PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SAWAHLUNTO

Kota Sawahlunto. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAWAHLUNTO Jl Bagindo Aziz Chan Telp (0754) Sawahlunto

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

Wilayah I (hingga jarak 15 Km) Wilayah II (jarak 16 hingga 30 Km) Sirakuk Utara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

1. Desa Bukik gadang. 2. Desa Tumpuak Tangah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF RANTAU PRAPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

UU 9/1996, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 9 TAHUN 1996 (9/1996)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TERNATE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 11 TAHUN 1999 (11/1999) TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TERNATE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 33 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF PARIAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF SORONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TEBING TINGGI Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1979 Tanggal 11 April 1979

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH SINGKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1988 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

UU 48/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 48 TAHUN 1999 (48/1999)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1983 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA BATAM DI WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PAGAR ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLINK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH SINGKIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi Kondisi Geografis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BLITAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR

UU 6/1995, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KENDARI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 6 TAHUN 1995 (6/1995)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SOLOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat pada umumnya dan Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto khususnya menyebabkan meningkatnya fungsi dan peranan Kota Sawahlunto sehingga dalam kegiatan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat mengalami kesulitan dalam penyediaan lahan; b. bahwa dalam rangka tertib administrasi pemerintahan dan dalam upaya menampung gerak kegiatan pembangunan yang terus meningkat di wilayah tersebut dipandang perlu batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto diubah dengan memasukkan sebagian dari wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok ke dalam wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto; c. bahwa Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung. dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok telah menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto; d. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan Di Daerah, perubahan batas wilayah/daerah Tingkat II ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 9); 3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153). MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA 1 / 12

DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SOLOK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. BAB II PERUBAHAN BATAS WILAYAH Pasal 2 Batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto diubah dan diperluas dengan memasukkan: a. Seluruh wilayah Kecamatan Talawi Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung yang terdiri dari: 1) Desa Talawi Mudiak; 2) Desa Talawi Hilia; 3) Desa Bukik Gadang; 4) Desa Kumbayau; 5) Desa Batu Kuali; 6) Desa Datar Mansiang; 7) Desa Tumpuak Tangah; 8) Desa Kunianieh Ateh; 9) Desa Koto Tuo; 10) Desa Kolok Tangah; 11) Desa Kolok Mudiak; 12) Desa Santur; 13) Desa Tigo Tanjuang; 14) Desa Sijantang Koto; 15) Desa Salak; 16) Desa Sikalang; 17) Desa Rantih. b. Sebagian dari wilayah Kecamatan Sawahlunto Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, yang 2 / 12

terdiri dari: 1) Desa Kubang Utara Sikabu; 2) Desa Kubang Tangah; 3) Desa Kubang Barat; 4) Desa Pasa Kubang; 5) Desa Lunto Timur; 6) Desa Lunto Barat; 7) Desa Muaro Kalaban; 8) Desa Taratak Bancah; 9) Desa Silungkang Oso; 10) Desa Silungkang Duo; 11) Desa Silungkang Tigo. c. Sebagian dari Wilayah Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Daerah Tingkat II Solok, yang terdiri dari: 1) Desa Batu Tungga; 2) Desa Guguak Balang; 3) Desa Pabusuik; 4) Desa Ladang Laweh; 5) Desa Pasa Mudiak; 6) Desa Pasa Hilia; 7) Desa Guguak Bungo; 8) Desa Batang Lunto; 9) Desa Koto; 10) Desa Panantian; 11) Desa Parik. Pasal 3 Untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan pemerintahan dan pembinaan wilayah, maka wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto yang sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini terdiri dari wilayah Kecamatan Sawahlunto Utara dan wilayah Kecamatan Sawahlunto Selatan, ditata kembali sebagai berikut: 1. Menghapuskan Kecamatan Sawahlunto Utara dan Kecamatan Sawahlunto Selatan; 2. Membentuk 4 (empat) Kecamatan, yaitu: a. Kecamatan Talawi, terdiri dari: 1) Desa Talawi Mudiak; 2) Desa Talawi Hilia; 3) Desa Bukik Gadang; 3 / 12

4) Desa Kumbayau; 5) Desa Batu Kuali; 6) Desa Tumpuak Tangah; 7) Desa Tigo Tanjuang; 8) Desa Kumanieh Ateh; 9) Desa Salak; 10) Desa Sikalang; 11) Desa Datar Mansiang; 12) Desa Rantih; 13) Desa Sijantang Koto. b. Kecamatan Barangin, terdiri dari: 1) Kelurahan Kebun Jati; 2) Kelurahan Lubang Tembok; 3) Kelurahan Gunung Timbago; 4) Kelurahan Lubang Panjang; 5) Kelurahan Pasar Baru Durian; 6) Kelurahan Kampung Surian; 7) Kelurahan Sapan; 8) Kelurahan Sungai Durian; 9) Desa Pasa Mudiak; 10) Desa Koto Tuo; 11) Desa Batang Lunto; 12) Desa Pasa Hilia; 13) Desa Koto; 14) Desa Panantian; 15) Desa Parik; 16) Desa Guguak Balang; 17) Desa Ladang Laweh; 18) Desa Pabusuik; 19) Desa Batu Tungga; 20) Desa Santur; 21) Desa Kolok Mudiak; 22) Desa Kolok Tangah; 23) Desa Guguak Bungo. c. Kecamatan Lembah Segar, terdiri dari: 4 / 12

1) Kelurahan Aur Tajungkang; 2) Kelurahan Kubang Sirakuk Bawah; 3) Kelurahan Kubang Sirakuk Atas; 4) Kelurahan Pondok Kapur; 5) Kelurahan Mudik Air; 6) Kelurahan Pasar Remaja; 7) Kelurahan Kampung Teleng; 8) Kelurahan Pondok Batu; 9) Kelurahan Sukosari; 10) Kelurahan Sidomulyo; 11) Kelurahan Air Dingin; 12) Kelurahan Tanah Lapang; 13) Desa Kubang Utara Sikabu; 14) Desa Kubang Tangah; 15) Desa Kubang Barat; 16) Desa Pasar Kubang; 17) Desa Lunto Timur; 18) Desa Lunto Barat. d. Kecamatan Silungkang terdiri dari: 1) Desa Muaro Kalaban; 2) Desa Taratak Bancah; 3) Desa Silungkang Oso; 4) Desa Silungkang Duo; 5) Desa Silungkang Tigo. Pasal 4 Kecamatan Talawi di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dihapus. Pasal 5 (1) Wilayah Kecamatan Sawahlunto di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung setelah dikurangi dengan desa-desa sebagaimana dimaksud data Pasal 2 huruf b dijadikan kecamatan baru dengan nama Kecamatan Kupitan, yang meliputi: 1. Desa Padang Sibusuk Barat; 2. Desa Padang Sibusuk Tengah; 3. Desa Padang Sibusuk Selatan; 5 / 12

4. Desa Simancuang; 5. Desa Kampung Baru; 6. Desa Batu Manjulur; 7. Desa Pamuatan Timur; 8. Desa Pamuatan Barat. (2) Kecamatan Sawahlunto di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dihapus. Pasal 6 Wilayah Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Daerah Tingkat II Solok adalah wilayah Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Daerah Tingkat II Solok setelah dikurangi dengan desa-desa sebagaimana dimaksud data Pasal 2 huruf c. Pasal 7 (1) Pusat Pemerintahan Kecamatan Talawi berkedudukan di Desa Talawi Mudiak. (2) Pusat Pemerintahan Kecamatan Barangin berkedudukan di Kelurahan Sungai Durian. (3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Lembah Segar berkedudukan di Kelurahan Pasar Remaja. (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Silungkang berkedudukan di Desa Muaro Kalaban. (5) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kupitan berkedudukan di Desa Simancuang. Pasal 8 (1) Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung adalah wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung setelah dikurangi dengan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dan huruf b. (2) Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok adalah wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok setelah dikurangi dengan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c. Pasal 9 Batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto setelah diperluas dengan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Tanjung Mas Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Datar; b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Daerah Tingkat II Solok; c. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Koto VII dan Kecamatan Kupitan Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung; d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Daerah Tingkat II Solok. BAB III 6 / 12

PEMBIAYAAN Pasal 10 Pembiayaan yang diperlukan untuk perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 (1) Semua Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok serta Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Solok yang berlaku bagi desa-desa yang sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok, masih tetap berlaku bagi desa-desa dimaksud, sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. (2) Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dapat diubah atau dicabut oleh Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto dan Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Sawahlunto. (3) Masalah yang menyangkut bidang kepegawaian, kependudukan, penghasilan Daerah, keuangan, materil dan lain-lain yang timbul sebagai akibat perubahan batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini, diselesaikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua ketentuan yang mengatur batas-batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 13 Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 7 / 12

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 1 September 1990 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SOEHARTO Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal 1 September 1990 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1990 NOMOR 59 8 / 12

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SOLOK UMUM 1. Dasar Pertimbangan a. Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. Sedangkan Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. b. Dalam kurun waktu 33 tahun sejak terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, seiring dengan laju perkembangan pembangunan di segala bidang dewasa ini, maka peranan dan fungsi Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto sebagai kota pertambangan dan industri di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat juga berkembang cukup pesat. Sejalan dengan itu laju pertumbuhan penduduk relatif meningkat, tetapi berhubung dengan keadaan geografis wilayahnya yang kurang menguntungkan dan sempitnya lahan yang tersedia, sehingga dalam perkembangannya kota tersebut tidak mampu menciptakan suatu keserasian antara batas wilayah administrasi kota yang ada dengan batas wilayah fungsional terhadap daerah pengembangan fisik kota, yang mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat. c. Luas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto adalah 577,7 Ha, namun dalam kenyataannya luas wilayah yang efektif yang dapat digunakan untuk pembangunan hanya seluas 61,1 Ha, sedangkan sisa wilayah seluas 516,6 Ha merupakan bukit-bukit, tebing dan aliran sungai yang tidak dapat dimanfaatkan. Dari luas wilayah efektif seluas 61,1 Ha yang berada dalam pembinaan langsung Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto hanya 23,4 Ha, sedangkan sisanya seluas 37,7 Ha merupakan wilayah konsesi Tambang Batubara Ombilin yang tidak mungkin dapat dibangun. d. Meningkatnya perkembangan fungsi kota Sawahlunto dan jumlah penduduk dengan laju pertumbuhan kurang lebih 1,65% per tahun, sementara ruang yang tersedia sangat terbatas menyebabkan kegiatan penduduk beralih ke luar batas kota/pinggiran kota, dan menimbulkan daerah perkotaan baru yang tumbuhnya tidak terkendali. Keadaan demikian sangat mempengaruhi perkembangan kota, sehingga menimbulkan permasalahan bagi Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto dalam mengatur tata ruang kota, peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan, penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta pembinaan wilayah. Hal tersebut disebabkan karena penduduk di pinggiran kota, yang secara administratif pemerintahan untuk pembinaan dan pengawasannya berada di luar kewenangan dari pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto. Oleh karena itu, maka permasalahan-permasalahan tersebut di atas perlu dicarikan jalan pemecahannya, antara lain batas wilayah administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto perlu diubah dengan mengadakan perluasan. 9 / 12

2. Perluasan Wilayah a. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka sebagai usaha pemenuhan kebutuhan akan ruang kegiatan pembangunan dan dalam rangka terselenggaranya tertib penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat yang erat kaitannya dengan usaha meningkatkan fungsi dan peranan kota Sawahlunto sebagai pusat pengembangan wilayah, dipandang perlu dan sudah waktunya dilakukan penyesuaian batas wilayah dengan memperluas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto yang semula seluas kurang lebih 577,7 Ha menjadi kurang lebih 27.344,7 Ha dengan luas wilayah efektif kurang lebih 10.915 Ha dan dengan jumlah penduduk kira-kira 50.550 jiwa pada tahun 1989. b. Perluasan wilayah dimaksud dilakukan dengan cara memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung sebanyak 28 (dua puluh delapan) Desa dan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok sebanyak 11 (sebelas) Desa. Dengan perluasan tersebut diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan akan ruang bagi pemenuhan kegiatan pembangunan, dalam rangka usaha mensejahterakan kehidupan masyarakat kota. Di samping itu diharapkan akan dapat lebih memudahkan pembinaan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dari pembangunan sehingga kota Sawahlunto diharapkan akan berperan nyata sebagai pusat pengembangan wilayah yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitarnya. c. Bahwa dimasukkannya sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok ke dalam wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, pada dasarnya telah mendapatkan persetujuan dari ketiga Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan dan disetujui oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat, seperti dinyatakan dalam: 1) Surat Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung tanggal 9 Juli 1987 No. 10/DPRD-SS/1987, tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung melepaskan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung untuk digabungkan dengan Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, dalam rangka perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto; 2) Surat Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Solok tanggal 2 Juli 1987 No. 01/SK-DPRD/1987 tentang Persetujuan Penyerahan Sebagian Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok untuk keperluan perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto; 3) Surat Keputusan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto tanggal 25 Juni 1987 No. 01/KPTS/DPRD-SWL/1987 tentang Persetujuan Perluasan Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto; 4) Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat kepada Menteri Dalam Negeri tanggal 31 Juli 1987 No. 136/4173/PUM-1987 tentang usul perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto. Penetapan batas wilayah baru secara pasti antara wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah mempertimbangkan usul dan saran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat yang didasarkan atas hasil penelitian dan pengukuran (pematokan) secara pasti di lapangan. Penelitian, pengukuran (pematokan) batasbatas baru dimaksud dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok dan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto. 10 / 12

PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Oleh karena seluruh wilayah Kecamatan Talawi di Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, maka Kecamatan Talawi di Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dihapus. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 11 / 12

Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3423 12 / 12