BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

2015 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA D ALAM UNIT PROD UKSI TERHAD AP KESIAPAN KERJA SISWA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (THP) D I BID ANG AGROINDUSTRI

PERBEDAAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DAN SMU SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mental yang baik agar siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mempercepat modernisasi segala bidang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

HUBUNGAN ANTARA MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII JURUSAN OTOMOTIF SMKN2 WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari satu tempat ke seluruh penjuru dunia terjadi dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, karena pendidikan merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari proses penyiapan Sumber Daya Manusia yang tangguh dan trampil. Pendidikan diharapkan dapat memberikan dukungan penuh untuk pembangunan terutama pendidikan formal sangat efektif untuk membentuk kepribadian, bakat, sikap, mental, pengetahuan dan kecerdasan. Pendidikan formal di Indonesia dilaksanakan di sekolah-sekolah, di mana peningkatan mutu pendidikan oleh pemerintah selalu diperhatikan. Berkaitan dengan mutu pendidikan, upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan, antara lain: peningkatan kompetensi guru atau tenaga pendidik, penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas pendidikan. Namun demikian, kualitas pendidikan masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sampai saat ini masih dirasakan adanya ketidak puasan akan hasil pendidikan, hal ini dapat diketahui dengan persentase kelulusan ujian nasional tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah 1

2 Menengah Kejuruan pada tahun ajaran 2009/2010 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menurun tajam dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, persentase kelulusan UN untuk tingkat SMA/MA adalah 76,30 persen sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 94,66 persen. Begitu pula untuk SMK, angka kelulusan adalah 79,17 persen sedangkan pada tahun lalu mencapai 97,06 persen. Menurunnya persentase kelulusan ujian nasional tingkat SMA dan SMK terbukti bahwa pendidikan belum bisa menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik. Padahal kita ketahui bahwa kualitas Sumber Daya Manusia menjadi salah satu indikator dari kualitas pendidikan. Pelaksanaan pembangunan sangat tergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia yang dimilikinya. Dari sinilah peran pendidikan sangat dibutuhkan untuk menyiapkan dan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan Menengan Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pendidikan formal mempunyai peran langsung dalam pengembangan Sumber Daya Manusia. Peran langsung yang diemban terutama dalam menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai kemampuan kerja sesuai dengan jurusannya sekaligus untuk mengisi kebutuhan pembangunan. Terkait dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dasar yang dapat digunakan sebagai alasan dalam proses perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi program pendidikan terlihat pada pasal-pasal berikut: UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 15 ayat 2 menyatakan Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta

3 didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu (Depdiknas, 2003: 56). Kemudian pada PP nomor 29 tahun 1990 pasal 3 ayat 2 yang menegaskan bahwa Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional (Ditjen, 1990: 2). Oleh karena itu, lulusan yang dihasilkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan telah memiliki kesiapan kerja untuk menghadapi perkembangan ekonomi global pada masa kini dan masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, harapan terhadap SMK untuk mempersiapkan dan mengahasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas cukup besar. Namun harapan tersebut masih belum menjadi kenyataan. Hal ini dapat terlihat dari masih adanya Sumber Daya Manusia yang berasal dari lulusan SMK yang belum sepenuhnya diserap oleh dunia usaha dan industri serta masih adanya lulusan SMK yang tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk bekerja di dunia usaha dan industri. Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan BPS, terdapat 124,4 ribu penganggur (6,02 persen) pada Februari 2010 di Provinsi DIY. Berdasarkan tingkat pendidikan secara rinci disebutkan, pengangguran terbuka lulusan SMA umum (9,3 persen), SMA kejuruan/smk (11 persen). Angka tersebut sudah dapat dijadikan bukti masih ada lulusan SMK/SMA yang belum terserap dunia kerja. Salah satu penyebabnya dikarenakan lulusan tersebut tidak memiliki keterampilan yang cukup.

4 Fenomena rendahnya tingkat kualitas Sumber Daya Manusia dan ketidaksiapan lulusan sekolah menghadapi kehidupan nyata di masyarakat menunjukkan pembelajaran terpisah dengan kehidupan sehari-hari, apa yang dipelajari siswa di sekolah seakan terpisah dari fenomena yang terjadi dan berkembang di masyarakat, akibatnya lulusan sekolah ketika menghadapi masalah kehidupan nyata di masyarakat merasa tertekan, di sekolah siswa kurang termotivasi belajar karena tidak merasakan manfaat dari apa yang dipelajarinya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan dalam hal pendidikan agar pembelajaran di sekolah mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Salah satu kebijakan di bidang pendidikan yang sedang digulirkan pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 untuk meningkatkan kualitas lulusan program pendidikan dari semua jenis dan jenjang adalah program life skill. Program ini merupakan program pendidikan yang memberikan bekal kepada anak usia sekolah untuk dapat memiliki kecakapan dan keberanian memecahkan permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti ditegaskan dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup pada tahap awal, dilakukan identifikasi kecakapan hidup yang

5 diperlukan untuk menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Kecakapan hidup yang teridentifikasi, kemudian direalisasikan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung kecakapan hidup tersebut. Tahap selanjutnya, kecakapan hidup tersebut dikemas dalam bentuk matapelajaran. Jadi program pendidikan kecakapan hidup merupakan pengintegrasian nilai nilai kecakapan hidup kedalam mata pelajaran. Program pendidikan kecakapan hidup ini sudah diterapkan di sekolahsekolah. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi, terutama oleh para guru. Merujuk hasil penelitian Slamet Raharja (2004) tentang implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skill) SMK di Bantul diketahui bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan program life skill yang masuk dalam kategori rendah relatif besar, yakni mencapai 35,3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya kualitas guru juga harus di tingkatkan agar nantinya dalam melaksanakan program pendidikan kecakapan hidup dapat mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. SMK Negeri 1 Yogyakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Bisnis dan Menajemen yang telah menerapkan program pendidikan kecakapan hidup. Upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar siap memasuki pasar kerja sudah dimulai melalui pendidikan kecakapan hidup pada seluruh peserta didiknya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru, khususnya guru Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta. Guru Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta masih

6 mengalami kesulitan dalam menanamkan kompetensi-kompetensi yang dituntut dalam pola pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup. Sehingga Guru Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta masih ada yang tidak mencantumkan program pendidikan kecakapan hidup (life skill) kedalam rencana persiapan pembelajarannya. Padahal yang kita ketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran akan berjalan lancar apabila guru sudah mempersiapkan rencana pembelajarannya dengan matang sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hal ini juga bisa mengakibatkan pembekalan program pendidikan kecakapan hidup (life skill) terhadap peserta didik khususnya siswa Program Keahlian Pemasaran tidak bisa maksimal. Dari uraian permasalahan tersebut, maka hal yang mendasar untuk diketahui peneliti adalah bagaimana pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) pada Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kualitas pendidikan masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

7 2. Sumber Daya Manusia yang berasal dari lulusan SMK belum sepenuhnya diserap oleh dunia usaha dan industri. 3. Lulusan SMK tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk bekerja di dunia usaha dan industri. 4. Pembelajaran terpisah dengan kehidupan sehari-hari. 5. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran. 6. Rendahnya kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan kecakapan hidup (life skill). 7. Lulusan SMK tidak dapat menerapkan pendidikan kecakapan hidup (life skill) dalam kehidupan sehari-hari. 8. Guru Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta masih mengalami kesulitan dalam menanamkan kompetensi-kompetensi yang dituntut dalam pola pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skill). 9. Masih adanya guru Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta yang tidak mencantumkan program pendidikan kecakapan hidup (life skill) kedalam rencana persiapan pembelajaran. C. Batasan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang dan identifikasi masalah di atas cukup luas, oleh karena itu penelitian ini perlu dibatasi. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada pengetahuan guru tentang kecakapan hidup (life skill) dan kemampuan guru dalam pelaksanaan

8 pembelajaran program (life skill), serta pelaksanaan program (life skill) oleh siswa kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta pada aspek General Life Skill (GLS). D. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengetahuan guru kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta tentang life skill? 2. Bagaimana kemampuan guru kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta dalam pelaksanaan pembelajaran program life skill? 3. Bagaimana pelaksanaan program life skill oleh siswa kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta pada aspek General Life Skill (GLS)? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengetahuan guru kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta tentang life skill? 2. Kemampuan guru kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta dalam pelaksanaan pembelajaran program life skill?

9 3. Pelaksanaan program life skill oleh siswa kelas XII Program Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Yogyakarta pada aspek General Life Skill (GLS)? F. Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pelaksanaan programprogram pendidikan kecakapan hidup selanjutnya. 2. Bagi dinas pendidikan khususnya Dikmenjur hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum dan peningkatan Sumber Daya Manusia dengan mempertimbangkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup. 3. Bagi peserta didik dapat merangsang peserta didik untuk mengembangkan seluruh kemampuan, keterampilan, dan potensi-potensi yang dimilikinya melalui proses pembelajaran. 4. Secara umum hasil penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skill) dan sebagai masukan dalam menentukan pola pembelajaran yang diperlukan guru-guru dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, mutu pendidikan dan mutu lulusan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap fakta, penjelasan dan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksana dilapangan.