BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MOTORIK BERBASIS PERMAINAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNARUNGU DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Implementasi Pendidikan Segregasi

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millatulhaq, 2014

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, hal tersebut dijamin oleh UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Pada tahun 2013 indonesia telah mengadopsi kurikulum 2013, namun di Sekolah luar biasa dalam pelaksanaanya masih menggunakan kurikulum KTSP. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Empat dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, dan Standar Penilaian merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Didalam sekolah banyak sekali gejolak yang terjadi yang

2 dialami siswa. Untuk memenuhi amanat Undang-undang/Peraturan Pemerintah tersebut di atas, dan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak termasuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 32 (1), menyatakan bahwa: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Bahasa bagi manusia memiliki peranan penting dalam menempuh kehidupannya, antara lain untuk berusaha mengembangkan diri, menyesuaikan diri, dan kontak sosial dalam memenuhi kehidupan serta proses belajarnya. Anak berkebutuhan khusus tunarungu mengalami hambatan dalam proses bicara dan bahasanya yang disebabkan oleh kelainan pendengarannya. Sebagai akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasanya, anak tunarungu akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi. Hambatan utama dari tunarungu dalam proses komunikasi adalah karena miskin kosa kata dan tidak lancar dalam proses bicara (Haenudin, 2013: 2). Hal ini disebabkan oleh alat-alat yang penting untuk memahami bahasa, yaitu indra pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bersekolah di sekolah-sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB), untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang

3 optimal sesuai dengan tingkat dan jenis keluarbiasaanya (Delpie, 2007: 16). Mata pelajaran yang diajarkan di SLB sama seperti yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya, salah satunya yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pelayanan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat yang tidak bisa disia-siakan, seperti yang termaktub dalam Undang undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa Tiap tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini berarti pendidikan harus dapat melayani semua warga negara termasuk anak luar biasa, atau berkebutuhan khusus sehingga dapat dicapai perkembangan yang optimal. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di Sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada Siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Standar kompetensi dan kompetensi dasar bagi Tunarungu disesuaikan dengan kondisi anak yang berkebutuhan khusus. Anak yang bersekolah di sekolah dasar luar biasa adalah anak-anak yang memiliki kelainan dengan anak normal seusianya, sehingga anak-anak tersebut tidak dapat berperilaku secara wajar, baik mengenai fisik, maupun psikisnya. Anak-anak luar

4 biasa pada dasarnya mempunyai beberapa organ tubuh yang tidak dapat bekerja dengan wajar. Dalam kebutuhan hidupnya juga membutuhkan makan, minum, dan bermain dengan teman-teman, tidak berbeda dengan anak normal. Seperti seorang anak normal lainnya anak luar biasa juga sangat membutuhkan bermain, berolahraga, pendidikan, dan hak perlakuan yang sama. Bermain dengan teman seusianya dapat menimbulkan rasa senang, gembira, ceria, tertawa, terjalin juga suatu keakraban, kekeluargaan, dan anak tersebut secara tidak langsung dapat melatih motorik yang dimilikinya, sehingga seorang anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Munurut Haenudin (2013: 9) di lihat dari jenis kecacatannya anak luar biasa dapat digolongkan menjadi beberapa jenis: tunanetra (jenis kecacatan yang memiliki hambatan dalam penglihatan), tunarungu (jenis kecacatan pada individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen), tunagrahita (jenis kecacatan pada individu yang mengacu pada intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul pada masa perkembangan), tunadaksa (jenis kecacatan pada individu yang memiliki gangguan dan keterbatasan gerak yang disebabkan oleh kelainan pada otot, persendian, dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit, atau akibat kecelakaan), tunalaras (jenis kecacatan pada individu yang mengalami hambatan dalam pengendalian emosi dan kontrol sosial), serta tunaganda (jenis kecacatan pada individu yang merupakan kombinasi dari kelemahan dan kerusakan beberapa fungsi, misal; kombinasi tunanetra dengan tunadaksa, tunarungu dengan tunagrahita).

5 Menurut Haenudin (2013: 53) istilah tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran, orang dikatakan tunarungu apa bila tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya tetapi ketika diajak berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu. Menurut Tati hernawati dalam Haenudin (2013: 56) bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indra pendengaran. Menurut M. Hide yang dikutip Elly sari Melinda (2013: 25) tunarungu dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu, tunarungu ringan (20-40 db), tunarungu sedang (40-65 db), tunarungu berat (65-95 db), dan tunarungu berat sekali (95 db keatas) Pembelajaran anak Tunarungu di SLB khususnya pembelajaran pendidikan jasmani, siswa terlihat kurang bersemangat. Dalam pembelajaran itu guru hanya monoton, sehingga siswa kurang aktif. Sehingga dengan adanya model pembelajaran motorik berbasis permainan maka diharapkan siswa akan aktif, sehingga model pembelajaran itu sangat diperlukan siswa SLB khususnya anak Tunarungu. Pada anak normal perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh bertambahnya usia anak. Motorik itu sendiri terdiri dari motorik kasar dan halus, motorik kasar adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot besar yang merupakan area terbesar pada masa perkembangan, diawali dengan kemampuan berjalan, kemudian lari, lompat dan lempar. Motorik halus adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang

6 melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis. Keterampilan gerak sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap individu dalam bergerak sehari-hari. Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efektif dan efisien. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar, yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerak yang telah dilakukan. Untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu, lamanya waktu yang di peroleh oleh setiap individu berbeda-beda. Ada yang hanya memerlukan waktu yang singkat, dan ada yang memerlukan waktu yang cukup lama walaupun prosedur dan intensitas belajarnya sama. Hal ini disebabkan karena faktor bakat. Setiap individu memiliki bakat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki bakat olahraga dan ada yang tidak. Individu yang berbakat olahraga akan mampu menguasai keterampilan gerak dalam waktu yang lebih singkat. Kemampuan intelektual Tunarungu berada sama atau di bawah rata-rata anak normal, oleh karena itu kemampuan belajarnya berbeda dengan anak normal. Akibatnya anak Tunarungu sangat sulit untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah biasa bersama dengan anak normal. Di samping kemampuan intelektualnya di bawah rata-rata, anak Tunarungu juga mengalami kesulitan dalam penyesuaian terhadap lingkungan, di mana kondisi perkembangan kecerdasan yang tidak sempurna (di bawah rata-rata)

7 secara cukup bermakna disertai dengan tingkah laku yang kurang sesuai terjadi pada masa perkembangan. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang terkena disfungsi otak. Disfungsi otak merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan akibat dari adanya cedera atau kerusakan, kelainan perkembangan gangguan keseimbangan biokimiawi atau gangguan aktifitas listrik dalam otak. Dengan terkena disfungsi otak maka gerakgeriknya kaku dan kasar, kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini aktivitas bermain sangat diperlukan sekali untuk melatih keterampilan gerak anak berkebutuhan khusus untuk melatih mempergunakan otototot halus dan otot-otot besarnya dengan benar sehingga anak berkebutuhan khusus dapat mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tunarungu mengacu pada ketidak berfungsian pendengaran yang disertai ketidakmampuan adaptasi perilaku dan terjadi selama masa perkembangan. Menyadari arti penting aktivitas gerak untuk anak Tunarungu peneliti melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran penjas di SLB Negeri Tulang Bawang dan melakukan kajian terhadap muatan kurikulum, observasi dilakukan pada hari senin Januari 2014, hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana muatan-muatan kurikulum tahun 2006 yang terdapat didalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sudah sesuai atau belum dengan keadaan sebenarnya pada proses pembelajaran penjas dilapangan. Observasi dilakukan pada anak SDLB tunarungu kelas atas, karena kemampuan kognitifnya sudah sedikit berkembang.

8 Berdasarkan kajian awal terhadap muatan kurikulum SLB dalam standard kompetensi yaitu melakukan gerak dasar dalam permainan sederhana, meliputi: (1) Melakukan gerak dasar jalan, lari, dan melompat dalam permainan sederhana, (2) melakukan gerak dasar memutar, mengayun dan menekuk dalam permainan sederhana, (3) melakukan gerak dasar melempar dan menangkap, (4) melakukan sikap tubuh posisi berdiri, (5) melakukan sikap tubuh pada posisi berjalan, (6) melakukan gerak dasar keseimbangan statis tanpa alat, dan (7) mempraktekan gerak berirama dengan musik. Diketahui bahwa dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran penjas di lapangan, guru penjas di SLB Negeri Tulang Bawang kurang melakukan variasi-variasi model pembelajaran didalam pelaksanaan pembelajaran penjas dan pembelajarannya klasikal. Dari proses analisis terhadap hasil observasi, untuk meningkatkan prestasi belajar dan untuk meningkatkan keterampilan anak tunarungu maka dibutuhkan suatu model pembelajaran berbasis permainan yang dapat menjadi jalan keluar permasalahanpermasalahan yang ada. Mengingat pentingnya aktivitas motorik untuk melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus anak Tunarungu. Pendapat dari sebagian besar guru SLB di Lampung memang memerlukan suatu strategi pembelajaran motorik berbasis permainan, sebagian dari mereka mendukung dilakukannya pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan. Model ini dibuat karena melatih keterampilan motorik anak tunarungu baik motorik kasar dan motorik halus yang disesuaikan dan dalam porsi yang seimbang. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang belum maksimal untuk anak tunarungu maka perlu dibantu dengan menggunakan model ini, Pada model ini pembelajaran motorik

9 disertakan dengan permaianan agar anak tunarungu tertarik dan menyenangkan dalam proses belajar dan tercapailah tujuan belajar. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan model-model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu, yang dapat digunakan guru SLB sebagai salah satu bentuk pembelajaran. Selain itu model permainan juga berisi materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, yaitu: (1) materi kognitif, (2) materi afektif (sosial, emosional, dan kemandirian), dan (3) materi psikomotorik (fisik/motorik). Menurut Mumpuniarti (2007: 106), penerapan pembelajaran untuk anak Tunarungu dengan pendekatan pembelajaran, karena karakteristik anak Tunarungu yang lambat dalam kemajuan perkembangan. Pendekatan melalui permainan menjadi media yang tepat bagi anak-anak khususnya anak Tunarungu untuk belajar dan mengembangkan berbagai keterampilan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengembangkan model-model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran penjas anak tunarungu. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka diperoleh beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, antara lain: 1. Kurangnya model bermain aktivitas motorik (fisik) anak Tunarungu. 2. Kurangnya pengetahuan guru tentang pola perkembangan anak yang masih rendah di SDLB khususnya tingkat dasar. 3. Terbatasnya jumlah guru olahraga yang memiliki kompetensi dalam bidang kemampuan motorik di SDLB khususnya tingkat dasar.

10 4. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk dilaksanakannya aktivitas bermain. Dari hasil observasi alat yang ada hanya bola sesungguhnya tanpa dimodifikasi. 1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan yang muncul dalam identifikasi, dibatasi yaitu belum dikembangkannya Model Pembelajaran Motorik Berbasis Permainan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Anak Tunarungu. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi dan kondisi SLB untuk dikembangkan model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu? 2. Bagaimana proses pengembangan motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu? 3. Bagaimana produk pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu? 4. Bagaimana peningkatan efektifitas gerak motorik anak Tunarungu dengan menggunakan model pembelajaran motorik berbasis permainan?

11 5. Bagaimana efisiensi penggunaan model pembelajaran motorik berbasis permainan? 6. Apakah ada daya tarik dari pengembangan pembelajaran motorik berbasis permainan pada anak Tunarungu terhadap kegiatan belajar yang dilaksanakan dikelas? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penilitian ini adalah untuk : 1. Mendeskripsikan potensi dan kondisi SLB untuk dikembangkan model pembelajaran pendidikan jasmani untuk anak Tunarungu yang sudah dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Mendeskripsikan proses pengembangan motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu. 3. Menghasilkan model pembelajaran motorik berbasis permainan mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. 4. Menganalisis peningkatan efektifitas gerak motorik dengan menggunakan model pembelajaran motorik berbasis permainan pada mata pelajaran pendidikan jasmani anak Tunarungu. 5. Menganalisis peningkatan efisiensi belajar pendidikan jasmani anak Tunarungu dengan menggunakan model pembelajaran motorik berbasis permainan. 6. Menganalisis apakah ada daya tarik penggunaan model pembelajaran motorik berbasis permaianan pada pendidikan jasmani anak Tunarungu.

12 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu manfaat teoritik dan manfaat praktik, sebagai berikut: 1. Manfaat teoritik Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Teknologi pendidikan pada kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani untuk anak Tunarungu. 2. Manfaat praktik a. Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program kegiatan pendidikan jasmani disekolah. Hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk memilih aktivitas bermain yang sesuai bagi anak Tunarungu, terutama bagi para orangtua dan pendidik. b. Bagi guru penjas Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menggugah untuk terlibat dalam upaya pelaksanaan dan terselenggarakannya pendidikan jasmani menjadi lebih menyenangkan dengan aktivitas bermain anak Tunarungu di SLB. c. Bagi siswa Dapat membuat pelajaran Penjasorkes menjadi lebih menyenangkan dengan aktivitas bermain bagi anak Tunarungu.

13 1.7 Spesifikasi Produk 1.7.1 Produk model pembelajaran motorik berbasis permainan anak tunarungu Model pembelajaran motorik dalah sebuah model pembelajaran yang berisikan tentang cara pembelajaran motorik (motorik kasar dan motorik halus) yang disesuaikan dengan keadaan anak tunarungu. Model pembelajaran ini dikombinasikan dengan permainan agar anak menjadi senang dan tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran motorik dibangun dengan bentuk pembelajaran berbasis permainan dengan menggunakan alat dan media yang dibuat menarik. Model pembelajaran motorik terdiri dari 5 permainan yaitu : (1) Model pembelajaran motorik berbasis permainan memasang puzzle sesuai bentuk, (2) Model pembelajaran motorik berbasis permainan melempar bola ke simpai yang dihias, (3) Model pembelajaran motorik berbasis permainan menendang bola kegawang yang dihias, (4) Model pembelajaran motorik berbasis permainan memasukkan urutan lingkaran dari yang terbesar sampai terkecil (5) Model pembelajaran motorik berbasis permainan senam gerak yang dikombinasikan ketukan. Melalui model pembelajaran motorik sebagai pembelajaran dalam pendidikan jasmani diharapkan akan tercipta berbagai hal yang positif di lingkungan sekolah, beberapa contoh antara lain: a. Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran. b. Siswa dapat belajar disesuaikan dengan karakteristik anak tunarungu. c. Siswa dapat belajar secara menyenangkan karena ada unsur permainannya.

14 d. Siswa akan senang mengikuti pembelajaran karena media yang diginakan sangat menarik. e. Waktu yang dibutuhkan sangat efisien. 1.7.2 Pentingnya Pengembangan model pembelajaran motorik berbasis permainan. Melalui pengembangan Model pembelajaran motorik, akan membantu guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran motorik secara efektif dan efisien sebagai model pegangan guru untuk mempermudah dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran motorik