BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PROBLEMATIKA MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

PERAN DAN FUNGSI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA. Oleh : Karmuji, S.Sy., M.Sy. 1 ABSTRAK

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB II KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan di dalamnya tercipta rasa sakinah, mawaddah dan rahmah

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI. mediator atau orang yang menjadi penengah. 19

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS. A. Status Hakam Berdasarkan Pasal 76 ayat (2) UU. No. 07 Tahun 1989

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, manusia hidup berpasang-pasangan yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

P U T U S A N. Nomor 0879/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG

MEDIASI SEBAGAI UPAYA HAKIM MENEKAN PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana menerapkan sistem penyelesaian sengketa yang sederhana,

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor

PERAN MEDIATOR DALAM MEMINIMALISIR CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA KOTA MEDAN PADA TAHUN

PRAKTEK MEDIASI OLEH MEDIATOR NON HAKIM DI PENGADILAN AGAMA BLITAR DALAM PERKARA PERCERAIAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perkara pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan no:

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM KEBERHASILAN MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep Islam penyelesaian dengan jalan damai disebut dengan

harus menjadi mediator pada kasus yang lain. dalam melaksanakan mediasi sangat terbatas, yaitu pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

Transkripsi:

68 BAB IV ANALISIS TERHADAP PROBLEMATIKA PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012 A. Analisis Pelaksanaan Mediasi Dalam Perkara Cerai Gugat Di Pengadilan Agama Semarang Pada Tahun 2012. Dalam pelaksanaan proses mediasi di Pengadilan Agama Semarang dalam perkara cerai gugat tahap pertama yaitu ketika sidang pertama majelis hakim berupaya mendamaikan para pihak yang telah sesuai dengan Pasal 130 dan 131 HIR. bunyi dari pasal 130 yaitu : 1. Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak tidak datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba memperdamaikan mereka; 2. Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang diperbuat surat (akte) tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menepati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan yang biasa; 3. Keputusan yang sedemikian tidak diizinkan dibanding; 4. Jika pada waktu mencoba akan memperdamaikan kedua belah pihak perlu dipakai juru bahasa, maka peraturan pasal yang berikut dituruti untuk itu. 1 Dalam hal ini majelis hakim telah berupaya mendamaikan melalui humor supaya terkesan tidak kaku, walupun dalam pelaksanaanya tidak ada yang berhasil, hal ini disebabkan karena para pihak berpikiran datang ke Pengadilan Agama Semarang untuk bercerai bukan untuk berdamai. 1 R Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasanya, Bogor: Politeia, 1995, hlm. 88.

69 Ketika dalam sidang pertama tidak tercapai perdamian, selanjutnya majelis hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi, hal ini sesuai dalam pasal 7 ayat 5 PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi. 2 Dalam hal majelis hakim memberi kesempatan para pihak menempuh proses mediasi majelis hakim menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 kepada pihak tergugat maupun pihak penggugat hal ini sesuai dengan pasal 7 ayat 6 PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam perma ini kepada para pihak. 3 Kemudian para pihak diberi kesempatam untuk menentukan mediator yang akan mereka pilih dalam pelaksanaanya semua perkara cerai gugat, para pihak memilih mediator dari PA Semarang. Hal ini disebabkan para pihak enggan memilih mediator dari luar Pengadilan Agama, karena jika memilih mediator dari luar, maka akan ada biaya yang dikeluarkan untuk proses mediasi, tetapi jika memilih mediator dari dalam Pengadilan Agama Semarang, maka para pihak tidak megeluarkan biaya tambahan dalam proses mediasi. Waktu yang diberikan oleh mejelis hakim pemeriksa perkara untuk proses mediasi adalah 40 hari. Dalam Pasal 13 ayat 3 berbunyi PERMA No. 1 Tahun 2008: Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) 2 Syahrial Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 2, hlm. 383. 3 Ibid.

70 hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (5) dan (6). 4 Tempat yang digunakan dalam proses mediasi adalah ruang mediasi yang ada dalam PA Semarang. karena dalam hal mediator dari Pengadilan Agama Semarang maka mediator tidak boleh menyelengarakan mediasi di luar pengadilan, hal ini sesuai pasal 20 PERMA No. 1 Tahun 2008 Tentang Mediasi. Ketika waktu yang telah ditentukan disepakati dan pada saat pihak tergugat maupun pihak penggugat hadir duduk bersama dalam proses mediasi maka mediator memulai dengan perkenalan serta tujuan para pihak serta mediator, kemudian mediator menjelaskan tugas sebagai mediator, setelah perkenalan selesai, maka proses selanjutnya adalah mediator meminta para pihak cerita cerita yang berkaitan dengan masalah perceraian. kemudian mediator membirikan sebuah usulan usulan untuk dijadikan pertimbangan supaya terciptanya perdamaian. Jarang sekali mediator melakukan kaukus untuk mendorong para pihak berdamai, padahal dalam pasal 15 PERMA No. 1 Tahun 2008 mediator bisa melakukan kaukus apabila hal itu diperlukan, tugas mediator dalam pasal 15 PERMA No. 1 Tahun 2008 adalah : 1. Mediator Wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati; 2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi; 3. Apabila dianggap perlu mediator dapat melakukan kaukus; 4 Ibid, hlm. 387.

71 4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. 5 Dalam proses mediasi mediator di Pengadilan Agama Semarang tidak pernah melibatkan ahli untuk menberikan penjelasan serta untuk membantu para pihak memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh penggugat dan tergugat. 6 padahal dalam pasal 15 PERMA no. 1 tahun 2008 mediator atas persetujuan para pihak dapat mengundang ahli untuk membantu menyelesaikan masalah walaupun keterlibatan ahli tidak diwajibkan. Ketika proses mediasi, mediator sering kali mendapat jalan buntu perdamian yang disebabkan kuatnya keinginan tergugat untuk melanjutkan proses perceraian. Setelah proses mediasi gagal, maka mediator melaporkan kepada majelis bahwa proses mediasi gagal dan perkara dilanjutkan pada sidang berikutnya oleh majelis hakim pemeriksa perkara. B. Analisis Problematika Pelaksanaan Mediasi Dalam Perkara Cerai Gugat di Pengadilan Agama Semarang Tahun 2012 Proses pelaksanaan mediasi yang kurang efektif yang disebabkan oleh beberapa masalah yaitu: 5 Syahrial Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 2, hlm. 389. 6 Hasil wawancara dengan Ibu Ismiyati, salah satu hakim mediator yang sudah sertifikasi di Pengadilan Agama Semarang pada 19 November 2013

72 1. Kurangnya niat yang sungguh sungguh dari para pihak baik penggugat maupun tergugat untuk melakukan mediasi dan menciptakan perdamain. Kurangnya niat tersebut yang disebabkan kurangnya pemahaman para pihak akan pentingnya mediasi dan juga dampak yang ditimbulkan ketika terjadi kesepakatan perdamaian, serta tekad bulat penggugat untuk melakukan perceraian dan juga faktor lain, seperti: a. Adanya pihak ketiga dalam rumah tangga serta permasalahan nafkah. b. Dalam perkara cerai gugat merupakan perkara yang erat kaitanya dengan masalah hati. 7 2. Mediator yang ada di Pengadilan Agama Semarang adalah mediator yang belum mampu untuk melakukan tugasnya sebagai mediator. Hal ini bisa dilihat yaitu: a. Ketika akan melakukan mediasi mediator di PA Semarang mempertemukan para pihak dalam keadaan dimana emosi para pihak masih tinggi, hal ini terlihat bahwa para pihak enggan untuk duduk bersama melakukan proses mediasi. Mediator dalam melakukan pertemuan pertama lengkap dengan para pihak harus disertai dengan analisis kondisi psikologis dan hubungan para pihak, semisal tingkat emosi atau kemarahan atau kebencian para pihak satu sama lain, ketepatan presepsi dan miskomunikasi yang terjadi. jika kondisi psikologis para pihak belum siap untuk dipertemukan maka mediator 7 Ibid.

73 lebih baik melakukan pertemuan terpisah lebih dahulu sampai para pihak siap untuk bertemu dalam sebuah pertemuan pihak lengkap. 8 b. Mediator di PA Semarang juga kurang netral, Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan penyelesain sengketa, dalam setiap mediasi mediator memediasi para pihak bertindak netral dan tidak memihak salah satu pihak, pemihakan penihakan mediator pada salah satu pihak akan mengancan gagalnya mediasi, mediator berupaya menemukan kemungkinan alternatif penyelesaian sengketa para pihak. 9 hal ini bisa terlihat ketika pihak tergugat mennyampaikan cerita, maka cerita dari pengugatlah yang dijadikan dasar untuk mencari solusi, sehingga sering terjadi kebuntuan kebuntuan pemecahan permasalahan. c. Mediator kurang mampu untuk menggali apa sebenarnya keinginan atau kepentingan kepentingan para pihak yang bersengketa. Dalam melakukan sebuah mediasi agar lebih efektif, mediator memiliki Tugas dan peran yaitu: 1. Mempersiapkan jadwal pertemuan mediasi denga para pihak; 2. Mendorong para pihak untuk berperan lansung dalam proses mediasi; 3. Melakukan kaukus bilamana perlu; 8 Taqdir, Rahmadi, Mediasi Penyelesain Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 112 9 Abdul Manan, M Fauzan, Pokok Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002, hlm. 316.

74 4. Mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka; 5. Mencari berbagai pilihan atau opsi penyelesain yang terbaik bagi para pihak. 10 Untuk mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepntingan mereka, maka perlu dibutuhkan beberapa ketrampilan sebagi mediator, yaitu: 1) Ketrampilan intervensi yaitu peran yang diambil pihak ketiga dalam memediasi untuk menfasilitasi para pihak untuk mencari solusi bersama; 2) Ketrampilan bertanya; 3) Ketrampilan mendengarkan; 4) Ketrampilan memparafrase, parafrase adalah bentuk intervensi yang dilakukan mediator dengan mengambil satu aspek dari pernyataan salah satu pihak yang biasanya mengandung muatan emosi, dan mencarikan respon terhadap aspek dari pihak lain; 5) Ketrampilan menyimpulkan; 6) Ketrampilan mengerangka ulang; 7) Ketrampilan mengelola emosi. 11 10 Taqdir, Rahmadi, Mediasi Penyelesain Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 186. 11 Ahwan Fanani, op. cit, hlm. 139.

75 d. Mediator di PA Semarang tidak memiliki sikap sikap yang mampu untuk dipercaya oleh para pihak untuk bisa menyelesaikan permasalahan, hal ini bisa dilihat bahwa para pihak enggan melakukan proses mediasi, karena para pihak memandang proses mediasi hanyalah sekedar menggugurkan kewajiban. 12 Seorang mediator harus memeliki sikap mental yang mampu mendekatkan perbedaam kepentingan para pihak, kemampuan membangun kepercayaan para pihak adalah sikap yang harus ditunjukan mediator kepada para pihak bahwa mediator tidak memiliki kepentingan apapun terhadap peneyelesaian sengketa. 13 Kepercayaan para pihak kepada mediator bisa terjadi manakala seorang mediator mempunyai sikap yaitu: 1. Bersikap terbuka; 2. Mandiri netral; 3. Percaya diri; 4. Menghormati orang lain; 5. Seimbang; 6. Mempunyai komitmen; 7. Fleksibel; 12 Hasil wawancara dengan Ibu Ismiyati, salah satu hakim mediator yang sudah sertifikasi di Pengadilan Agama Semarang pada 19 November 2013 13 Syahrizal Abbas, op. cit, hlm. 61.

76 8. Bisa memimpin proses mediasi dengan baik, dan percaya pada orang lain. 14 3. Kurangnya para pihak memanfaatkan waktu yang telah disediakan oleh majelis hakim yaitu 40 hari, hal ini terlihat dalam proses mediasi hanya berjalan satu kali pertemuan tanpa adanya rencana pertemuan selanjutnya atau merencanakan pertemuan terpisah sebelum melakukan pertemuan secara bersama. Dalam Pasal 13 ayat 3 berbunyi PERMA No. 1 Tahun 2008: Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (5) dan (6). 15 Menurut penulis jika para pihak manfaatkan waktu yang telah diberikan majelis hakim ada kemungkinan besar mediasi berhasil, sebab waktu yang diberikan tersebut bisa untuk Pengumpulan dan analisis berbagai informasi yang berkaitan dengan sengketa. Pengumpulan dan analisis berbagai informasi yang berkaitan dengan sengketa perlu dilakukan oleh mediator untuk mengidentifikasi para pihak yang bersengketa, masalah masalah yang dipersengketakan, dan kepentingan para pihak mengungkapakan dan menganalisis dinamika hubungan para pihak pada masa lalu dan masa sekarang. 16 14 M Mukhsin Jamil, Mengelola Konflik Membangun Damai, Semarang: Walisongo Mediation Centre, 2007, hlm. 107. 15 Syahrial Abbas, hlm. 387. 16 Taqdir, Rahmadi, op. cit, hlm. 108.

77 4. Kurangnya pemahaman para pihak akan pentingnya mediasi dan juga dampak yang ditimbulkan ketika terjadi kesepakatan perdamaian. Pemahaman akan mediasi disini sangatlah dibutuhkan sebab dengan para pihak paham secara betul proses mediasi, pentingnya mediasi, serta dampak yang ditimbulkan dari mediasi. Jika para pihak paham akan prinsip mediasi yaitu yang cepat, karena penyelesaian sengketa melalui proses litigasi akan memakan waktu bertahun tahun karena panjangnya tahapan persidangan dimana selalu terbuka adanya upaya hukum, sedangkan dalam proses mediasi waktu yang ditempuh relatif lebih singkat apalagi jika sejak awal sudah terbentuk antusias dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan sengketanya secara damai. 17 dan biaya ringan. Jika dalam proses litigasi setiap tahapan memerlukan biaya naka proses mediasi justru sebaliknaya, hampir semua tahapan tidak memerlukan biaya apalagi jika para pihak memilih mediator dari kalangan hakim pengadilan, jika para pihak memilih mediator dari luar pengadilan maka biaya akan ditentukan sesuai kesepakatan bersama yang tidak terikat pada peraturan. 18 Ketika para pihak paham dampak yang ditimbulkan akibat perceraian seperti anak anak mereka yang harus memilih untuk ikut suami atau istri yang dapat menjadikan anak tersebut serta perselisihan yang terus menerus antara para pihak. Pemahaman akan pentingnya sebuah perdamaian, pemahaman akan pentingnya menjaga 17 D.Y Witanto, Hukum Acara Mediasi, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 47. 18 Ibid.

78 rumah tangga mutlak dimiliki oleh seseorang yang menikah untuk mencegah perceraian. 5. Masalah sarana prasarana, yaitu masalah tempat, mediator di Pengadilan Agama Semarang menganggap masalah tempat bukan menjadi masalah utama dalam sebuah kesuksesan mediasi, tapi menurut penulis masalah tempat merupakan masalah yang penting. Secara teoritis tempat yang baik untuk melakukan mediasi adalah tempat yang netral. Untuk menyelenggarakan mediasi idealnya memerlukan 3 jenis ruangan yaitu ruang tunggu, ruang pertemuan para pihak lengkap, dan ruang kaukus yang berdekatan dengan para pihak lengkap. 19 Pada Pengadilan Agama Semarang tempat untuk mediasi sangatlah kurang nyaman, sebab ditempat tersebut terletak di depan pintu masuk paa hakim serta disamping tempat tersebut banyak orang yang melakukan aktifitas. Padahal salah satu prinsip mediasi adalah Kerahasian, yaitu segala sesuatu yang terjadi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan pihak pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers oleh masing masing pihak. 20 tempat tersebut terbuka dan bisa dilihat oleh banyak orang, maka tidak heran ketika mediator menggali informasi yang didapatakan hanyalah informasi yang kurang lengkap sehingga mediator merasa frustasi untuk melakukan upaya perdamain yang dikarenakan para pihak tidak merasa nyaman untuk 19 Taqdir, Rahmadi, op. cit, hlm. 110 20 Syahrial Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 2, hlm. 30.

79 bercerita. Pengadilan Agama Semarang Perlu ruang mediasi yang nyaman untuk melakukan mediasi.