdasarkan mutu air. Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. (Anonim, 2008). Adanya pengaliran air limbah rumahtangga ke sungai oleh manusia akan menyebabkan penurunan kualitas air. Hal ini dapat terjadi karena masuknya limbah ke badan air. Pengertian limbah yatu sisa suatu usaha dan/ kegiatan. Penurunan kualitas air pada sungai merupakan salah satu bentuk dari pencemaran lingkungan hidup. Sedangkan pengertian pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sedangkan baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. (Anonim, 2009). Sumber-sumber pencemar air dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : a. Pencemaran fisik : pencemaran warna, kekeruhan, zat tersuspensi, busa, radioaktivitas, dan suhu. b. Pencemaran kimiawi, ada 2 macam yaitu : 1) Polutan organik berupa protein, lipid, sabun, deterjen sintetik, karbohidrat, resin, batubara, minyak, dan ter. 2) Polutan anorganik berupa asam, alkali, logam berat, dan garam. c. Pencemaran fisiologi berupa rasa dan bau. Untuk daerah tropis, pencemaran perairan banyak disebabkan oleh limbah organik, yang dapat mengakibatkan : XIV-2

a. Jumlah oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen) di perairan berkurang dan nilainya lebih kecil dari nilai standarnya. b. Timbulnya zat makanan anorganik seperti amonia, nitrat, dan phospor. Zat-zat ini dapat menyebabkan bertambah tingginya kadar hara di dalam ekosistem perairan sehingga meningkatkan pertumbuhan tumbuhan air seperti alga. Jika jumlah alga banyak maka dapat mengakibatkan fluktuasi kadar oksigen perairan. (Cummin, 1977). Air limbah rumah tangga yang dialirkan ke IPAL Sewon tersebut mempunyai kualitas yang lebih jelek dari baku mutu lingkungannya sehingga apabila limbah tersebut langsung masuk ke badan air seperti sungai, maka akan terjadi pencemaran pada badan air tersebut dan sebagai akibatnya, kehidupan tumbuhan dan biota air dalam badan sungai akan terganggu. Sehubungan dengan lokasi penelitian ini berada di Daerah Istimewa Yogyakarta maka peraturan yang akan digunakan adalah merujuk pada Peraturan yang lebih khusus yang mengatur tentang baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Peraturan Gubernur DIY No.20 tahun 2008 tanggal 14 Agustus 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY yaitu: Tabel 1. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No.20 tahun 2008 pasal 5 No. Kelas Keterangan 1 I Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2 II Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3 III Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4 IV Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sumber: Anonim, 2008 Sedangkan baku mutu airnya adalah sebagai berikut : Baku Mutu Air DIY A. Fisika 1. Suhu o C ± 3 o C Terhada p suhu udara 2. Residu Terlarut (TDS) 3. Residu Tersuspensi (TSS) Tabel 2. Baku Mutu Lingkungan Air di Provinsi DIY Satuan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kandungan ± 3 o C Terhada p suhu udara ± 3 o C Terhada p suhu udara ± 3 o C Terhada p suhu udara mg/l 1000 1000 1000 2000 Keterangan Deviasi suhu dari keadaan alamiah mg/l 0 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara kon-vensional, TSS 5000mg/l B. Kimia 1. Ph 6-8,5 6-8,5 6-9 5-9 2. BOD mg/l 2 3 6 12 3. COD mg/l 10 25 50 100 4. DO mg/l 6 5 4 0 Angka batas minimum 5. Pospat mg/l 0,2 0,2 1 5 6. Nitrat mg/l 10 10 20 20 XIV-3

7. Amoniak (NH 3) mg/l 0,5 (X) (X) (X) Bagi perikanan, kan-dungan ammonia bebas untuk ikan yang peka<0,02 mg/l sebagai NH 3 Keterangan : (X)= tidak dipersyaratkan; mg= miligram; l = liter. Sumber: Anonim, 2008 Menurut Odum (1996), klasifikasi organisme pada lingkungan perairan yaitu : a. Plankton, yaitu makhluk hidup yang melayanglayang di permukaan perairan. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. b. Nekton yaitu makhluk hidup yang hidup diperairan dengan gerakan bebas yang terdiri jenis ikan, katak, dan serangga air. c. Benthos yaitu makhluk hidup yang hidup di dasar perairan, biasanya terdiri dari organisme dekomposer, cacing, udang, dan larva serangga. Ketiga jenis biota air tersebut harus dijaga keberadaannya dengaan cara mengolah air limbah dan air limbah yang masuk ke badan air sudah mmemenuhi baku mtu lingkungan. Sedangkan diagram alir pengoperasian IPAL Sewon dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Pipa Limbah Kota Pipa Limbah Kab. Sleman Pipa Limbah Kab. Bantul Saluran Pembawa Rumah Pompa : Bak Pengumpul- Unit Saringan Grift Chamber Bak Pengering Lumpur Kolam Aerasi Fakultatif 1 Kolam Aerasi Fakultatif 2 Kolam Sungai Gambar 1. Diagram alir pengoperasian IPAL Sewon XIV-4

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian a. Penulis melakukan penelitian di Balai IPAL Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. b. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan. Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Satu buah laptop yang digunakan untuk operasional tulis menulis untuk membuat dokumen. b. Satu buah printer yang digunakan untuk pencetakan dokumen. Bahan penelitian Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang kami dapatkan dari: a. Dokumen SOP Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitar Air dan Lingkungan Sistem Air Limbah yang kami dapatkan dari Balai IPAL Sewon. b. Referensi harga bahan kimia yang kami dapatkan dari Toko bahan kimia Alfa Kimia. c. Berbagai masukan dan saran dari instalasi terkait di Balai IPAL Sewon. Cara kerja Pada penelitian ini akan dikaji beberapa hal yaitu sebagai berikut: a. Jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan air limbah beserta lokasi dan frekuensi pengambilan sampel; b. -parameter yang akan dianalisa berdasarkan jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas; c. Kebutuhan bahan kimia; d. pembuatan larutan kimia; e. analisa sampel untuk setiap parameter; f. analisa sampel pada pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan limbah untuk 1 tahun; g. pengadaan bahan kimia; h. pengadaan alat-alat/perlengkapan laboatorium; i. Kajian alternatif pengembangan. XIV-5

Kerangka berpikir SOP Seksi Pengendalian Kualitas Balai IPAL Jenis Kegiatan Pengendalian Kualitas Frekuensi Kegiatan Pengendalian Kualitas Lokasi Pengambilan Sampel Kebutuhan Alat dan Bahan Analisis Sampel Pembuatan Larutan Kimia Anggaran Operasional Pemeliharaan Seksi Pengendalian Kualitas (Daltas) Tahunan Balai IPAL Sewon Gambar 2. Kerangka berpikir penelitian XIV-6

Langkah penelitian Mulai Master Plan Pengembangan Air Limbah IPAL Sewon Latar Belakang Masalah: Identifikasi kondisi IPAL Sewon Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Studi Literatur Masukan dari instalasi terkait Olah Data&Analisa Kajian Aspek Teknis dan Pedoman: SOP Seksi Daltas, Referensi harga bahan kimia Output: Kajian jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan air limbah beserta lokasi dan frekuensi pengambilan sampel; a. Kajian parameter-parameter yang akan dianalisa berdasarkan jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas; b. Kajian kebutuhan bahan kimia; c. Kajian biaya pembuatan larutan kimia; d. Kajian biaya analisa sampel untuk setiap parameter; e. Kajian biaya analisa sampel pada pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem Gambar jaringan 3.2 Tahapan limbah untuk penelitian 1 tahun; Kajian biaya pengadaan bahan kimia; Selesai Gambar 3. Langkah penelitian XIV-7

HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan serangkaian identifikasi dan analisa terhadap permasalahan kondisi eksisting maka diperoleh suatu rumusan kajian biaya operasional dan pemeliharaan IPAL. Rekomendasi yang dihasilkan merupakan informasi alternatif penyelesaian permasalahan. Rekomendasi ini ditawarkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan fungsionalisasi operasional dan pemeliharaan IPAL. Beberapa rekomendasi yang disampaikan berdasarkan Standard of Procedure (SOP) dalam operasional dan pemeliharaan IPAL adalah kajian mengenai pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air sistem jaringan limbah di IPAL Sewon, Bantul. Beberapa Informasi yang akan diperoleh dari kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan air limbah beserta lokasi dan frekuensi pengambilan sampel; 2. -parameter yang akan dianalisa berdasarkan jenis kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas; 3. Kebutuhan bahan kimia; 4. pembuatan larutan kimia; 5. analisa sampel untuk setiap parameter; 6. analisa sampel pada pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan limbah untuk 1 tahun; 7. pengadaan bahan kimia; 8. pengadaan alat-alat/perlengkapan laboatorium; 9. Kajian alternatif pengembangan Gambar 4. Balai IPAL Sewon Kabupaten Bantul Gambar 5. Salah satu bagian inlet di IPAL Gambar 6. Salah satu proses yang dilakukan di IPAL Sewon Gambar 7. Air yang sudah diolah oleh IPAL Sewon, kemudian dialirkan ke sungai XIV-8

1. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Masuk Keluar IPAL Kegiatan ini berfungsi untuk memantau dan mengendalikan kualitas air yang masuk dan keluar IPAL Sewon Bantul. Ada 2 titik lokasi yang diambil sampelnya yaitu pada inlet (yaitu titik lokasi air masuk IPAL) dan outlet (yaitu pada titik lokasi air keluar IPAL) dengan frekuensi pengambilan sampel adalah 200 kali dalam setahun (lebih lengkapnya pada Lampiran 1). Sedangkan parameter yang dianalisa pada setiap titik lokasi pengambilan sampel berjumlah 19 parameter. Rincian parameter apa saja yang dianalisa pada kegiatan ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan parameter-parameter yang dianalisa tersebut kemudian mencari Standard of Procedure (SOP) untuk melakukan analisa parameter-parameter tersebut dan berdasarkan SOP ini kemudian diidentifikasi larutan kimia apa saja yang digunakan untuk proses analisa tersebut. Sesudah mengetahui larutan kimia yang digunakan, kemudian dapat dirinci kebutuhan bahan kimia untuk membuat larutan kimia tersebut. Untuk mengetahui lebih rinci kebutuhan bahan kimia yang diperlukan, dapat lihat pada Lampiran 3. Sesudah mengetahui bahan kimia penyusun larutan kima maka dapat dihitung biaya untuk membuat larutan kimia. Kajian biaya untuk membuat larutan kimia yang diperlukan untuk analisa parameter dapat dilihat pada Lampiran 4. Sesudah menghitung biaya untuk membuat setiap larutan kimia, kemudian dapat menghitung biaya untuk pengadaan/pembelian bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk membuat larutan kimia. Kajian biaya pengadaan bahan kimia yang diperlukan pada kegiatan ini yaitu Rp 167.687.865,00 dan untuk lebih rinciya dapat dilihat pada Lampiran 5. Kemudian menghitung biaya analisa untuk setiap parameter dan untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan biaya analisa setiap parameter ini maka kemudian dapat dihitung biaya analisa semua parameter pada kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air masuk dan keluar IPAL Sewon Bantul untuk 1 tahun yaitu Rp 113.800.000,00. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Lampiran 7. Selain itu, juga perlu dilakukan kajian untuk pengadaan peralatan laboratorium yaitu Rp 3.125.100,00 dan untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran 8. Untuk lebih memahami uraian kajian biaya pada kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air masuk keluar IPAL maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. XIV-9

Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Masuk dan Keluar IPAL No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Analisa Sampel Setiap Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 1 2 Lampiran 1 200 ada 19 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 167.687.865,00 (Lampiran 5) Lampiran 6 Rp 113.800.000,00 (Lampiran 7) Rp 3.125.100,00 (Lampiran 8) 2. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Limbah Jaringan Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Limbah Jaringan No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Analisa Sampel Setiap Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 2 10 Lampiran 1 2 ada 18 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 109.443.165,00 (Lampiran 5 ) Lampiran 6 Rp4.890.000,00 (Lampiran 7) Rp 2.192.000,00 (Lampiran 8) XIV-10

3. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Tanah Jaringan Tabel 5. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Tanah Jaringan No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Setiap Analisa Sampel Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 3 10 Lampiran 1 2 ada 8 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 98.168.925,00 (Lampiran 5) Lampiran 6 Rp2.800.000,00 (Lampiran 7) Rp4.007.000,00 (Lampiran 8) 4. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Udara Tabel 6. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Udara No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Analisa Sampel Setiap Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium XIV-11

4 5 Lampiran 1 2 ada 6 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 9.245.357,50 (Lampiran 5) Lampiran 6 Rp1.040.000,00 (Lampiran 7) - XIV-12

5. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Biota Tabel 7. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Biota No Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Pengadaan Bahan Kimia Jumlah Rincian Kimia Untuk Setiap Untuk 1 Kegiatan Untuk Setiap Analisa Sampel Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 5 4 Lampiran 1 2 ada 1 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 7.759.200,00 (Lampiran 5) Lampiran 6 Rp320.000,00 (Lampiran 7) - 6. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Sludge/Lumpur Tabel 8. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Sludge/Lumpur No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Analisa Sampel Setiap Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 6 4 Lampiran 1 2 ada 5 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Rp 52.258.775,00 (Lampiran 5) Lampiran 6 Rp744.000,00 (Lampiran 7) - XIV-13

7. Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Tinja Tabel 9. Ringkasan Perhitungan Pada Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air Tinja No. Lokasi Frekuensi per tahun yang Dianalisa Bahan Kimia yang Diperlukan Pembuatan Larutan Kimia Untuk Setiap Pengadaan Bahan Kimia Untuk 1 Kegiatan Jumlah Rincian Untuk Analisa Sampel Setiap Untuk 1 kegiatan Pengadaan Peralatan Laboratorium 1 35 Lampiran 1 200 Jika hanya analisa ph saja maka ada 1 parameter, tetapi jika analisa ph dan logamlogam berat maka ada 7 parameter (Lampiran 2) Lampiran 3 Lampiran 4 Jika hanya analisa ph saja maka beaya pembuatan bahan kimia adalah Rp 34.160.000,00, sedangkan jika analisa ph dan logam-logam berat maka beaya pembuatan bahan kimianya adalah Rp 345.807.185,00 (Lampiran 5) Lampiran 6 Jika hanya analisa ph saja maka beaya analisanya Rp35.000.000,00, tetapi jika analisa ph dan logamlogam berat maka beaya analisanya Rp 686.000.000,00 (Lampiran 7) - XIV-14

Kajian Alternatif Pengembangan a. Untuk air tinja yang diangkut oleh truk tinja dan dibawa ke IPAL Sewon, perlu dilakukan pemantauan kualitas air tinja sebelum air tinja tersebut dibongkar. Selama ini baru dilakukan pengecekan terhadap parameter ph saja, sedangkan dimungkinkan air tinja tersebut mengandung logam-logam berat yang termasuk dalam limbah B3 (Berbahaya Bau dan Beracun). Untuk mencegah tercampurnya logam-logam berat dari air tinja tersebut ke badan air yang sedang diolah di IPAL Sewon maka perlu dilakukan pemantauan/pengecekan kualitas air tinja dengan cepat meliputi parameter-parameter logam-logam berat. b. Untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air dan lingkungan sistem jaringan limbah, selama ini digunakan bahan kimia sebagai alternatif untuk melakukan analisa. Ada 2 kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia tersebut yaitu: bahan kimia tersebut hanya dapat sekali digunakan, artinya pada setiap analisa mesti melakukan pengeluaran biaya untuk mengadakan/membeli bahan-bahan kimia tersebut. Bahan kimia yang digunakan untuk melakukan analisa tersebut semakin lama jumlahnya akan semakin banyak dan menumpuk. Hal ini tentunya akan berdampak buruk pada terjadinya pencemaran lingkungan di sekitar tempat analisa khususnya tempat pembuangan larutan-larutan kimia yang sudah digunakan. Artinya penggunaan bahan kimia untuk analisa parameter merupakan salah satu metode analisa yang termasuk dalam kategori tidak ramah lingkungan. Untuk itu kami memberikan rekomendasi alternatif pengembangan, yaitu untuk melakukan analisa kualitas maupun kuantitas dari sampel tersebut dengan menggunakan alat AAS. Prinsip kerja alat AAS cukup sederhana yaitu suatu sampel dimasukkan ke dalam suatu tabung dan dimasukkan ke alat AAS tersebut. Dalam waktu singkat maka alat AAS akan memberikan respon terhadap sampel tersebut yaitu zat yang terkandung dalam sampel tersebut beserta kadarnya/jumlahnya. Penggunaan Alat AAS tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu: a. Hasil analisa terhadap sampel dapat diketahui dalam waktu yang relatif cepat; b. Keakuratannya tinggi; c. Dikarenakan penggunaan bahan kimia yang sangat sedikit untuk melakukan analisa maka analisa tersebut lebih ramah terhadap lingkungan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu untuk mengadakan alat AAS tersebut memerlukan dana yang sangat besar. Untuk spesifikasi alat AAS adalah sebagai berikut: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) Merk Analytical Technologies Model : Fusion 2990 (with Flame Method & Graphite Furnace) Price : Rp 550.000.000,00 Spesifications : Technical : Wavelength Scope : 190~900nm Resolution : <0.2nm Accuracy : ±0.2nm Spectrum Bandwidth : 0.1, 0.2, 0.4, 1.0 nm Static Baseline Stability : 0.002a/30min Wavelength Repeatability: 0.1nm Flame Method: Benchmark Concentration of Cu < 0.03 µ g/ml Limit of Detection < 0.005 µ g/ml (Cu) RSD 0.8% Background Calibration at 1A 50 times Burner metal entire titanium 50, 100mm may exchange the burner head The position adjustment optimum and around the position establishes automatically. Graphite Furnace Method: Benchmark concentration of Cd : 0.5 x 10-12 g Limit of detection : 1 x 10-12 g (Cd) RSD 2% Temperature rising speed 2000 /s Temperature range : R.T. ~ 3000 C Heating way 9 steps, slope, step and maximum work rate elevation of temperature way Control temperature way: dry cineration stage power control, atomization stage light controls the maximum work rate elevation of temperature control. Include: 1x 10x 1x 1x 1x AA WinLab Software Assembly HCl Komputer + Printer Gas Acetylene + Regulator Air Compressor XIV-15

1x Blower & Ducting System Keterangan : Harga : Franco Jakarta, Netto tidak termasuk PPN 10% Pembayaran : 50% Down Payment 40 % setelah barang dikirim 10% setelah instalasi dan training Garansi : 1 (satu) tahun setelah alat berjalan dengan baik Distributor : INSTRUMINDO PERKASA, PT Gedung Aneka Tambang Lt. 4, Jl. TB. Simatupang No.1 Jakarta 12530 Phone : +62-21-7891234, 7812635 Ext. 3481 Direct. +62-21-7812751, 7810836 Fax. +62-21-78841421 E-mail : instpks@cbn.net.id (Sumber: Instrumindo Perkasa, P.T., 2013) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kajian yang sudah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Analisis untuk setiap parameter terhadap sampel pada 7 kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas (Daltas), sudah lengkap dan sudah dapat menunjukkan kualitas sampel secara akurat dan obyektif. Untuk kegiatan ke 7 yaitu kegiatan pemantauan dan pengendalian kualitas air tinja, semula hanya dilakukan analisa terhadap ph saja, namun pada penelitian ini direkomendasikan agar dilakukan analisa terhadap logam-logam berat. 2. Pada setiap analisisnya memerlukan bahan-bahan kimia yang relatif banyak sehingga akan memerlukan anggaran yang cukup besar untuk setiap tahunnya untuk pengadaan bahan kimia yang habis pakai. 3. Dampak negatif dari penggunaan bahan kimia pada setiap analisis parameternya maka pada jangka panjang yaitu akan menimbulkan pencemaran tanah maupun pencemaran air di IPAL Sewon. sehingga hanya mengeluarkan beaya besar untuk investasi pengadaan alat AAS saja, namun sesudahnya dalam pengoperasian akan jauh lebih murah dan lebih ramah lingkungan DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Provinsi DIY, Yogyakarta. Anonim, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, BAPEDAL, Jakarta. Anonim, 2012, Dokumen Balai IPAL Sewon, Balai IPAL Sewon, Yogyakarta. Anonim, 2013, Pengujian Laboratorium Penguji dan Kalibrasi, BBTKL PP Yogyakarta, Yogyakarta Anonim, 2013, Daftar Harga Bahan Kimia dan Peralatan Laboratorium, CV. Multi Kimia, Yogyakarta. Anonim, 2013, Laporan Akhir Kajian Operasional dan Pemeliharaan Balai IPAL, Balai IPAL Sewon, Yogyakarta. Anonim, 2013, Spesifikasi dan Harga Alat Analisa AAS, PT. Instrumindo Perkasa, Jakarta. Cummin, 1997, From Head Water to Rivers, The American Biology Teacher. Odum, 1996, Dasar-dasar Ekologi, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Pusposutardjo, S. dan Susanto, S., 1993, Perspektif dari Pengembangan Manajemen Sumber Air dan Irigasi untuk Pengembangan Pertanian, Liberty, Yogyakarta. Saran 1. Perlu memperhatikan dan menindaklanjuti kajian alternatif pengembangan yaitu menggunakan alat AAS untuk melakukan analisa setiap parameternya. 2. Dikarenakan proses kerja AAS adalah menggunakan listrik dan sedikit bahan kimia XIV-16