Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

Analisis BTS Initial Planning Jaringan Komunikasi Selular PT. Provider GSM di Sumatera

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Rekayasa Elektrika. Unjuk Kerja Jaringan Seluler 2G dan 3G PT. XL Axiata di Area Jawa Tengah Bagian Utara setelah Proyek Swap dan Modernisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

ANALISIS KEGAGALAN SOFT HANDOFF PADA JARINGAN CDMA2000 1xRTT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3


BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI GFP

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN TELEKOMUNIKASI GSM. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METDOLOGI PENELITIAN

Analisis Kinerja Dan Perbaikan Jaringan GSM Pada BSC Operator H3I (THREE)


PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Universitas Kristen Maranatha

Abstract A. PENDAHULUAN. Sistem komunikasi semakin berkembang dengan tingginya kontinuitas

PENGUKURAN KUALITAS SINYAL PADA JARINGAN GSM

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND

BAB III PROSES HANDOVER DAN PENYEBAB TERJADINYA HANDOVER FAILURE

ANALISIS INTERFERENSI PADA

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana 1, 2,

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

Analisis Benchmarking Jaringan 3G Operator HCPT dan XL di Area Jakarta

ANALIS PREDIKSI PENERIMAAN LEVEL SINYAL PADA DAERAH SUB URBAN TERHADAP UNJUK KERJA JARINGAN GSM

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB III IMPLEMENTASI GLOBAL FREQUENCY PLANNING

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Analisa Performansi Sinyal EVDO di Area Boundary Pada Frekuensi 1900 MHz

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB II LANDASAN TEORI

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP SPEECH QUALITY INDICATOR DAN TRAFFIC CHANNEL PADA JARINGAN GSM

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

OPTIMASI HANDOVER PADA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) M.Yanuar Hariyawan, Hamid Azwar, Lena Miranti Siahaan

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN GSM

BAB III PROSES DRIVE TEST

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TEKNIK FREQUENCY HOPPING UNTUK MENGATASI MULTIPATH FADING PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION ( GSM ) INTISARI

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

ANALISIS KUALITAS RF PADA JARINGAN SELULER 2G & 3G DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

Transkripsi:

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Stephen Sanjaya Mulyanto 1, Eva Yovita Dwi Utami 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 1 tephen_ezem@yahoo.com, 2 eva.utami@staff.uksw.edu Ringkasan MCPA (Multi-Carrier Power Amplifier) merupakan teknik menggunakan satu power amplifier untuk beberapa frekuensi pembawa (carrier) sekaligus. MCPA memiliki kelebihan dalam penghematan daya yang digunakan pada power amplifier. MCPA menggunakan antena dengan bati daya yang tinggi (high gain antenna) dan feederless RRU (Remote Radio Unit) sehingga dapat memperluas coverage jaringan komunikasi seluler tanpa penambahan BTS. Pada makalah ini dibahas penelitian terhadap unjuk kerja MCPA terhadap coverage dan analisa kualitas jaringan sebelum dan sesudah pengaplikasian MCPA pada jaringan komunikasi seluler GSM untuk area Sumatera Utara menggunakan simulasi pada ASSET Tools. Hasil penelitian dilengkapi dengan analisis referensi implementasi MCPA di daerah Jabodetabek. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dengan pengaplikasian MCPA di Sumatera Utara terjadi peningkatan nilai Rx Level serta jarak jangkauan. Persentase pada aras Rx Level yang baik meningkat, sedangkan pada aras Rx Level yang buruk persentasenya semakin menurun. Pertambahan jarak jangkauan tiap clutter dari aras yang paling baik ke paling buruk yaitu untuk clutter dense urban sebesar 160 m sampai 270 m, clutter urban sebesar dari 190 m sampai 300 m, clutter sub urban sebesar 190 m sampai 350 m, dan clutter rural sebesar 210 m sampai 550 m. Kata kunci: MCPA, Multi-carrier Power Amplifier, Carrier 1. Pendahuluan Perluasan cakupan jaringan GSM (Global System for Mobile) untuk meningkatkan layanan komunikasi dan mengurangi daerah blank spot dapat dilakukan dengan melakukan upgrade TRx atau menambah BTS (Base Transceiver Station). Untuk melakukan upgrade TRx atau menambah BTS dibutuhkan investasi yang besar, sehingga diperlukan solusi alternatif yang tepat,tanpa melakukan penambahan BTS. MCPA (Multi-Carrier Power Amplifier) merupakan teknik menggunakan satu power amplifier untuk menguatkan isyarat dari beberapa frekuensi pembawa (carrier) sekaligus. Pada sistem yang lama, satu frekuensi pembawa menggunakan satu power amplifier, sehingga apabila terdapat 20 frekuensi pembawa maka dibutuhkan 20 power amplifier. Dengan demikan, terdapat pemborosan daya pada sistem yang lama, sedangkan MCPA memiliki kelebihan dalam penghematan daya yang digunakan pada power amplifier. 147

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 147-153 MCPA menggunakan antena dengan bati daya yang tinggi (high gain antenna) dan feederless RRU (Remote Radio Unit) sehingga dapat memperluas coverage. Pada makalah ini, akan dibahas hasil penelitian terhadap penggunaan MCPA dengan menggunakan software ASSET Tools terutama dalam hal peningkatan cakupan pada jaringan seluler GSM di Sumatera Utara. Analisis perbandingan didapatkan berdasarkan coverage area maupun parameter-parameter seperti Rx Level, Rx Qual, dan jarak. Karena implementasi di Sumatera Utara belum bisa dilakukan, maka digunakan data implementasi MCPA di Jabodetabek sebagai referensi untuk verifikasi simulasi pada ASSET Tools. 2. Metode Penelitian 2.1. Kondisi Daerah yang Diteliti Pengaplikasian MCPA pada empat clutter di Sumatera Utara yaitu clutter dense urban, urban, sub urban dan rural dilakukan dengan menggunakan software ASSET Tools. Berikut tahap-tahap untuk menentukan sektor-sektor yang memerlukan MCPA. 2.1.1. Berdasarkan jenis clutter Gambar 1. Berdasarkan jenis clutter Gambar 1 merupakan contoh coverage plot pada clutter dense urban. Clutter dense urban seharusnya memiliki coverage plot berwarna merah atau kurang dari -64 dbm. Tetapi gambar 1 menunjukkan bahwa masih ada coverage plot pada clutter dense urban yang berwarna kuning yaitu -73 < x < -69 dbm dan hijau -80 < x < -73 dbm. Sehingga dengan mengaplikasikan MCPA, tiap sektor dapat memperluas jarak jangkauan agar dapat melayani clutter dense urban dengan baik tanpa menambah jumlah BTS 2.1.2. Berdasarkan Data Kanal Trafik (TCH) Data dari provider menunjukkan kanal trafik dari 20 sektor memiliki presentase utiliz yang tinggi (lebih dari 80%), karena banyaknya user atau keterbatasan kanal. Utiliz merupakan presentasi traffic channel (TCH) yang tidak bisa menangani panggilan masuk, 148

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Stephen Sanjaya Mulyanto, Eva Yovita Dwi Utami sedangkan congestion terjadi jika panggilan tidak dapat dilayani lagi (jumlah user lebih besar dari jumlah kanal) 2.1.3. Berdasarkan kontur geografis daerah Sumatera Utara dengan menggunakan aplikasi Googlemap. Aplikasi Google map digunakan untuk mengetahui kontur geografis di sekitar BTS yang akan menggunakan MCPA. Gambar 2. Daerah dataran tinggi Sumatera Utara berdasarkan aplikasi Google Earth. Gambar 3. Daerah pegunungan Sumatera Utara berdasarkan aplikasi Google Earth Jika daerah yang ingin diimplementasikan MCPA berdasarkan clutter dan data Utiliz merupakan daerah pegunungan atau padang rumput yang tidak ada pemukiman penduduk, maka daerah tersebut dapat dihapus. Gambar 2 merupakan dataran tinggi dan banyak pemukiman sehingga kita perlu mengaplikasikan MCPA. Sedangkan gambar 3 merupakan daerah pegunungan serta jarang ditemukan pemukiman, sehingga tidak 149

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 147-153 diperlukan MCPA, karena diasumsikan sedikitnya jumlah user dan pemukiman warga di daerah pegunungan. Berdasarkan jenis clutter, didapatkan sekitar 80 sektor yang membutuhkan MCPA, berdasarkan data trafik, terdapat 40 sektor yang membutuhkan MCPA. Dengan menggunakan aplikasi google earth, sekitar 20 sektor dapat dihilangkan karena merupakan daerah pegunungan, sawah, dan hanya terdapat sedikit pemukiman warga. Sehingga terdapat 100 sektor dari empat jenis clutter yang membutuhkan MCPA. Dari masing-masing clutter dipilih lima site, yang memiliki karakteristik hampir sama, berdasarkan tinggi antena, tilt, daya pancar, dan kontur geografis. Parameter yang digunakan adalah Rx Level, Rx Qual dan jarak yang diukur melalui drive test dan simulasi ASSET Tools. Rx Level yaitu kuat isyarat dari isyarat termodulasi yang terukur oleh Mobile Station. Rx Level yang diukur adalah Rx Level dari serving cell dan neighbor cells untuk melihat kandidat handover. Rx Level merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan radio, yang ditetapkan oleh ETSI (European Telecommunications Standards Institute) pada GSM Technical Specification 05.08. Standar yang ditetapkan oleh ETSI tersebut disesuaikan oleh tiap provider, sehingga setiap provider memiliki standar tersendiri yang tetap mengacu pada standar ETSI. Tabel 1 menunjukkan standar nilai Rx Level Perusahaan Provider GSM. Tabel 1. Standar Nilai Rx Level Perusahaan Provider GSM Rx Level (dbm) Simbol Warna Keterangan -120 s/d -87 Sangat Buruk -87 s/d -80 Buruk - 80 s/d -73 Cukup -73 s/d -69 Baik -69 s/d 0 Sangat Baik Rx Quality (Rx Qual) merupakan aras kualitas isyarat dari isyarat termodulasi yang diterima MS, yang merupakan konversi nilai BER (Bit Error Rate). Rx Quality merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan radio Tabel 2. Rentang Rx Qual menurut Standar Perusahaan Provider GSM. Rx Qual Simbol Warna Keterangan 0-3 Merah Baik 4-5 Hijau Cukup 6-7 Biru Buruk 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Data Referensi Implementasi MCPA di Jabodetabek Data referensi Jabodetabek merupakan hasil pengimplementasian MCPA di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang-Banten pada clutter Sub Urban. Persentase nilai Rx Level sebelum dan sesudah pengimplementasian ditunjukkan pada Tabel 3. 150

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Stephen Sanjaya Mulyanto, Eva Yovita Dwi Utami Tabel 3. Persentase Rx Level sebelum dan sesudah implementasi MCPA Level Indonesia Air Show Sebelum Sesudah 23% 5% 37% 18% 18% 32% 8% 23% 14% 24% Tabel 3 memperlihatkan adanya perubahaan nilai persentase Rx Level sesudah pengimplementasian MCPA. Rx Level pada aras -75 < x < 0 dbm mengalami peningkatan sedangkan pada aras -105 < x < -75 dbm semakin menurun atau menghilang, karena nilainya meningkat ke aras yang lebih baik yaitu -75 < x < 0 dbm. Dengan demikian penggunaan MCPA dapat meningkatkan kuailtas penerimaan isyarat pada daerah yang lebih luas. Akan tetapi terjadi penurunan nilai Rx Qual dari baik menjadi cukup dan cukup menjadi buruk. Hal ini disebabkan terjadinya interferensi setelah dilakukan penambahan daya menggunakan MCPA. Ketika melakukan penambahan daya harus diperhatikan frekuensi yang digunakan suatu sel. Dalam perencanaan jaringan dilakukan penggunaan frekuensi secara berulang. Pengulangan frekuensi ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya interferensi co-channel. Terdapat juga interferensi yang terjadi karena frekuensi yang berdekatan atau sering disebut adjacent channel. Jadi ketika mengaplikasikan MCPA, frekuensi harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya interferensi. Pengaturan ulang frekuensi, tilt serta azimuth dapat digunakan untuk menghindari terjadinya interferensi. 3.2. Hasil Penelitian pada 4 clutter di Sumatera Utara Untuk empat jenis clutter di Sumatera Utara, parameter Rx Level dan jarak digunakan untuk mengetahui pengaruh MCPA terhadap pertambahan cakupan serta kuat isyarat. Tabel 4 menunjukkan persentase terjadinya peningkatan Rx Level menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada Rx Level -69 < x < 0 dbm yang merupakan tingkatan Rx Level dengan kriteria sangat bagus (warna merah), Sebagai contoh pada clutter Dense urban, presentase Rx Level sangat bagus (merah) bertambah dari 59% menjadi 74%. Sedangkan presentase Rx Level berwarna kuning yaitu -73 < x < -69 dbm dan warna hijau -80 < x < -73 dbm menjadi semakin rendah. Hal ini karena presentase coverage pada aras tersebut telah meningkat ke aras yang lebih baik. Demikian juga presentase coverage dengan Rx Level yang buruk menjadi 0%. 151

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 147-153 Tabel 4. Persentase Rx Level sebelum dan sesudah pengaplikasian MCPA. Level Dense Urban KM087G Urban KM003G Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 0% 0% 2% 0% 2% 0% 10% 6% 19% 12% 24% 17% 20% 14% 17% 12% 59% 74% 47% 64% Level Sub Urban KM054G Rural DS058G Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 23% 8% 0% 0% 24% 15% 3% 0% 22% 24% 11% 5% 12% 13% 12% 7% 19% 40% 74% 87% Pertambahan jarak yang dapat dijangkau atau cakupan sel pada tiap clutter,mulai dari aras yang paling baik ke aras yang paling buruk ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pertambahan jarak/coverage tiap sektor pada empat clutter Dense Urban Aras Jarak Urban Aras Jarak 293 m 298 m KM087GA 251 m 277 m KM003GA 191 m 233 m 161 m 197 m 244 m 312 m KM087GC 241 m 294 m KM003GC 197 m 276 m 173 m 202 m Rural Aras Jarak Sub Urban Aras Jarak 550 m 339 m DS058GA 512 m 239 m KM054GA 261 m 193 m 213 m 186 m 572 m DS058GB 500 m 258 m 210 m 152

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Stephen Sanjaya Mulyanto, Eva Yovita Dwi Utami Pertambahan jarak jangkauan minimum yang bisa diperoleh dengan pengaplikasian MCPA ini untuk setiap aras Rx Level dari yang paling baik ke yang paling buruk adalah sebagai berikut: a. Clutter dense urban : 160 m, 190 m, 230 m, dan 270 m, b. Clutter urban : 190 m, 230 m, 270 m, 300 m, c. Clutter sub urban: 190 m, 200 m, 250 m, 350 m, d. Clutter rural : 210 m, 250 m, 500 m, 550 m. Sementara itu, untuk kualitas isyarat yang dinyatakan dalam Rx Qual. Untuk daerah dense urban, sebelum dan sesudah pengaplikasian MCPA, terdapat daerah dengan dengan nilai buruk dan sangat buruk. Daerah urban, sub urban dan rural, memiliki rentang nilai Rx Qual baik dan sangat baik baik sebelum maupun sesudah pengaplikasian MCPA. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi MCPA hanya meningkatkan Rx Level dan jangkauan sel. Pengaplikasian MCPA dari hasil simulasi ASSET Tools juga tidak menurunkan RxQual, yang berarti peningkatkan daya pancar tidak menyebabkan interferensi pada batas yang menyebabkan turunnya kualitas isyarat. 4. Kesimpulan Pengaplikasian MCPA dapat meningkatkan persentase aras Rx Level yang baik dan menurunkan persentase aras Rx Level yang buruk, yaitu persentase aras Rx Level yang baik untuk clutter dense urban menjadi 75%, urban menjadi 60%, sub urban menjadi 40%, dan rural menjadi 80%. Sedangkan hampir keseluruhan nilai persentase Rx Level dari empat clutter pada aras yang buruk menurun mendekati 0%. Pertambahan jarak jangkauan untuk tiap-tiap aras Rx Level dari aras yang paling baik ke paling buruk untuk clutter dense urban adalah 160 m, 190 m, 230 m, 270 m, pada clutter urban berturutan adalah 190 m, 230 m, 270 m, 300 m, untuk clutter sub urban sebesar 190 m, 200 m, 250 m, 350 m dan untuk clutter rural adalah 210 m, 250 m, 500 m, 550 m. Daftar Pustaka [1] P.B. Kenington, High Linearity RF Amplifier Design, Noorwood, USA: Artech House, 2000. [2] Power Budget Calculation [Online], http://media.wiley.com/product_data/excerpt/ 04708626/047086267X.pdf, diakses tanggal 20 Agustus 2013. [3] W. Stalling, Komunikasi dan Jaringan Nirkabel, Jakarta :Penerbit Erlangga, 2007. 153

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 147-153 154