BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa dalam arti

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tujuan kegiatan pembelajaran, diperlukannya aktivitas organisasi sekolah

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM REKRUITMEN, SELEKSI, PENEMPATAN DAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH

1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 28 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 24 SERI D

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak pada berbagai hal. Salah satu dampak perubahan itu adalah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Bali.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 11 Maret 2016 Rektor. ttd

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka meningkatkan kualitas

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, DAN IKATAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA. NOMOR : 10 TAHUN 2005 LAMPIRAN : 2 (dua) berkas TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN Nomor : 47 TAHUM 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan merupakan fungsi

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR : 2 TAHUN 2011 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. baru memusatkan perhatianya kepada investasi sumber daya manusia yang dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa dalam arti pendidikan dilaksanakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan merupakan suatu rumusan akhir suatu proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk kemampuan, pengetahuan, dan sikap-sikap yang telah mengikuti proses. Pendidikan telah banyak melakukan inovasi-inivasi tersebut antara lain melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi, peningkatan kualitas pendidikan guru, peningkatan manajemen pendidikan, peningkatan sumber daya manusia melalui pengangkatan kepala sekolah, pengangkatn guru bantu dan guru kontrak, pemberiaan beasiswa bagi siswa yang berekonomi lemah serta peningkatan proses pembelajaran dari sistem caturwulan menjadi sistem semester. Dalam undang-undang No 22 Tahun 1999 dan PP No 25 Tahun 2000 telah diatur tentang kewenangan pemerintah baik daerah tingkat I dan daerah tingkat II sebagai otonomi Pasal 2 (ayat 2) PP No 25 tahun 2000 menjelaskan tentang; (1) kebijakan perencanaan nasional, (2) pendanaan pembangunan nasional secara makro, (3) pertimbangan keuangan, (4) sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, (5) pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, (6) pemberdayaan sumber daya alam, (7) konservasi, (8) standar nasional. Selanjutnya dikatakan bahwa undang-undang No 22 tahun 1999 memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, sehingga dapat memberikan peluang bagi daerah untuk leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangan atas 1 prakarsa sendiri yang sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah.

Semangat dan amanat undang-undang sangat terkait dengan sekolah. Sebab sekolah merupakan institusi terdepan dalam pengembangan sumber daya manusia yang harus mampu dan mau meningkatkan kualitas, sehingga tidak kalah bila berkompetisi dengan sekolah lain. Masalah pokok yang dialami saat ini dan masa mendatang adalah adanya indikasi bahwa tanggung jawab terhadap pendidikan cenderung besar berada di sekolah. Sebab sekolah merupakan satuan pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab utama untuk mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh sebab itu dalam penempatan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus benarbenar mempunyai keahlian dalam memimpin sekolah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai motor penggerak dilembaga pendidikan khususnya di sekolah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 162/13/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, Pasal 9 ayat (2) dijelaskan bahwa aspek penilaian kepala sekolah atas dasar tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah sebagai berikut: (a) pemimpin, (b) manajer, (c) pendidik, (d) administrator, (e) wirausahawan, (f) pencipta iklim, (g) penyelia Sesuai dengan Permen Diknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar kepala sekolah dengan dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah memandang perlu untuk menetapkan standar-standar lainnya guna mendukung pelaksanaan reformasi dibidang pendidikan yang berlandaskan amanat para pendiri bangsa. Salah satu yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah standar tentang kepala sekolah/madrasah yang tertuang didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 dalam aturan ini pemerintah memandang perlu adanya standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah antara lain: (1) kualifikasi umum yang

terdiri dari: (a) memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma IV kependidikan atau kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, (b) pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah usia setinggi-tingginya adalah 56 tahun, (c) memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 5 tahun, (d) memiliki pangkat serendah-rendahnya IIIc. (2) sedangkan kualifikasi khusus ditentukan menurut jenjang pendidikannya antara lain: (a) berstatus sebagai guru, (b) memiliki sertifikat sebagai guru, (c) memiliki sertifikat kepala sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka kepala sekolah yang direkrutmen harus benar-benar diseleksi sesuai dengan kompetensi yang sudah diatur dalam undang-undang yakni kepala sekolah harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap performance dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang diuraikan dalam kompetensi profesional, wawasan kependidikan,manajemen, personal dan kompetensi sosial. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan juga merupakan salah satu sistem sosial. Sebagai sistem sosial pendidikan terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait satu sama lain. Sedangkan sistem sosial itu sendiri adalah suatu model organisasi yang memiliki satu kesatuan menyeluruh dari berbagai komponen-komponen. Dimana sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Kunci keberhasilan sekolah pada hakekatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan pengelolaan sekolah sebagai institusi untuk menuntut ilmu pengetahuan. Oleh karena itu keberhasilan dalam suatu sekolah mencerminkan keberhasilan kepala sekolah itu sendiri. Pada saat ini masalah kepala sekolah, merupakan suatu peran yang menuntut persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai kriteria keberhasilan sekolah diperlukan adanya kepemimpinan kepala

sekolah yang berkualitas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh calon kepala sekolah adalah perlunya memahami dan mewujudkan prinsip-prinsip pelaksanaan atau praktek dan prosedur dalam memperbaiki program pengajaran, bekerja secara sesuai dengan staf dan siswa, mengelolah segala sumber daya sekolah, dan meningkatkan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat. Sistem pendidikan memiliki karakteristik : (1) sistem pendidikan terdiri atas satuan dan kegiatan yang saling berkaitan, (2) sistem pendidikan mempunyai tujuan, (3) sistem pendidikan terdiri dari siswa, guru, orang tua siswa, kepala sekolah. Administrator, dan masyarakat, (4) sistem pendidikan memiliki struktur organisasi tugas dan fungsi serta program, (5) sistem pendidikan berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan berbagai sistem lainnya, (6) sistem pendidikan berinteraksi dengan berbagai lingkungan, (7) sistem pendidikan merupakan sistem abstrak terbuka, hidup dan normative. (Atmodiwirjo 2001:146) Berdasarkan krakteristik sistem pendidikan tersebut jelaslah bahwa sekolah sangat dipengaruhi oleh personil pendidikan, antara lain faktor pimpinan atau kepala sekolah. Kepala sekolah tidak hanya sekedar suatu posisi jabatan, tetapi suatu karier profesi. (Reber 1983:23).Karier profesional yang dimaksud adalah suatu posisi jabatan yang menuntut keahlian untuk melaksanakan kewajiban dan tugas-tugasnya secara efisien. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu institusi pendidikan sekaligus sebagai administrator dituntut harus memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial. Untuk membentuk profil pegawai negeri sipil khususnya bagi kepala sekolah ini perlu dilakukan seleksi dan pengawasan dan insentif dari atasan ataupun dari pejabat yang berwewenang. seleksi tersebut, dimaksudkan agar pekerjaan pegawai khususnya kepala sekolah terutama yang diangkat menjadi dalam jabatan kepala sekolah berjalan secara efisien dan sesuai

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Dengan adanya rekrutmen seleksi kepala sekolah ini maka kebocoran, pelanggaran, akan dihindari atau dapat dikurangi serta pegawai dapat memiliki pandangan progresif. Sehubungan dengan hal ini Moekijat (1983:90) mengemukakan bahwa pegawai diharapkan memiliki pandangan ke depan yang bersikap kreaktif, mempunyai kemampuan, mengawasi dengan penuh perhatian, pada pokoknya harus memiliki sifat atau kemampuan merencanakan serta mengawasi kegiatan. Untuk mendapatkan seorang pegawai negeri sipil khususnya kepala sekolah yang yang diangkat dalan suatu jabatan memiliki kemampuan atau kecakapan kerja, maka perlu diadakan analisis pekerjaan melalui rekruitmen seleksi atau yang disebut juga analisis rekruitmen. Analisis pekerjaan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan analisis pada setiap pekerjaan, sehingga dengan demikian akan memberikan pula gambaran tentang spesifikasi untuk jabatan atau tugas tersebut. Melalui analisis tugas, proses dilakukan secara kritis, terbuka, prospektif terhadap personal sehingga organisasi menemukan kepala sekolah yang menempati posisi yang tepat dan efeisien. Mengingat sangat pentingnya analisis rekruitmen kepala sekolah melalui analisis tugas melaksanakan seleksi seseorang pada suatu jabatan yang ada pada setiap instansi khususnya lembaga pendidikan, maka pejabat yang berwewenang harus dapat mengupayakan untuk mewujudkannya. Hal ini mewujudkan untuk menghilangkan subjektivitas, kolusi dan nepotisme serta mengedepankan kualitas kerja dari yang dipromosikan. Menurut Handoko ( 2000:16) analisis tugas dapat memberikan manfaat dalam banyak hal antara lain: (1) dalam penarikan, seleksi dan penempatan kerja, (b) dalam pendidikan, (c) dalam penilaiaan jabatan (d) dalam perbaikan syarat-syarat perencanaan (e) dalam perencanaan organisasi, (f) dalam penindakan dan promosi. Dengan adanya job analyisis, maka kualifikasi personil yang dibutuhkan dapat

dicantumkan. Sekalipun analisis tugas merupakan suatu keharusan bagi setiap instansi, namun pada kenyataanya, belum semua instansi menerapkannya dengan baik dalam pengisisan formasi jabatan. Demikian halnya di lingkungan dinas pendidikan pemuda dan olahraga kabupaten bolaang mengendow selatan. Berdasarkan hasil pengamatan, masih terdapat ketimpangan dalam analisis rekruitmen melalui seleksi jabatan kepala sekolah dasar. Ketimpangan yang dimaksud antara lain, pengangkatan kepala sekolah masih belum sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, pengangkatan kepala sekolah masih didasarkan atas pendekatan kekeluargaan. Pengusulan calon kepala sekolah untuk diseleksi ditingkat kabupaten tidak melalui analisis telaah, serta meneliti secara sistematis kemampuan calon, disamping itu juga tidak memperhatikan syarat-syarat sebagai pemimpin yang baik, pengangkatan kepala sekolah hanya meruapak dalam bentuk penujukan tidak melalui calon seleksi kepala sekolah (Cakep). Kenyataan dilapangan ada kepala sekolah yang berada di sekolah dasar tidak mampu melaksanakan tugas hanya sebatas nama kepala sekolah tetapi yang melaksanakan tanggung jawab kepala sekolah adalah hanya guru yang ditunjuk kepala sekolah cukup menandatangani apa yang perlu ditandatangani. Bahkan ada kepala sekolah baru diangkat menjadi guru baru satu (I) sudah diangkat menjadi kepala sekolah Jika masalah ini dibiarkan berkelanjutan akan menumbulkan konsekuensi yang kurang baik terhadap institusi pendidikan seperti dalam hal penerapan prinsip-prinsip manajemen, jika penerapan manajemen pendidikan tidak dilaksanakan dengan baik, maka upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak optimal akhirnya pewujudan sumber daya manusia berkualitas sesuai tuntutan global tidak akan terwujud.

Kondisi yang digambarkan di atas perlu dikaji secara ilmiah melalui penelitian yang diberi judul. Analisis Rekruitmen dan Seleksi Kepala Sekolah Dasar Negeri di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimana proses rekruitmen kepala sekolah dasar negeri di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan? b. Bagaimana prosedur seleksi kepala sekolah dasar negeri di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui gambaran proses rekruitmen kepala sekolah dasar negeri di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. b. Untuk mengetahui gambaran prosedur seleksi kepala sekolah dasar negeri di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk Dinas pendidikan dapat memberikan informasi dalam pengangkatan kepala sekolah khususnya kepala sekolah dasar benar-benar di analisis berdasarkan tugas dan kompetensi yang ditetapkan sesuai dalam peraturan menteri dan ketentuan-ketentuan yang berlaku

b. Untuk pihak dalam pengambil kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan agar dapat mengangkat kepala sekolah benar-benar di seleksi sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan c. Untuk kepala sekolah agar dapat meningkatkan kinerja sebagai pemimpin dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam kepemimpinan.