PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2015

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Wirausaha Pemula Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Halaman i

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

RENCANA AKSI TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PERMEN-KP/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 30/PER-DJPB/2018

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

Oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BUPATI LAMPUNG BARAT KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG BARAT NOMOR : B/175/KPTS/05/2002 T E N T A N G

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

PETUNJUK PELAKSANAAN PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2012 TENTANG

PERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN TARGET KEGIATAN

KATA PENGANTAR. permasalahan yang dihadapi.

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

Rencana Umum Pengadaan

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

PEDOMAN UMUM MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN MINAPOLITAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 20 TAHUN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/KEPMEN-KP/2013 TENTANG JEJARING PAKAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

PROPOSAL BLM Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP_PB) T.A. 2012

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2013, No.462

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

A. KONDISI UMUM. Kenaikan rata-rata (%) Jumlah (Ton) ,30 1. Laut ,04

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA 2015 1

SAMBUTAN Peningkatan produksi di bidang perikanan budidaya bertujuan untuk meningkatkan, mendorong dan mempercepat pencapaian pembangunan perikanan budidaya, berupa (1) peningkatan devisa, pendapatan dan pencipaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha, (2) peningkatan gizi masyarakat melalui konsumsi ikan dan (3) perlindungan, pemulihan dan pelestarian sumberdaya perikanan budidaya. Strategi pengembangan perikanan budidaya dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu pengetahuan melalui minapolitan yang akan diperankan menjadi penghela percepatan sistem produksi perikanan nasional berorientasi pada trend pasar global dan lokal, salah satu strategi pengembangan perikanan budidaya adalah percontohan di kawasan minapolitan. Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan dilaksanakan melalui teknologi yang adaptif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture) menjadi hal mutlak yang harus segera ditransfer secara massive kepada masyarakat pembudidaya. Untuk itu peran diseminasi teknologi anjuran melalui pengembangan kawasan minapolitan ini menjadi sangat penting sebagai upaya dalam memberikan tontonan, tuntunan dan tauladan bagi masyarakat terkait pengelolaan budidaya yang berkelanjutan. Petunjuk Pelaksanaan Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota diharapkan dapat berdampak luas terhadap pengambangan perikanan di kawasan lainnya. Besar harapan kami petunjuk teknis percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan akan menjadi acuan dalam pelaksanaan percontohan penerapan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan. Jakarta, Januari 2015 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si 1

KATA PENGANTAR Dalam upaya melakukan sosialisasi informasi teknologi budidaya anjuran (SNI, CPIB dan CBIB), maka langkah yang paling efektif adalah dengan melakukan kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan. Upaya untuk meningkatkan daya saing produksi perikanan budidaya harus memperhatikan proses produksi melalui penerapan CBIB untuk meningkatkan jaminan mutu keamanan pangan (food safety) dan mampu menyediakan bahan baku untuk ketahahn pangan (foot security) Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten/kota melalui dana Tugas Pembantuan tahun 2015, yang peneglolaannya akan dilaksanakan melalui manajemen kelompok kolektif yang berbasis kawasan. Kelompok dan kelembagaan menjadi bagian terpenting dalam upaya pencapaian produksi. Pembudidaya ikan sebagai pelaku usaha yang bergabung dalam kelembagaan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) mempunyai peran penting sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan produksi di lapangan, dengan demikian kelompok dituntut agar mampu, tangguh, dimamis dan mandiri. Kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dikelolah oleh kelompok kolektif dengan pendampingan UPT diharapkan dapat menjadi tontonan, tuntunan dan teladan bagi Pokdakan di kawasan lainnya dalam melakukan pengembangan usaha perikanan budidaya. Penyusunan Petunjuk Teknis Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan ini bertujuan sebagai acuan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai pelaksana percontohan serta pemangku kepentingan lainnya untuk keberlajutan dalam pengembangan usaha perikanan. Jakarta, Januari 2015 Direktur Produksi Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, M.Sc 2

DAFTAR ISI SAMBUTAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR GAMBAR... vi Sk Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tentang Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya Di Kawasan Minapolitan Melalui Tugas Pembantuan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten/Kota Tahun 2015... 1 BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1. Latar Belakang... 3 1.2. Maksud dan Tujuan... 3 1.3. Sasaran... 4 1.4. Ruang Lingkup... 4 1.5. Istilah dan Definisi... 4 BAB II KELEMBAGAAN KELOMPOK... 5 2.1. Kelembagaan Kelompok... 5 2.2. Tugas Masing-Masing Pengurus Pokdakan... 5 2.3. Manajemen Kelompok... 6 BAB III PELAKSANAAN... 7 3.1. Penetapan Lokasi... 7 3.2. Pelaksanaan Percontohan... 7 3.2.1. Paket Percontohan... 7 3.2.2. Pembinaan Teknis... 8 3.2.3. Temu Lapang Percontohan... 8 BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 9 4.1. Monitoring... 9 3

4.2. Evaluasi... 9 4.3. Pelaporan... 9 4.3.1. Laporan Bulanan... 9 4.3.2. Laporan Pendahuluan... 9 4.3.3. Laporan Kemajuan... 10 4.3.4. Laporan Akhir... 10 BAB VI PENUTUP... 11 LAMPIRAN... 12 4

DAFTAR LAMPIRAN 1. Contoh Paket Percontohan Budidaya Air Tawar... 12 2. Contoh Paket Percontohan Budidaya Air Payau dan Laut... 14 3. Contoh Paket Percontohan Budidaya Ikan Hias... 16 5

DAFTAR GAMBAR 1. Struktur Kelembagaan Pokdakan... 5 6

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS PEMBANTUAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Menimbang : a. bahwa guna mendukung pencapaian produksi dan produktifitas diperlukan teknologi adaptif yang efektif dan efisien, melalui budidaya yang dapat direplikasi oleh masyarakat; b. bahwa untuk itu diperlukan petunjuk teknis percontohan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan budidaya yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN 7

BUDIDAYA DI KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS BUDIDAYA DI KSWSAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS PEMBANTUAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya di Kawasan Minapolitan melalui Tugas Pembantuan Dinas Kabupaten/Kota Tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Ini. KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan acuan teknis bagi Dinas Kabupaten/Kota, pembudidaya dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan percontohan penerapan teknologi anjuran pengembangan kawasan budidaya KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal Januari 2015 DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd SLAMET SOEBJAKTO Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas Agung Witjaksono 8

Lampiran : Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor Tentang Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya di Kawasan Minapolitan melalui Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan produksi perikanan budidaya tahun 2015, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah menetapkan 101 (seratus satu) kabupaten/kota kawasan minapolitan perikanan budidaya (sesuai dengan SK Dirjen Perikanan Budidaya Nomor : 180/KEP-DJPB/2014 tentang Penetapan 101 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya Berbasis Kawasan Minapolitan Terintegerasi Tahun 2015. Pengembangan kawasan tersebut dapat dioptimalkan melalui dukungan dari berbagai sektor khususnya yang terkait dengan infrastruktur, PLN, permodalan, pasar, jaringan komunikasi dan telekomunikasi, transportasi dan sarana prasarana pendukung lainnya. Optimalisasi pengembangan perikanan budidaya di kawasan minapolitan dilakukan melalui kebijakan strategis untuk menggerakkan seluruh potensi perikanan mulai dari hulu sampai hilir melalui peningkatan produksi dan nilai tambah (Added Value) produk, peningkatan jaminan mutu dan keamanan pangan (food safety) dan (food security) untuk meningkatkan daya saing dan diharapkan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam mendukung peningkatan produksi perikanan telah menetapkan langkah-langkah nyata agar pembudidaya dapat meningkatkan produksi yang lebih optimal melalui penerapan teknologi anjuran yang direkomendasikan serta pengembangan kawasan minapolitan dan industrialisasi melalui kegiatan yang berasal dari dana APBN, Dana Dekonsentrasi, DAK dan Tugas pembantuan di Kabupaten/Kota. Agar program-program Ditjen perikanan Budidaya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka perlu ada upaya pelaksanaan kegiatan percontohan pengembangan kawasan perikanan budidaya yang menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB) yang 9

dilaksanakan dengan menerapkan manajemen kelompok kolektif agar keberhasilan percontohan tersebut dapat menjadi tontonan, tuntunan serta acuan bagi para pembudidaya untuk menerapkan budidaya yang efektif, efisien ramah lingkungan dan berkelanjutan. Guna menyiapkan acuan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota, pembudidaya serta pemangku kepentingan terkait lainnya dalam menerapkan teknologi anjuran, perlu disusun Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya di Kawasan Minapolitan melalui Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Tahun 2015 tersebut. 1.2. Maksud dan Tujuan Petunjuk teknis ini disusun dengan maksud sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan. Tujuan penyusunan petunjuk teknis ini adalah: 1) Memberikan petunjuk secara teknis bagi pembudidaya, Dinas KP Kab/Kota, UPT dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan percontohan kawasan perikanan budidaya ; 2) Sebagai bahan sosialisasi guna mempercepat pelaksanaan percontohan pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung percepatan pelaksanaan pengembangan kawasan budidaya; 3) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembudidaya dalam menerapkan inovasi teknologi sesuai rekomendasi; dan 4) Sebagai contoh penerapan teknologi anjuran perikanan budidaya secara baik dan benar. 1.3. Sasaran Sasaran yang diharapkan dari penyusunan juknis percontohan kawasan minapolitan perikanan budidaya melalui TP Dinas kab/kota tahun 2015 ini adalah: 1) Tersedianya Juknis yang dapat dijadikan acuan bagi Dinas KP Kab/Kota, pembudidaya dan pemangku kepentingan lainnya dalam menerapkan percontohan, meliputi: pemilihan kluster, teknologi budidaya yang akan diterapkan, persyaratan benih dan persyaratan pakan; 2) Terlaksananya kegiatan budidaya secara efektif dan efisien mulai dari pra produksi budidaya, proses produksi budidaya hingga panen. 1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup petunjuk teknis ini mencakup tata cara operasional percontohan yang meliputi Kelembagaan Kelompok, Pelaksanaan Percontohan dan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 10

1.5. Istilah dan Definisi 1) Badan Koordinasi Penyuluh (BAKORLUH) adalah Badan yang mengkoordinasikan penyuluhan ditingkat provinsi; 2) Badan Pelaksana Penyuluhan (BAPELUH) adalah Badan yang mengkoordinasikan penyuluhan di tingkat kabupaten; 3) Ditjen Perikanan adalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 4) Dinas Provinsi adalah dinas yang membidangi kelautan dan perikanan di tingkat provinsi 5) Dinas Kabupaten adalah dinas yang membidangi kelautan dan perikanan di tingkat kabupaten 6) Kawasan Perikanan Budidaya adalah hamparan untuk pengembangan budidaya ikan dalam bentuk kluster 7) Kelembagaan kelompok adalah organisasi pelaksana percontohan meliputi ketua, sekretaris, bendahara, manager teknisdan seksi serta anggota; 8) Kelompok Pembudidaya Ikan yang selanjutnya disebut Pokdakan adalah kumpulan pembudidaya ikan yang terorganisir, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam organisasi kelompok, yang mengembangkan usaha produktif untuk mendukung peningkatan pendapatan dan penumbuhan wirausaha di bidang perikanan budidaya. 9) Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar disertai pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 10) Kluster adalah areal budidaya dengan luasan tertentu yang pengelolaannya berbasis kelompok dan satu manajemen 11) Manajemen Percontohan adalah pelaksanaan percontohan yang diawali dengan perencanaan sampai dengan pengendalian dan pengawasan serta pelaporan. 12) Mitra adalah pelaku usaha atau investor yang menjalin kerjasama dengan pembudidaya dalam pengelolaan pengembangan kawasan Minapolitan dengan prinsip saling menguntungkan 13) Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. 14) Tricloroisocyanuric Acid (TCCA) adalah desinfektan yang digunakan dalam kegiatan budidaya udang. 11

BAB II KELEMBAGAAN KELOMPOK 2.1. Kelembagaan Kelompok Kelembagaan dalam Petunjuk Teknis kegiatan percontohan kawasan budidaya melalui dana UPT mengacu pada kelembagaan Juklak Percontohan yang diperluas pada struktur Kelembagaan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) sebagaimana pada Gambar 1. Ketua Sekretaris Manajer Teknis Bendahara Seksi Sarana & Prasarana Seksi Produksi Seksi Pemasaran Seksi Usaha & Permodalan Anggota Anggota Anggota Anggota Kelompok Lain (2-5 kelompok) Gambar 1. Struktur kelembagaan Pokdakan Pokdakan pelaksana percontohan merupakan kelompok yang statusnya minimal kelompok madya sesuai dengan KEPMEN KP No. KEP.14/MEN/2012 tentang tingkatan kelas pokdakan yang dibedakan menjadi 3 strata yang terdiri: 1. Kelompok tingkat Pemula dikukuhkan oleh Kepala Desa; 2. Kelompok tingkat Madya dikukuhkan oleh Camat; dan 3. Kelompok tingkat Utama dikukuhkan oleh Bupati. 12

2.2. Tugas masing-masing pengurus Pokdakan Pembentukan Pokdakan sebaiknya dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat disertai dengan komitmen masing-masing anggota untuk saling bekerjasama dengan menerapkan prinsip usaha bersama dengan tugas dari masing-masing pengurus adalah sebagai berikut: a) Ketua bertugas mengawal kelompok mulai dari proses perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan kegiatan dan pengendalian kelompok; b) Sekretaris bertugas dalam pengadministrasian kegiatan kelompok, inventarisasi sarana dan prasarana kelompok, dokumentasi kegiatan kelompok; c) Bendahara bertanggung jawab terhadap pengelolaan manajemen keuangan kelompok; d) Manajer Teknis adalah seorang manajer yang menguasai teknis budidaya dan mampu menyiapkan SOP, paham dalam penerapan teknologi anjuran serta mampu mengawasi dan mengendalikan operasional produksi. Seorang Manajer Teknis dapat berasal dari luar maupun dalam kelompok, serta dapat membina 2 5 kelompok kolektif dalam satu kawasan dimana setiap kelompok beranggotakan 10-25 orang. Hubungan kerja termasuk pembiayaan manajer teknis menjadi kesepakatan bersama antara kelompok dan manajer itu sendiri. e) Seksi Sarana dan Prasarana bertanggung jawab dalam penyediaan dan perawatan sarana dan prasarana dalam kelompok. f) Seksi Produksi bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pencatatan (rekaman) proses produksi dan didokumentasikan. g) Seksi Pemasaran bertanggung jawab dalam mencari info pasar dan memasarkan hasil produksi h) Seksi usaha/permodalan bertanggung jawab mencari sumber permodalan dan menjalin hubungan dengan mitra untuk menjaga keberlanjutan usaha. 2.3. Manajemen Kelompok Manajemen kelompok merupakan sistem pengelolaan yang diterapkan dalam melaksanakan usaha budidaya yang berkelanjutan dengan melaksanakan beberapa hal seperti: a) Menerapkan manajemen usaha bersama secara kolektif; b) Membuat rencana usaha bersama; c) Mengatur pola tanam; d) Meningkatkan kemampuan manajerial anggota kelompok; e) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan kelompok; f) Melaksanakan kegiatan social kemasyarakatan; dan g) Mengelola limbah hasil buangan dan menjaga kelestarian lingkungan. 13

BAB III PELAKSANAAN 3.1. Penetapan Lokasi Penetapan lokasi percontohan harus menggacu pada juklak percontohan kawasan budidaya tahun 2015, baik teknis, non teknis maupun legalitas. Tata cara penetapan dilakukan melalui wawancara langsung, peninjauan lokasi dan wadah budidaya serta pemerikasaan dokumen oleh tim teknis kepada pokdakan dengan mengacu pada checklist yang telah dimuat dalam juklak. 3.2. Pelaksanaan Percontohan Pelaksanaan percontohan dilakukan berdasarkan rencana kerja teknis yang disusun oleh tim teknis bersama pokdakan pelaksana percontohan kawasan budidaya tahun 2015 dan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah disiapkan oleh UPT sebagai pendamping teknis. Komoditas yang akan dikembangkan bukan termasuk komoditas asing Invasif yaitu komoditas yang dapat menyebabkan dominannya jenis tersebut dan akan mengurangi biodeversitas spesies lokal, jenis dan paket komoditas percontohan tersebut adalah : 1) Polikultur (udang, bandeng, Gracilaria) 2) Kerapu 3) Rumput Lat E. Cottonii 4) Bandeng (semi intensif) 5) Udang vaname 6) Gurame 7) Udang galah (UGADI) 8) Lele 9) Patin 10) Nila 11) Mas 12) Ikan hias Teknologi Percontohan merupakan teknologi hasil perekayasaan yang inovatif, aplikatif dan ramah lingkungan. Teknologi harus diterapkan oleh Pokdakan pelaksana percontohan yang berpedoman pada SOP yang telah dibuat oleh tim teknis, mengacu pada SNI dan menerapkan prinsip-prinsip CBIB. Setiap anggota kelompok harus berperan serta dan terlibat secara langsung dalam setiap tahapan teknis operasional budidaya dibawah bimbingan teknisi. 14

3.2.1. Paket Percontohan Paket percontohan diprioritaskan pada kawasan minapolitan perikanan budidaya meliputi budidaya air tawar, air payau dan laut serta ikan hias yang disesuaikan dengan potensi kawasan minapolitan, contoh standar paket terlampir. 3.2.2. Pembinaan teknis Pembinaan teknis dilaksanakan oleh tim teknis dengan menerapkan teknologi anjuran serta pembinaan manajemen kelompok dan usaha bersama Dinas KP Kab/Kota atau yang membidangi perikanan. Diharapkan setelah pelaksanaan percontohan selesai pokdakan mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian sertifikasi CBIB untuk pengakuan bahwa telah menerapkan teknologi anjuran. Pembinaan teknis dan manajemen dilaksanakan secara periodik baik langsung di lapangan maupun dalam bentuk pertemuan kelompok, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi anggota kelompok. 3.2.3. Temu lapang Percontohan Temu lapang dilakukan pada akhir tahapan percontohan dilaksanakan oleh Dinas KP Kab/Kota atau yang membidangi perikanan dengan melibatkan narasumber melalui penyajian materi dan diskusi, diharapkan setiap peserta dapat memberikan pengalaman, saran dan masukan untuk keberlanjutan usaha budidaya di masa mendatang. Temu lapang juga dapat sebagai media penyebaran informasi dan memotivasi pokdakan untuk mengembagkan usaha budidaya perikanan di kawasan lainnya. 15

BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 4.1. Monitoring Kegiatan Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara langsung dan berkala yang meliputi kegiatan: mengamati, meninjau kembali, dan mempelajari yang dilakukan mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir 4.2. Evaluasi Evaluasi mencakup: pelaksanaan kegiatan percontohan kawasan perikanan budidaya tersebut a) Penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan; b) Produksi dan produktifitas budidaya ikan di lokasi percontohan setelah melalui input teknologi; c) Indikator Keberhasilan pelaksanaan percontohan terhadap peningkatan teknologi dan pendapatan Pokdakan serta keberlanjutan sistim usaha budidaya di tingkat Pokdakan; d) Penguatan kelembagaan, kemandirian Pokdakan dan kerjasama kemitraan; e) Persepsi masyarakat untuk mengembangkan/menyebarluaskan penerapan teknologi anjuran pada kawasan sekitarnya. 4.3. Pelaporan Jenis laporan yang dibuat meliputi laporan bulanan, pendahuluan, kemajuan dan akhir. Katergori pelaporan adalah: 4.3.1 Laporan Bulanan Laporan bulanan dibuat oleh tim teknis dan dilaporkan kepada kepala Dinas KP Kab/Kota dengan tembusasn Ditjen Perikanan Budidaya cq Direktur Produksi dapat dikirim secara online melalui website: http://103.7.52.118/simprabu (Penggunaan password dapat menghubungi Direktorat Produksi-DJPB) atau melalui email: ditprod_djpb@yahoo.com. Laporan bulanan memuat perkembangan kegiatan percontohan sampai dengan bulan bersangkutan secara rutin selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. 4.3.2 Laporan Pendahuluan Laporan pendahuluan menyajikan pembentukan tim teknis, identifikasi calon lokasi dan calon kelompok, sosialisasi, penetapan lokasi dan kelompok, rencana kerja SOP serta 16

jadwal pelaksanaan kegiatan. Laporan ini disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum persiapan proses produksi. Laporan dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail : ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan pendahuluan sebagaimana lampiran Juklak. 4.3.3 Laporan Kemajuan Laporan kemajuan menyajikan perkembangan percontohan sejak persiapan lahan, penebaran, pemeliharaan, pembinaan, temu lapang dan panen. Pelaporan disajikan sesuai format dan dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail : ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan kemajuan sebagaimana pada lampiran juklak, 4.3.4 Laporan Akhir Laporan akhir menyajikan seluruh hasil pelaksanaan percontohan, kendala, solusi dan rencana tindak lanjut. sejak persiapan sampai dengan kegiatan proses produksi berakhir, termasuk hasil dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan. Laporan tertulis secara naratif dan disusun secara sistematis, dengan outline. dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail : ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan akhir sebagaimana lampiran juklak, 17

BAB V PENUTUP Hasil kegiatan percontohan kawasan perikanan budidaya diserahkan oleh Dinas KP Kab/Kota kepada Pokdakan dengan dilengkapi Berita Acara Serah Terima Hasil Percontohan. Hasil percontohan tersebut dapat digunakan sebagai modal awal pengembangan selanjutnya. Pelaksanaan siklus berikutnya dilakukan oleh Pokdakan dengan pendampingan teknis oleh UPT/D dan atau penyuluh, penanggung jawab pembinaan kelompok dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Pelaksanaan kegiatan percontohan perikanan budidaya melalui penerapan teknologi anjuran selain sebagai sarana model percontohan yang menerapkan teknologi adaptif, aplikatif dan efesien merupakan implementasi penyebarluasan informasi teknologi kepada masyarakat yang diharapkan dapat menjadi tontonan, tuntunan dan teladan untuk dikembangkan sehingga diharapkan mampu memacu semangat dan minat pembudidaya ikan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan yang ada di daerahnya secara optimal, bijaksana dan berkelanjutan. Keberlanjutan dari percontohan ini diharapkan dapat menerapkan pola kemitraan serta pemupukan modal baik dari dukungan perbankan yang diharapkan kelompok dapat meningkatkan status kelompok menjadi kelompok mandiri (bankable). Petunjuk Teknis percontohan penerapan teknologi anjuran ini diharapkan akan menjadi acuan bagi Dinas KP Kab/Kota dalam mensosialisasikan teknologi anjuran adaptif dan aplikatif terhadap pembudidaya ikan, sehingga sasaran pengembangan budidaya tercapai sebagaimana yang diharapkan. DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas SLAMET SOEBJAKTO Agung Witjaksono 18

A. Budidaya Air Tawar LAMPIRAN-1 CONTOH STANDAR PAKET PERCONTOHAN BUDIDAYA IKAN 1. Paket budidaya gurame di kolam (350 m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih Pakan Persiapan kolam Alat perikanan : 7.000 ekor (uk. 7-15 gr/ekor) : 2.933 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 1.995 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 5,985 ton. 2. Paket budidaya ikan dengan padi (MINAPADI) dengan luasan 1.000 m 2 dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih padi Benih nila Pakan Pupuk Alat perikanan Pembuatan caren : 5 kilogram : 3.300 ekor : 528 kilogram : 15 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 3 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan nila 440 kg dan padi 700 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar nila 1,76 ton dan 2,8 ton padi. 3. Paket budidaya udang galah bersama padi (UGADI) dengan luasan 1.000 m 2 dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih padi Tokolan udang Pakan Pupuk : 5 kilogram : 10.000 ekor : 240 kilogram : 15 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi udang 3 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 166 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 664 kilogram. 4. Paket budidaya lele di kolam terpal (10 m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih Pakan : 20.000 ekor (8-12 cm/ekor) : 2.000 kilogram 19

Kolam terpal Alat perikanan Persiapan kolam : 10 unit : 10 paket Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 6 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.000 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 1,2 ton. 5. Paket budidaya lele intensif dengan penerapan teknologi bioflok (10 m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Pembuatan kolam (bundar/persegi) Saluran dan kolam tamping Pompa bensin 3 Pompa sumersable Selang plastik Serok Bak Ember Benih Pakan Probiotik Molase Tepung terigu/kanji Premix Desinfektan : 10 unit : 1 unit : 12 unit : 5 buah : 5 buah : 5 buah : 75.000 ek (7-8 cm/ekor) : 6000 kg. : 20 liter : 500 liter : 1000 kg : 1 kg : 5 botol Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2,5 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan ukuran konsumsi 6800 kg oversize 100 kg undersize 300 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar ukuran konsumsi 27,2 ton oversize 400 kg undersize 1200 kg. 6. Paket budidaya patin di kolam dalam (10.000 m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Kolam : 10.000 m 2 Pompa : 1 unit Kincir : 4 unit Genset : 1 unit Peralatan dan sarana : 1 unit Persiapan kolam Peralatan Benih : 300.000 ekor (3 inchi) Pakan : 229.500 kilogram Kapur pertanian : 4.000 kilogram Saponin : 50 kilogram 20

Probiotik Biaya panen : 100 liter : 2 paket Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 172.260 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 344,52 ton. 7. Paket budidaya patin di kolam (100 m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Kolam Persiapan lahan Peralatan Benih Pakan : 4 unit : 10 paket : 4.000 ekor (7-9 cm/ekor) : 2.808 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.160 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 4,32 ton. 8. Paket budidaya nila di kolam dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Persiapan lahan Benih Pakan : 3.400 ekor (5-8 cm/ekor) : 1.000 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 900 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 2,7 ton. 9. Paket budidaya nila di KJA dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Karamba : 1 unit (7x7x4 m) Perahu : 1 unit Bahan bakar Benih : 29.400 ekor (uk.10-12 gram/ekor, padat tebar 150 ekor/m 2 ) Pakan : 8.600 kilogram Vitamin, obat-obatan Alat Perikanan Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 6.615 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 19,8 ton. 10. Paket budidaya mas di kolam dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Persiapan lahan Benih : 4.000 ekor (5-8 cm/ekor) 21

Pakan : 950 kilogram Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 800 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 2,4 ton. B. BUDIDAYA AIR PAYAU/LAUT 1. Paket polikultur udang, bandeng, rumput laut dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Nener : 5.000 ekor (uk. 4-7 cm) Benur : 10.000 ekor (PL 30) Rumput laut : 1.000 kilogram Pupuk Persiapan lahan Dengan asumsi masing-masing untuk bandeng 2 siklus per tahun, udang 2 siklus per tahun, dan rumput laut 4 siklus per tahun. Sedangkan produksi per siklus masingmasing untuk udang diproyeksikan 160 kg (size 50), bandeng 1000 kg (size 5) dan rumput laut 4000 kilogram basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil masing-masing produksi udang sekitar 320 kg, bandeng 2000 kg dan rumput laut basah 12.000 kg. 2. Paket budidaya kerapu di KJA sebanyak 2 unit (1 unit = 8 lubang) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari: Pengadaan sarana KJA : 2 paket Peralatan : 2 paket Benih kerapu cantang : 5.200 ekor (uk.9-10 cm) Pakan rucah : 11.700 kg (FCR = 5) Dengan asumsi 1 siklus produksi 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.340 kg (size 2), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 4.680 kg 3. Paket budidaya rumput laut metode long line/bingkai (25 x 100 m) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Peralatan pendukung Perahu Bibit rumput laut Tali PE Tali PE Tali PE Tali PE Tali PE : 1 unit : 1 ton : 36 kg (diameter 12 mm) : 100 kg (diameter 10 mm) : 40 kg (diameter 4 mm) : 4 gulung (diameter 1,5 mm) : 36 kg (diameter 12 mm) 22

Tali PE Jangkar beton Pelampung utama Pelampungjalur Peralatan Persiapan lahan Tenaga kerja : 8 pak (diameter 1mm) : 4 buah (@50 kg) : 16 buah (volume 25 liter) : 500 buah (volume 600 mililiter) : 1 orang Dengan asumsi waktu produksi sebanyak 6 sikus per tahun, maka produksi 1 siklus diproyeksikan minimal 6.000 kg rumput laut basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 36.000 kg rumput laut basah. 4. Paket budidaya bandeng semi intensif di tambak (1 hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Glondongan Pakan Pupuk Peralatan Persiapan lahan : 50.000 ekor (30-40 gram/ekor) : 9.600 kg (termasuk kincir) Dengan asumsi waktu produksi dalam 1 tahun sebanyak 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 8.000 kg (size 4), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 16.000 kg bandeng. 5. Paket budidaya udang vaname intensif plastik mulsa (1 hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Kincir : 16 unit Peralatan kualitas air Genset : 2 unit (15 PK) Persiapan lahan Plastik mulsa Obat-obatan Benih : 1.000.000 ekor (PL 12) Pakan : 22.500 kg (FCR = 1.5) Dengan asumsi waktu produksi 1 tahun sebanyak 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 15.000 kg (size 50), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 30.000 kg udang vaname. C. BUDIDAYA IKAN HIAS 1. Paket budidaya ikan koi di kolam (12m 2 /unit) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Bak tandon Pompa air : 2 unit : 1 unit 23

Blower Instalasi air dan aerasi Instalasi listrik Waring Alat kualitas air Peralatan lapangan Benih Pakan Obat-obatan : 1 unit : 2 unit : 3.600 ekor (ukuran 5 cm) : 1.971 kg Dengan asumsi 1 siklus produksi 2 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 5 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.880 ekor (SR 80%), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 14.440ekor ikan koi (ukuran 15 cm). Catatan : Semua paket demfarm demfarm (budidaya air tawar, payau/laut, ikan hias)dapat disesuaikan dengankondisi dan potensi yang ada di lokasi demfarm masing-masing. 24