PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

gj'~~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Izin Mendirikan Bangunan. Prinsip.

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI, TENTANG. pelayanan. Kewenangan. tentang Nomor

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,


BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6a TAHUN 2011 TENT ANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN PERKOTAAN

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Transkripsi:

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat perkotaan, pemerintah telah merencanakan untuk menyelenggarakan percepatan pembangunan rumah susun sederhana 1.000 tower yang sebagian pembangunannya dilaksanakan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; b. bahwa pengembangan kota ke depan diarahkan secara vertikal pada kawasan peremajaan lingkungan dan pembangunan baru yang bersifat kawasan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b peilu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Percepatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun; 11. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan; 14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi; 17. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan Nomor 01/M.EKON/03/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan; 18. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1975 tentang Ketentuan Bangunan Bertingkat di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 19. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 20. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 21. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 22. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah; 23. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Keputusan Gubernur Nomor 678 Tahun 1994 tentang Peningkatan Intensitas Bangunan di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

25. Keputusan Gubernur Nomor 1516 Tahun 1997 tentang Rencana Rinci Tata Ruang untuk Wilayah Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA. I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Asisten Pembangunan adalah Asisten Pembangunan Sekda Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Kepala Dinas Tata Kota adalah Kepa!a Dinas Tata Kota Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Kepala Dinas Perumahan adalah Kepala Dinas Perumahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. 9. Rumah Susun Sederhana yang selanjutnya disingkat dengan Rusuna adalah rumah susun yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 10. Satuan Rumah Susun yang selanjutnya disingkat dengan Sarusun adalah unit hunian rumah susun yang dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/koridor/lobi dan lantai lainnya dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum.

11. Lokasi adalah bidang/lahan yang dikuasai instansi Pemerintah dan/atau swasta guna kepentingan penataan atau pengembangan kawasan/areal yang didalamnya terdapat aset milik Pemerintah daerah dan fasilitas kepentingan umum. 12. Lingkungan adalah bagian wilayah kota merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan tertentu dalam suatu pengembangan kota secara keseluruhan. 13. Sifat lingkungan adalah sifat suatu lingkungan ditinjau dari segi kependudukan, aktivitas ekonomi dan nilai tanah. 14. Pola Sifat Lingkungan adalah pengelompokan lokasi lingkunganlingkungan yang sama sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola sesuai dengan rencana kota. 15. Daerah Perencanaan adalah bidang tanah yang telah ditetapkan batasbatasnya menurut dan yang sesuai dengan rencana kota untuk peruntukan tertentu. 16. Intensitas pemanfaatan lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota untuk peruntukan tertentu. 17. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat dengan KLB adalah angka perbandingan jumlah luas lantai seluruh bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana kota. 18. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan pemadam, kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar. 19. Utilitas Umum adalah pelayanan yang diberikan oleh kabupaten/kota berupa penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas. 20. Lingkungan dengan KDB rendah adalah lingkungan dengan tapak bangunan pada lantai dasar maksimal sebesar 20% dari daerah perencanaan. 21. Insentif dan/atau kemudahan perizinan adalah pemberian dari Pemerintah Daerah kepada perusahaan pembangunan perumahan di bidang rumah susun sederhana dalam bentuk antara lain penyediaan sarana, prasarana, pemberian bantuan teknis dan fasilitasi, keringanan biaya dan kemudahan dalam memperoleh izin pembangunan rumah susun sederhana. 22. Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD/UKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerafv'Unit Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

23. Peremajaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan mengadakan pembongkaran menyeluruh dalam rangka pembaharuan struktur fisik dan fungsi. 24. Pembangunan Baru adalah pola pengembangan kawasan pada areal tanah yang masih kosong dan/atau belum pernah dilakukan pembangunan fisik. II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud disusunnya Peraturan Gubernur ini adalah dalam rangka mempercepat realisasi pembangunan Rusuna bagi masyarakat perkotaan yang bertujuan untuk peningkatan kualitas lingkungan, dengan tersedianya hunian yang layak di kawasan perkotaan. III PENETAPAN LOKASI Pasal 3 (1) Penetapan lokasi Rusuna dapat diusulkan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, masyarakat maupun pengembang. (2) Penetapan lokasi Rusuna harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah mengikuti prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan. IV PERSYARATAN DAN JENIS PERUNTUKAN Pasal 4 Persyaratan lokasi pembangunan rusuna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah sebagai berikut. a. luas lahan efektif rusuna dengan ketentuan sebagai berikut. 1. untuk Pola Sifat Lingkungan (PSL) padat adalah 3.000 m 2 (tiga ribu meter persegi); 2. untuk Pola Sifat Lingkungan (PSL) kurang padat adalah 6.000 m 2 (enam ribu meter persegi); 3. untuk Pola Sifat Lingkungan (PSL) tidak padat adalah 12.000 m 2 (dua belas ribu meter persegi); b. tersedianya sarana dan prasarana berupa : 1. jalan sksisting (ruang manfaat jalan) minimum 6 meter; 2. jalur angkutan umum menuju lokasi;

3. terjangkau pelayanan jaringan utilitas umum antara lain listrik dan air bersih. c. berada pada kawasan peremajaan lingkungan dan pembangunan baru; d. terdapat pembangunan Rusuna pada kawasan peremajaan, maka masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut mendapat prioritas untuk menempati Rusuna yang akan dibangun dan dikembangkan; e. pola pengembangan dan pembangunan sebagaimana dimaksud pada huruf d dilaksanakan berdasarkan konsep penataan kawasan; f. terhadap pembangunan Rusuna yang dilakukan dalam skala kecil, pembangunannya harus menjadi bagian dari pengembangan kawasan yang diarahkan secara terpadu; g. diwajibkan menyediakan ruang terbuka/lapangan terbuka minimal 20% dari luas daerah perencanaan untuk penyelamatan bencana (evakuasi), yang memberikan manfaat optimal terhadap unsur keamanan dan perlindungan sesuai dengan ketentuan teknis penanggulangan bencana, yang diperhitungkan dalam kewajiban penyediaan Koefisien Dasar f+jau (KDH); h. berada di luar kawasan keselamatan operasi penerbangan. Pasal 5 Pembangunan Rusuna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat dilaksanakan pada semua jenis peruntukan kecuali pada peruntukan Penyempurna Hijau, Suka Fasilitas Umum, Prasarana dan Kawasan Pemugaran. V PENERBITAN PERIZINAN DAN/ATAU PEMBERIAN INSENTIF Pasal 6 (1) Pemerintah daerah dapat memberlakukan percepatan dalam hal penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif dalam rangka pembangunan rusuna di Daerah. (2) Percepatan penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanannya dilakukan oleh SKPD/UKPD terkait. (3) Pemberian insentif intensitas untuk pembangunan rusuna sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan kelonggaran berupa pelampauan KLB.

(4) Pelampauan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan sampai dengan 6,0 (enam koma nol) sepanjang memenuhi keserasian lingkungan dan ketentuan teknis lainnya, khususnya pada kawasan yang memerlukan penempatan kembali (resettlement). (5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur) dan fasilitas umum/fasilitas sosial (berupa sarana pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar) guna mendukung pembangunan serta penyelenggaraan kehidupan masyarakat. (6) Pemberian insentif pemanfaatan ruang komersil dan ruang sosial sebagai fasilitas penunjung rusuna dapat diperkenankan sampai dengan maksimal 3 (tiga) lantai mulai dari lantai dasar dengan luasan maksimal 10% (sepuluh persen) dari luas seluruh lantai bangunan yang direncanakan. (7) Percepatan penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif oleh SKPD/UKDP terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada ketiga/pengembang yang melaksanakan pembangunan rusuna di Daerah. (8) Mekanisme, bentuk dan jenis percepatan penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif harus menyesuaikan serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 Selain ketentuan khusus penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dapat diberikan keringanan atau pembebasan terhadap pengenaan retribusi atas pelayanan yang dimohonkan melalui prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan. VI PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 8 (1) Pembinaan terhadap pelaksanaan percepatan pembangunan rusuna dikoordinasikan oleh Asisten Pembangunan. (2) Pengendalian terhadap pelaksanan percepatan pembangunan rusuna dilaksanakan oleh Kepala Dinas Tata Kota. (3) Pengawasan teknis terhadap pelaksanan percepatan pembangunan rusuna dilaksanakan oleh Kepala Dinas Perumahan. (4) Pengendalian fungsional terhadap pelaksanan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional sesuai peraturan perundang-undangan.

VII KEMITRAAN Pasal 9 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga/pengembang dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk pembangunan rusuna. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. VIII EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 10 (1) Hasil pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dilakukan evaluasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. (2) Pelaporan dalam rangka percepatan pembangunan rusuna di Daerah dilakukan secara berjenjang dengan tahapan sebagai berikut. a. Pengembangan yang mendapat ketentuan khusus penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif wajib memberikan laporan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur melalui Asisten Pembangunan; b. Gubernur dalam hal ini Asisten Pembangunan melaporkan kegiatan penyelenggaraan pembangunan Rusuna di Daerah kepada Menteri Koordinator bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkantoran melalui Menteri dalam Negeri sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. (3) Laporan yang disampaikan oleh pengembang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, sekurang-kurangnya harus memuat tentang : a. laporan ketentuan khusus penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif yang diperoleh; b. laporan pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan Rusuna ; dan c. laporan rencana kegiatan pengembangan Rusuna dimaksud.

IX SANKSI Pasal 11 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (4) dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Ketentuan khusus penerbitan perizinan dan/atau pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dapat ditinjau kembali apabila : a. pengembangan tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian perizinan dan keringanan atau pembebasan retribusi dalam rangka percepatan pembangunan Rusun di Daerah. b. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. X PENUTUP Pasal 12 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.