BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam menjalani aktivitasnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan memiliki ketergantungan terhadap individu lain, dengan demikian proses tersebut akan berlangsung dalam bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua orang atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Komunikasi sebenarnya sudah dilakukan oleh manusia sejak dilahirkan melalui berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh bayi, seperti tangisan dan yang lainnya. Proses interaksi tersebut terus berkembang seiring dengan pertambahan usia dan kemampuannya berkomunikasi. Anak memperoleh kemampuan sosial dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Untuk membantu perkembangan anak menjadi lebih optimal, dibutuhkan peran serta Orang tua dan lingkunganya sehingga dapat mewujudkan kemandirian pada anak sejak usia dini. Kemandirian pada anak membantu perkembangan anak dalam berinteraksi dengan orang lain serta membantu anak dalam proses perkembangannya. Kemandirian pada anak harus dikembangkan sejak usia dini melalui berbagai cara. Misalnya dengan memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak dan upaya lainnya yang dapat merangsang tumbuhnya kemandirian dalam diri anak. Dengan mengembangkan kemandirian tersebut sejak dini maka akan membantu anak dalam perkembangan berikutnya. Anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam perkembangan sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang mempengaruhi proses serta hasil
pendidikan selanjutnya. Periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan spiritual (Mutiah, 2010 : 2). Selain keluarga, lingkungan sekolah merupakan tempat anak membangun pengetahuan dan melatih kemandirian sejak dini. Dalam hal ini, Guru dan taman kanak-kanak merupakan pihak yang memiliki kemampuan dalam menyediakan program pendidikan dini sebelum memasuki sekolah dasar. Membangun pengetahuan pada anak usia dini haruslah berdasarkan kepada permainan dan bermain. Permainan dan bermain memiliki arti dan makna tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan diri pada anak dalam proses mengenalkan anak menjadi anggota suatu lingkungan. Permainan juga berfungsi sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung di dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan anak untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan sebagai media untuk membina hubungan yang dekat diantara anak atau antara anak dengan orang tua, guru, maupun dengan orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan, yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik pada tahap selanjutnya. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa disekelilingnya untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan. Untuk mempermudah anak dalam mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya diperlukan peran guru sebagai fasilitator. Untuk itu, seorang guru harus peka terhadap kebutuhan ingin tahu dari anak usia dini ini dan harus
dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Anak memerlukan pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya, yang menjadi pengalaman positif untuk mengembangkan minat belajar anak usia dini. Perkembangan sekolah untuk anak usia dini di Indonesia terus mengalami perkembangan, Hingga bulan Desember 2013, jumlah lembaga PAUD mencapai 174.367 lembaga se-indonesia (http://www.setkab.go.id/nusantara-12551-jumlahpaud-di-indonesia-capai-174367-unit.html). Namun pemerintah masih harus terus bekerja dengan maksimal, karena menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) layanan pendidikan usia dini baru menjangkau sekitar 30 persen dari 30 juta anak 0-6 tahun per Maret 2014(http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/11/baru-30-persen-anakindonesia-dapat-layanan-paud). Pemerintah melalui Kementrian pendidikan bertanggung jawab dalam penyelenggaran pendidikan di Indonesia dengan menetapkan standar bagi setiap komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, baik melalui sekolah formal dan sekolah non formal. Terdapat dua tujuan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sesuai dengan Permendiknas no 58 tahun 2009, yaitu sebagai tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa. Berikutnya sebagai tujuan penyerta adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Alam Bukit Hijau yang terletak di jalan Bunga Gayong Medan Tuntungan. Sekolah Alam Bukit Hijau merupakan salah satu sekolah alam di Kota Medan yang memiliki metode pengajaran dengan mendekatkan para anak dengan lingkungan. Belajar dengan suasana alam yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi dan media alam yang menarik serta mudah diikuti oleh anak juga menjadi pendukung
terbentuknya interaksi yang intesif antara guru dengan anak maupun antara sesama anak. Dalam proses belajar dan bermain, mereka dituntun untuk berinteraksi dengan sesama, dengan alam serta dengan Tuhan sebagai pencipta. Berbagai program belajar dan permainan dirancang untuk mengembangkan kemandirian mereka. Sekolah ini juga memiliki berbagai program belajar yang membawa para anak langsung berhubungan dengan alam, yaitu dengan melakukan penanaman pohon, hingga memanen berbagai hasil tanaman yang ada dilingkungan sekitar sekolah. Sekolah Alam Bukit Hijau juga memberikan keringanan teradap siswa yang kurang mampu dengan memberikan keringanan biaya uang sekolah dan fasilitas berupa bus sekolah untuk antar-jemput secara gratis. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana strategi komunikasi Guru dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini di Sekolah Alam Bukit Hijau Medan? 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana strategi komunikasi Guru dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini di Sekolah Alam Bukit Hijau Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui Strategi komunikasi yang di gunakan oleh Guru dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini di Sekolah Alam Bukit Hijau Medan. 2. Untuk mengetahui kemandirian yang berkembang pada anak usia dini di Sekolah Alam Bukit Hijau Medan 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai strategi komunikasi yang diterapkan dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan strategi komunikasi.