BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WALI NIKAH. A. Analisa Terhadap Mazhab Hanafi Tentang Wali Nikah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB V PENUTUP A. Ikhtisar

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

BAB V PENUTUP. hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam. Berdasarkan ajaran Islam, deskripsi kehidupan suami-istri yang tentram

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

BAB IV ANALISIS. A. Batasan Usia dan Hukuman Penjara Bagi Anak Menurut Ulama NU. Khairuddin Tahmid., Moh Bahruddin, Yusuf Baihaqi, Ihya Ulumuddin,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

MAKALAH ISLAM. Urgensi Perjanjian Suci Dalam Perkawinan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

Hukum Melakukan Operasi Selaput Dara

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai ajarannya. Ajaran serta aturan-aturan yang telah di atur dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

Transkripsi:

BAB III ANALISIS Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi segala sesuatu yang ditentukan dan dikerjakan ada batasnya dan ada urutannya. Karena tidak ada satu hal pun yang diharamkan islam kecuali didalamnya mengandung mudharat (bahaya). Kalaupun dari segi tertentu manfaat dapat ditemukan, tetap saja mudharat lebih mendominasi atau didahulukan. Jika mudharat tersebut tidak mempengaruhi atau merusak pada individu, keluarga, masyarakat atau pemerintahan dan tidak merusak hukum, maka boleh digunakan. Seperti halnya dengan permasalahan ini juga. Dalam permasalahan yang penulis angkat, dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan wali hakim perempuan bagi perempuan yang tidak 65

66 mempunyai wali, menurut perspektif fiqh kontemporer. Dalam menyikapi permasalahan ini, tentunya kami juga akan mengkaji kajian yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya untuk menganalisis. Jika dilihat pada pembahasan sebelumnya yang berpegang pada kajian teori BAB II, secara prinsip, wali ditempatkan sebagai rukun dalam perkawinan menurut kesepakatan ulama. Bahwasanya, seorang perempuan tidak boleh menjadi wali bagi calon mempelai perempuan. Karena dalam syarat-syarat yang telah ditentukan oleh para ulama yang boleh menjadi wali nikah adalah laki-laki, maka dari itu, perempuan tidak diperbolehkan menjadi wali nikah. Hal ini dikarenakan berpedoman atau berpegang pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang telah mengutip ucapan Nabi Muhammad SAW: لاتزيج المرا ة المرا ة ولاتزوج المرا ة نفسها. perempuan tidak boleh mengawinkan dan perempuan juga tidak boleh mengawinkan dirinya sendiri. 1 Apabila wali nikah atau wali nasab tidak ada atau enggan untuk menikahkan perempuan, maka seorang perempuan boleh menikah dengan menggunakan wali hakim. Wali hakim adalah seorang pemimpin atau penguasa yang berkedudukan tinggi yang berhak untuk menjadi wali ketika wali nasab dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menikahkan atau dalam keadaan enggan. Wali hakim dapat menjadi wali apabila telah memenuhi syarat-syarat wali nasab dan telah mendapat persetujuan dari pengadilan agama. Wali hakim bisa disebut juga dengan As- Sulthan. 1 Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam Hlm:72

67 Berkaitan dengan syarat-syarat wali nikah yang disebutkan para ulama, Al- Quran juga menyebutkan bahwa yang menjadi pemimpin atau Sulthan adalah laki-laki. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki -laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Secara sederhana jika kita hanya melihat pada ayat sebelumnya, secara mutlak tafsir akan mengatakan yang berhak untuk menjadi pemimpin hanyalah laki-laki. Akan tetapi, kita tidak boleh terus menerus menutup mata. Karena jika hal itu terus menerus dilakukan, maka perempuan masih akan diposisikan sebagian bagian dari laki-laki (subordinasi), dimarjinalkan dan bahkan didiskriminasikan. Terutama oleh pemikir kaum agamawan, yang secara umum kelebihan laki-laki dari pada perempuan dianggap mutlak karena berpegang pada ayat sebelumnya. Didalam ilmu tafsir, disebutkan oleh Ar-Razi, kelebihan secara mutlak itu ada 2, yaitu: ilmu pengetahuan dan kemampuan. 2 Hal ini, yang dimaksud dari keduanya, akal dan pengetahuan laki-laki melebihi akal dan pengetahuan perempuan, dan untuk perempuan dalam pekerjaan keras lebih sempurna laki-laki. 2 Husein Muhammad. Fiqh Perempuan Refleksi Kiai... Hlm:24.

68 Akan tetapi, ketentuan yang secara mutlak itu tidak bisa dipertahankan lagi, karena perubahan zaman semakin berkembang dan tidak semua laki-laki memiliki kemampuan lebih dibanding perempuan. Sekarang zamannya telah berkembang dan berubah, semakin banyak perempuan yang memiliki potensi dan juga bisa melakukan peran-peran yang dipandang hanya laki-laki yang bisa mengerjakannya. Sepertihalnya dalam memimpin, tidak tanggung-tanggung seorang perempuan juga bisa menjadi pemimpin negara, seperti yang telah dijelaskan dilatar belakang penelitian ini, bahwa Megawati Soekarno Putri dalam kenyataannya, dia adalah seorang perempuan yang bisa menjadi pemimpin negara. Menjadi pemimpin negara saja seorang perempuan bisa, bagaimana memimpin kepemimpinan yang lain. Dalam Al-Quran pun sangatlah jelas bahwa tidak ada larangan bagi perempuan untuk mejadi seorang pemimpin. Karena Al-Quran merupakan pedoman hidup yang pertama, maka dari tiu lebih mengutamakan untuk merujuk pada Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan secara mutawatir. Sebagaimana, Al-Quran telah mengkisahkan kepemimpinan seorang perempuan bernama Ratu Balqis, seorang perempuan yang cerdas, berfikir cepat, bersikap hati-hati dan teliti dalam memutuskan sesuatu. 3 Dalam suratnya dikisahkan dalam surat Saba ayat 15, surat An-Naml ayat 23-24, dan seterusnya. Maka, sangat jelas, bahwa Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia tidak melarang seorang perempuan untuk menjadi Sulthan, sebagaimana Ratu Balqis. 3 Huzaemah Tahido Yanggo. Fikih Perempuan Kontemporer. Hlm:53.

69 Akan tetapi, untuk menjadi seorang pemimpin tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena menjadi pemimpin harus memiliki kemampuan yang lebih dan harus bisa memenuhi syarat-syarat menjadi pemimpin baik laki-laki dan perempuan, sehingga bisa menjadi tauladan bagi bawahannya. Kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan, 4 adalah salah satu point seseorang untuk bisa mejadi pemimpin. Maka sangat jelas, bahwa Al-Quran juga telah mendukung dan tidak melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Hal tersebut dapat berpegang pada pendapat pada ulama Hanafiyah dan ulama Syi ah Imamiyah. Mereka berpendapat bahwa untuk melaksanakan pernikahan boleh tidak menggunakna wali. Karena mereka beralasan bahwa pernikahan seorang perempuan yang sudah dewasa dan sehat akalnya dapat melangsungkan sendiri akad perkawinannya atau orang lain, tanpa ada ijin dan tanpa ada wali. Alasan secara rasionalnya ialah bahwa orang telah dewasa dan sehat akalnya dapat bertindak hukum dengan sendirinya tanpa diperlukan bantuan walinya. Hal tersebut karena seorang perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri atau menjadi wali, karena seorang perempuan itu sudah memiliki kemampuan dan pengalaman untuk bertanggungjawab atas dirinya, baik buruk yang apabila akan terjadi sesuatu. Selain itu, juga dapat berpegang pada kaidah fiqh yang menegaskan bahwa kemudharatan harus dihilangkan dari kehidupan manusia. Kaidah fiqh tersebut berbunyi: الضرر يزال Kemudharatan itu harus dihilangkan 4 Kartini Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Hlm:31.

70 Dalam sebuah kaidah fiqh yang cukup populer ditegaskan bahwa situasi yang sulit memberikan peluang bagi muslim memperoleh kelapangan dan kemudahan dalam menjalankan urusannya. Hal itu diungkapkan juga dalam kaidah fiqh berikut: ا ذا ضاق الا مراتسع Suatu urusan apabila telah sempit ia akan lapang Dengan berpegang pada kaidah fiqh ini, bahwasanya kaidah ini telah memberi solusi terbaik terhadap persoalan yang dihadapi seorang perempuan, dimana ketika tidak ada wali perempuan yang sedang melakukan perjalanan bersamanya, ia boleh mewakilkan walinya kepada wali yang lain, yang dipercayai dan dipandangnya memiliki sifat amanah. Ketika imam Syafi i ditanya orang kenapa ia memberikan solusi yang demikian. Ulama ini menegaskan bahwa apabila suatu urusan sempit, maka ia akan lapang.