PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MUARO NOMOR : W3.U14/ 01 /HPDT/IV/2015

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 33 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF PARIAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tenga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 47/1996, PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN BANGKO, KERINCI DAN TANJUNG JABUNG DALAM WILAYAH PROPINSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PESISIR SELATAN

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 28 TAHUN 1995 (28/1995) Tanggal: 23 AGUSTUS 1995 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

Presiden Republik Indonesia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 NOMOR 20

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN NEGERI PASAMAN BARAT JL. PASAMAN BARU PADANG TUJUH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 NOMOR 21

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI SUMATERA BARAT

Komponen Akreditasi Isi Proses Lulusan Tendik Sarpras Pengelolaan Pembiayaan Penilaian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KABUPATEN PESISIR SELATAN

SURVEI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DI PROPINSI SUMATERA BARAT] Kuliah Kerja Nyata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI PADANG PARIAMAN

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

Nama SKPD : DINAS PEKERJAAN UMUM

BUPATI PESISIR SELATAN

LAYANAN KURIR DAN LEAD TIME CABANG PEKANBARU

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA PADANG

Kabupaten Padang Pariaman

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN KERINCI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ALAMAT MASJID SUMATERA BARAT KAB. PESISIR SELATAN

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM. PROPINSI SUMATERA TENGAH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PARIAMAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PARIAMAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1982 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINSTRATIF BATURAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2009 TLD NO :

N A M A / J U M L A H

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 132 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 132 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

DAFTAR ALAMAT SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT.

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

I. PENDAHULUAN. Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Januari - Juni 2015 # 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 06 Tahun : 2003 Seri : D Nomor : 06

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1983 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA BATAM DI WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU

LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR MAHASISWA PESERTA KKN PPM TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 14 TAHUN 2000 (14/2000)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN 11 (SEBELAS) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, SOLOK, TANAH DATAR, PESISIR SELATAN, PADANG PARIAMAN, 50 KOTA DAN PASAMAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan dan pembangunan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, Solok, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, 50 Kota dan di Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat, maka untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas pelayanan di bidang pemerintahan dan pembangunan serta untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dipandang perlu membentuk Kecamatan baru di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II tersebut; b. bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 75 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan Di Daerah, pembentukan Kecamatan harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); 3. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBENTUKAN 11 (SEBELAS) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, SOLOK, TANAH DATAR, PESISIR SELATAN, PADANG PARIAMAN, 50 KOTA DAN PASAMAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT. Pasal 1 (1) Membentuk Kecamatan Sungai Rumbai di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, yang a. Desa Sungai Rumbai; b. Desa Kota Besar; c. Desa Padang Bungur; d. Desa Bonjol; e. Desa Cahaya Murni; f. Desa Bukit Gading; g. Desa Lubuk Karya; h. Desa Mayang Taurai; i. Desa Abai Siat; j. Desa Ranah Baru; k. Desa Batu Kangkuang; l. Desa Sungai Limau; m. Desa Sinamar;

n. Desa Tanjung Alam; o. Desa Kodrat; p. Desa Mulya Bhakti; q. Desa Kurnia; r. Desa Talago Biru. (2) Wilayah Kecamatan Sungai Rumbai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Koto Baru. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Sungai Rumbai, maka wilayah Kecamatan Koto Baru dikurangi dengan wilayah Kecamatan Sungai Rumbai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 2 (1) Membentuk Kecamatan Sitiung di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, yang meliputi wilayah; a. Desa Sitiung; b. Desa Siguntur; c. Desa Sungai Lansek Siluluk; d. Desa Kostar; e. Desa Gunung Medan; f. Desa Sungai Duo; g. Desa Pulai; h. Desa Piruko; i. Desa Koto Agung; j. Desa Tabek Penyeberangan; k. Desa Timpeh; l. Desa Pinang Makmur; m. Desa Tri Mulya; n. Desa Beringin Sakti. (2) Wilayah Kecamatan Sitiung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pulau Punjung. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Sitiung, maka wilayah Kecamatan Pulau Punjung dikurangi dengan wilayah Kecamatan Sitiung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 3 (1) Membentuk Kecamatan Junjung Sirih di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok, yang a. Desa Kampuang Tangah; b. Desa Murapi Utara; c. Desa Murapi selatan; d. Desa Kotobaru tambak; e. Desa Gantiang Padangpalak; f. Desa Parumahan; g. Desa Gando; h. Desa Subarang. (2) Wilayah Kecamatan Junjung Sirih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan X Koto Singkarak. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Junjung Sirih, maka wilayah Kecamatan X Koto Singkarak dikurangi dengan wilayah Kecamatan Junjung Sirih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 4 (1) Membentuk Kecamatan Padang Ganting di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Datar, yang a. Desa Koto Gadang; b. Desa Koto Gadang Hilia; c. Desa Rajo Dani; d. Desa Koto Alam; e. Desa Taratak VIII; f. Desa Taratak XII; g. Desa Lareh Nan Panjang.

(2) Wilayah Kecamatan Padang Ganting sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tanjung Emas. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Padang Ganting, maka wilayah Kecamatan Tanjung Emas dikurangi dengan wilayah Kecamatan Padang Ganting sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 5 (1) Membentuk Kecamatan Sutera di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan, yang a. Desa Gunuang Rajo Surantih; b. Desa Langgai; c. Desa Kayuaro; d. Desa Ampalu; e. Desa Rawang Gunung Malelo; f. Desa Koto nan Tigo; g. Desa Taratak; h. Desa Lansano; i. Desa Aua Duri; j. Desa Ranah Mandeh Rubiah; k. Desa Tanjung Gadang; l. Desa Padang Tarok; m. Desa Pantai Camin; n. Desa Hamparan Perak. (2) Wilayah Kecamatan Sutera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Batang Kapas. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Sutera, maka wilayah Kecamatan Batang Kapas dikurangi dengan wilayah Kecamatan Sutera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 6 (1) Membentuk Kecamatan Linggo Sari Baganti di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan, yang a. Desa Pasa Aiahaji; b. Desa Lagan Mudik Punggasan; c. Desa Lagan hilia Punggasan; d. Desa Rantau Simalenang; e. Desa Aiahaji Tenggara; f. Desa Aiahaji Tengah; g. Desa Pasa Bukit Aiahaji; h. Desa Aiahaji Barat; i. Desa Pasa Punggasan; j. Desa Padang XI Punggasan; k. Desa Punggasan Timur; l. Desa Punggasan Utara; (2) Wilayah Kecamatan Linggo Sari Baganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ranah Pesisir. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Linggo Sari Baganti, maka wilayah Kecamatan Ranah Pesisir dikurangi dengan wilayah Kecamatan Linggo Sari Baganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 7 (1) Membentuk Kecamatan IV Koto Aur Malintang di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman, yang a. Desa Batu Basa; b. Desa Aua Malintang; c. Desa Sungai Pingai; d. Desa Durian Jantuang; e. Desa Padang Lariang; f. Desa Balai Baiak. (2) Wilayah Kecamatan IV Koto Aur Malintang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sungai Geringging.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan IV Koto Aur Malintang, maka wilayah Kecamatan Sungai Geringging dikurangi dengan wilayah Kecamatan IV Koto Aur Malintang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 8 (1) Membentuk Kecamatan Ulakan Tapakis di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman, yang a. Desa Ulakan Tangah; b. Desa Ulakan Satangkai Payung; c. Desa Saulayaik Ulakan; d. Desa Padang Toboh; e. Desa Sandi Mulia; f. Desa Sungai Gimba; g. Desa Manggopoh Palak Gadang; h. Desa Tapakih Utara; i. Desa Tapakih Selatan; j. Desa Tapakih Barat; k. Desa Tapakih Tangah; l. Desa Tapakih Timur; (2) Wilayah Kecamatan Ulakan Tapakis dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Nan Sabaris. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Ulakan Tapakis, maka wilayah Kecamatan Nan Sabaris dikurangi dengan wilayah Kecamatan Ulakan Tapakis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 9 (1) Membentuk Kecamatan Gunung Mas di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II 50 Kota, yang a. Desa Koto Tinggi Tengah; b. Desa Koto Tinggi Selatan; c. Desa Koto Tinggi Barat; d. Desa Puo Datar; e. Desa Pandam Gadang Barat; f. Desa Pandam Gadang Tangah; g. Desa Pandam Gadang Timur; h. Desa Talang Anau; i. Desa Baruah Gunung Selatan; j. Desa Baruah Gunung Utara; k. Desa Baruah Gunung Barat; l. Desa Sungai Naning Utara; m. Desa Sungai Naning Selatan; n. Desa Kampung Baru. (2) Wilayah Kecamatan Gunung Mas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Suliki. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Gunung Mas, maka wilayah Kecamatan Suliki dikurangi dengan wilayah Kecamatan Gunung Mas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 10 (1) Membentuk Kecamatan Kinali di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman, yang meliputi wilayah: a. Desa Langgam; b. Desa Katiagan; c. Desa Mandiangin; d. Desa Wonosari; e. Desa Sidomulyo; f. Desa Sumber Agung; g. Desa Alamanda; h. Desa Bangunrejo; i. Desa Enam Koto Selatan;

j. Desa Enam Koto Utara; k. Desa Sidodadi; l. Desa Koto Gadang Jaya; m. Desa IV Koto. (2) Wilayah Kecamatan Kinali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pasaman. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Kinali, maka wilayah Kecamatan Pasaman dikurangi dengan wilayah Kecamatan Kinali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 11 (1) Membentuk Kecamatan Gunung Tuleh di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman, yang a. Desa Muaro Kiawai Barat; b. Desa Sudirman; c. Desa Kartini; d. Desa Ranah Sungai Magelang; e. Desa Paraman Ampalu; f. Desa Hulu Kenaikan; g. Desa Lereng Kenaikan; h. Desa Sarasah Kenaikan; i. Desa Siligawan. (2) Wilayah Kecamatan Gunung Tuleh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Lembah Melintang. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Gunung Tuleh, maka wilayah Kecamatan Lembah Melintang dikurangi dengan wilayah Kecamatan Gunung Tuleh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 12 (1) Pusat Pemerintahan Kecamatan Sungai Rumbai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) berada di Desa Sungai Rumbai. (2) Pusat Pemerintahan Kecamatan Sitiung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berada di Desa Sitiung. (3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Junjung Sirih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berada di Desa Kampuang Tangah. (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Padang Ganting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berada di Desa Koto Gadang. (5) Pusat Pemerintahan Kecamatan Sutera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) berada di Desa Gunuang Rajo Surantih. (6) Pusat Pemerintahan Kecamatan Linggo Sari Baganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) berada di Desa Pasa Aiahaji. (7) Pusat Pemerintahan Kecamatan IV Koto Aur Malintang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berada di Desa Batu Basa. (8) Pusat Pemerintahan Kecamatan Ulakan Tapakis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) berada di Desa Ulakan Tangah. (9) Pusat Pemerintahan Kecamatan Gunung Mas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) berada di Desa Koto Tinggi Tengah. (10) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kinali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) berada di Desa Langgam. (11) Pusat Pemerintahan Kecamatan Gunung Tuleh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) berada di Desa Muaro Kiawai Barat. Pasal 13 Batas wilayah Kecamatan-kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Pasal 14

Pemecahan, penggabungan, penghapusan, serta perubahan nama dan batas Desa/Kelurahan dalam Kecamatan-kecamatan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini sepanjang tidak mengakibatkan perubahan batas wilayah Kecamatan, diatur dengan Peraturan Daerah sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Pasal 15 (1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Segala sesuatu yang berkenaan dengan dan sebagai akibat dari pembentukan 11 (sebelas) Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dengan memperhitungkan kemampuan keuangan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Barat. Pasal 16 Segala ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembentukan dan perubahan batas Kecamatan dalam wilayah Daerah Tingkat I Sumatera Barat yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Nopember 1995 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd MOERDIONO Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Nopember 1995 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SOEHARTO SUMBER: LN 1995/69 Kutipan: LEMBAR LEPAS SETNEG TAHUN 1995