K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

PENDAHULUAN. perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan ekonomi wilayah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG)

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ;

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

S1 PWK UGM TKP 1107 Proses Perencanaan Kuliah ke 7. Penyelenggaraan & Pengendalian Penataan Ruang

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

Pengendalian pemanfaatan ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku Saku Pengetahuan Tentang Tata ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Rencana Umum Tata Ruang Kota yang telah ditetapkan;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

KETENTUAN PERATURAN ZONASI

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ruang, Tata Ruang, dan Penataan Ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

CATATAN : - Peraturan Daerah ini memiliki 7 halaman penjelasan. - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 25 Februari 2015.

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

Click to edit Master title style

BAB VII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II PENGATURAN IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MEDAN. wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PER

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

DENGAN UNDANG-UNDANG PENATAAN RUANG MENUJU RUANG NUSANTARA YANG AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN Sosialisasi Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Medan, 10 Mei 2010 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU NOMOR 26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG 1. Strategi Umum dan Strategi Implementasi Penyelenggaraan Penataan Ruang 2. Pembagian Kewenangan yang Lebih Jelas antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang 3. Kejelasan Produk Rencana Tata Ruang (Bukan Hanya Administratif, tetapi Dapat Pula Fungsional) 4. Penekanan pada Hal-hal yang Bersifat Sangat Strategis Sesuai Perkembangan Lingkungan Strategis dan kecenderungan yang Ada 5. Penataan Ruang Mencakup Ruang Darat, Ruang Laut, dan Ruang Udara, termasuk Ruang di dalam Bumi, sebagai Satu Kesatuan 6. Pengaturan Ruang pada Kawasan-Kawasan yang Dinilai Rawan Bencana (Rawan Bencana Letusan Gunung Api, Gempa Bumi, Longsor, Gelombang Pasang dan Banjir, SUTET, dan Lain-lain) 7. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan Metropolitan 1

HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU 26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG...lanjutan 8. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dan Agropolitan 9. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perbatasan sebagai Kawasan Strategis Nasional (termasuk pula Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan) 10. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Pandang Ekonomi (Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kerjasama Ekonomi Sub Regional, serta Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas) 11. Penegasan Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang 12. Penguatan Aspek Pelestarian Lingkungan Hidup dan Ekosistem (Bukan hanya Poleksosbudhankam) 13. Diperkenalkannya Perangkat Insentif dan Disinsentif 14. Pengaturan Sanksi 15. Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penataan Ruang 16. Pengaturan Jangka Waktu Penyelesaiaan Aturan-Aturan Pelaksanaan sebagai Tindak Lanjut dari Terbitnya UU Penataan Ruang Ini 17. Pengaturan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 2 STRATEGI IMPLEMENTASI Strategi implementasi dilakukan antara lain, melalui : a) Penerapan prinsip-prinsip komplementaritas dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang RTRW Kabupaten/Kota dan RTRW Provinsi. b) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus dapat dijadikan acuan pembangunan, sehingga RTRW harus memuat arah pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan. c) Pemanfaatan ruang harus mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. d) Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara sistemik melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi. e) Penerapan peraturan zonasi secara konsisten. f) Penegakan hukum yang ketat dan konsisten untuk mewujudkan tertib tata ruang. 3

PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG LEBIH JELAS ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan penataan ruang nasional, provinsi, & kabupaten/kota NEGARA pelaksanaan penataan ruang nasional WEWENANG Pasal 7 Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran raktyat Dalam melaksanakan tugasnya, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah pelaksanaan penataan ruang kws strategis nasional PEMERINTAH kerja sama penataan ruang antar negara & fasilitasi antarprovinsi Pasal Pasal 8 8& 9 pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan penataan ruang provinsi & kabupaten/kota pelaksanaan penataan ruang provinsi WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan fasilitasi antarkabupaten/kota Pasal 10 pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan penataan ruang kab/kota WEWENANG PEMERINTAH KAB./KOTA pelaksanaan penataan ruang kab/kota pelaksanaan penataan ruang kws strategis kab/kota kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota Pasal 11 4 KEJELASAN PRODUK RENCANA TATA RUANG (BUKAN HANYA ADMINISTRATIF, TETAPI DAPAT PULA FUNGSIONAL) KLASIFIKASI PENATAAN RUANG BERDASARKAN SISTEM, FUNGSI DAN NILAI STRATEGIS KAWASAN Kewenangan PR Berdasarkan Administrasi (Mempertegas aspek kewenangan penyelenggaraan) PR Berdasarkan Nilai Strategis Kawasan (Kawasan yang secara spesifik berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan PR) Pem. Pusat PR Wilayah Nasional Kawasan Strategis Nasional Pem. Provinsi PR Wilayah Provinsi Kawasan Strategis Provinsi Pem. Kabupaten PR Wilayah Kabupaten Kawasan Strategis Kabupaten Pem. Kota PR Wilayah Kota Kawasan Strategis Kota Pasal 5 PR Berdasarkan Fungsi Utama (Ruang yang dapat dimanfaatkan Dan ruang yang dijaga untuk dilindungi Dan melindungi) PR Berdasarkan Kegiatan Kawasan (Untuk meningkatkan keseimbangan pembangunan) PR Berdasarkan Sistem (Fungsi-fungsi kewilayahan) Kawasan Perkotaan Sistem Wilayah Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Kawasan Perdesaan Sistem Internal Perkotaan 5

PENGUATAN ASPEK PERENCANAAN Produk perencanaan pada tingkat administrasi terdiri dari rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang yang dilengkapi dengan pengaturan zonasi sebagai pedoman perijinan. RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH RTRW NASIONAL RENCANA RINCI TATA RUANG RTR PULAU / KEPULAUAN RTR KWS STRA. NASIONAL RTRW PROVINSI RTR KWS STRA. PROVINSI RTRW KABUPATEN RTR KWS STRA KABUPATEN RDTR WIL KABUPATEN PERKOTAAN RTR KWS METROPOLITAN RTRW KOTA RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTR BAGIAN WIL KOTA RTR KWS STRA KOTA RDTR WIL KOTA 6 7

PENEKANAN PADA HAL-HAL YANG BERSIFAT SANGAT STRATEGIS SESUAI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KECENDERUNGAN YANG ADA Pasal 28 30 Pasal 17 Pasal 8 Pasal 35 40 Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah kota minimal 30%, dimana proporsi RTH Publik pada wilayah kota minimal 20%. Proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dipenuhi sebagai alat Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara lebih merata. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi. IMPLIKASI UU NO 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG NASIONAL PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Tidak terfokus hanya pada perencanaan, tetapi juga pada pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Prov, Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang bersifat komplementer satu sama lain Masa perencanaan menjadi 20 tahun Penetapan kawasan strategis Arahan pemanfaatan ruang : indikasi program utama jangka menengah (5 Yahun pertama) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang : Peraturan Zonasi, Insentif- Disinsentif, Perizinan dan Sanksi Sebelum diperdakan RTRW Prov/Kab/Kota harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke Menteri PU selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN. Muatan RTRW

MUATAN RTRW 1. Tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wilayah 2. Rencana struktur ruang wilayah 3. Rencana pola ruang wilayah 4. Penetapan kawasan strategis 5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah yg berisi indikasi program utama jangka menengah 5 tahunan 6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yg berisi peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta arahan sanksi 7. Rencana penyediaan & pemanfaatan RTH 8. Rencana penyediaan & pemanfaatan ruang terbuka nonhijau 9. Rencana penyediaan & pemanfaatan prasarana & sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, & ruang evakuasi bencana, yg dibutuhkan utk menjalankan fungsi wil. kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah RUANG TERBUKA DI PERKOTAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU RUANG TERBUKA NON HIJAU PUBLIK RUANG TERBUKA NON HIJAU PRIVAT RTH (MIN 30% LUAS KOTA) RTH PUBLIK (20% LUAS KOTA) RTH PRIVAT Penegasan adanya standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan penataan ruang, antara lain frekuensi dialog dengan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang, standar pelayanan minimal ruang terbuka hijau, standar pelayanan minimal simpangan/ deviasi antara rencana Dan implementasi rencana

PENGATURAN RUANG PADA KAWASAN-KAWASAN YANG DINILAI RAWAN BENCANA (RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG API, GEMPA BUMI, LONGSOR, GELOMBANG PASANG DAN BANJIR, SUTET, DAN LAIN-LAIN) Pasal 6 (1) Penjelasan Pasal 5 (2) Penjelasan Pasal 33 (3) Pasal 28 Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan: kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana; Termasuk ke dalam kawasan lindung: kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; Pembangunan bagi kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau pemerintah daerah meliputi: fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana; Rencana tata ruang wilayah kota memuat: rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah PENEGASAN HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT Pasal 60 Pasal 61 Pasal 65 & 66 H A K a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan di wilayahnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian. KEWAJIBAN a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan; b. mematuhi larangan: memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang. melanggar kekentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang. menghalangi akses terhadap sumber air, pesisir pantai, serta kawasan-kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundangundangan sebagai milik umum: PERAN a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang: c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

13. PENEGASAN PENGATURAN PERANGKAT INSENTIF DAN DISINSENTIF A. Perangkat Insentif : Pasal 38 ayat (2) Merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.. Perangkat Insentif berupa : a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang dan urun saham; b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; c. Kemudahan prosedur perizinan; d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta atau pemerintah daerah B. Perangkat Disinsentif : Pasal 38 ayat (3) Merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. Perangkat Disinsentif berupa : a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti Contoh dalam Pemberian Insentif : 13 Lanjutan Pemerintah (mendapat manfaat dr penyelenggaraan penataan ruang ) Pemda 1 (mendapat manfaat dr penyelenggaraan penataan ruang ) Pemerintah Pasal 38 ayat (5) Subsidi Dukungan Perwujudan RTR Kompensasi Dukungan Perwujudan RTR Dispensasi, Dukungan Perwujudan RTR Pemerintah daerah (dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang) Pemda 2 (dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang) Swasta/masyarakat Diperkenalkannya perangkat insentif dan disinsentif diharapkan : 1) Mendorong agar perencanaan dan produk rencana tata ruang bisa berjalan sesuai situasi dan kondisi Indonesia. 2) Pemanfaatan ruang yang sudah terlanjur tidak sesuai dengan RTRW, dengan mekanisme insentif dan disinsentif dapat dikurangi tekanannya terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan

PENGATURAN SANKSI Administratif Pasal 63 peringatan tertulis; penghentian sementara kegiatan; penghentian sementara pelayanan umum; penutupan lokasi; pencabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran bangunan; pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif penjara; denda; Pidana Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya Pencabutan izin usaha Pencabutan status badan hukum Perdata Pasal 69 74 Pasal 75 Tuntutan ganti kerugian secara perdata bagi orang yang dirugikan akibat tindak pidana 14 Lanjutan Ketentuan Sanksi dalam Penataan Ruang PASAL UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA 69 ayat (1) Tidak mentaati rencana tata ruang; dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang. 69 ayat (2) Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau rusaknya barang. 69 ayat (3) Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan Mengakibatkan Kematian orang 70 ayat (1) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang. penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta 70 ayat (2) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang; 70 ayat (3) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang. 70 ayat (4) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kematian orang 71 Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang. 72 Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum 73 Pejabat pemerintah penerbit izin; dan Menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar Pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100 juta Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta Dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.

16. PENGATURAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAAN ATURAN- ATURAN PELAKSANAAN SEBAGAI TINDAK LANJUT DARI TERBITNYA UU PENATAAN RUANG INI Jenis peraturan pelaksanaan yang diamanatkan dalam Undang-undang Penataan Ruang Jangka waktu penyelesaian/penyesuaian Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Menteri Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Perda Provinsi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Perda Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Diselesaikan paling lambat 2 tahun terhitung sejak UU diberlakukan Diselesaikan paling lambat 5 tahun terhitung sejak UU diberlakukan Diselesaikan paling lambat 3 tahun terhitung sejak UU diberlakukan Disesuaikan paling lambat 1 tahun 6 bulan terhitung sejak UU diberlakukan Disusun atau disesuaikan paling lambat 2 tahun terhitung sejak UU diberlakukan Disusun atau disesuaikan paling lambat 3 tahun terhitung sejak UU diberlakukan 43 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIAMANATKAN OLEH UU NO. 26 TAHUN 2007 UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang mengamanatkan secara langsung disusunnya berbagai peraturan pelaksanaan yang merupakan landasan operasional untuk mengimplementasikan norma-norma dalam UUPR, antara lain perlu disusunnya 18 (delapan belas) Rancangan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan keputusan Rapat BKTRN, ke 18 substansi RPP dimaksud digabung ke dalam 6 (enam) RPP yang meliputi : 1.RPP tentang Peraturan Penyelenggaraan Penataan Ruang dgn penanggung jawab Departemen PU (Gabungan dari 13 RPP) PP No. 15 Tahun 2010 2. RPP tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dengan Penanggungjawab Departemen PU 3. RPP tentang Kriteria dan Tata Cara Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pertahanan dengan Penanggungjawab Departemen Pertahanan 4. RPP tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang dengan penanggungj awab Bakosurtanal; 5. RPP tentang Penatagunaan Tanah, Penatagunaan Air, Penatagunaan udara, dan penatagunaan Sumber Daya Alam Lainnya dengan penanggung jawab BPN, Departemen Pekerjaan Umum, LAPAN, dan KLH, yang dikoordinasikan oleh Meneg KLH, 6. RPP tentang Tata Cara dan Bentuk Peran Serta Masyarakat dengan penanggung jawab Departemen Dalam Negeri

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIAMANATKAN OLEH UU NO. 26 TAHUN 2007 (lanjutan ) Penggabungan 13 RPP dimaksud didasarkan atas kebijakan yang diarahkan oleh Dep. KumHam dan Setneg dengan tujuan untuk : mengurangi terjadinya overlaping materi muatan pengaturan pada masingmasing RPP, memudahkan harmonisasi dengan peraturan perundang undangan lain yang terkait, dan agar peraturan pelaksanaan suatu undang-undang dapat disusun secara serentak tanpa harus ada yang tercecer. Dari ke enam RPP tersebut baru satu PP yang ditetapkan yaitu PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sedangkan ke empat RPP lainnya masih dalam proses penyelesaian dan salah satunya akan mencakup substansi relatif lebih banyak. PEMBENTUKAN PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, PNS tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana bidang penataan ruang. Wewenang PPNS dalam tindak pidana bidang penataan ruang: Pasal 68 Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana. Melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak pidana. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapt bahn bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.

IV. PENUTUP 1. PENATAAN RUANG dibutuhkan untuk mewujudkan ruang Nusantara yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN. 2. Perwujudan Tujuan Penataan Ruang dilakukan dengan STRATEGI UMUM seperti Penyiapan Kerangka Strategis Pengembangan Penataan Ruang Nasional dan STRATEGI KHUSUS berupa Penyiapan Peraturan Zonasi, Pemberian Insentif dan Disinsentif, Pengenaan Sanksi, dan lain-lain. 3. Produk perencanaan tata ruang tidak hanya bersifat ADMINISTRATIF akan tetapi juga mengatur perencanaan tata ruang yang bersifat FUNGSIONAL dan di klasifikasikan ke dalam RENCANA UMUM dan RENCANA RINCI TATA RUANG. 4. Penataan Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dilakukan secara BERJENJANG dan KOMPLEMENTER sehingga saling melengkapi satu dengan yang lain, bersinergi, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya. 5. Undang-undang Penataan Ruang telah mengakomodasi perkembangan lingkungan strategis seperti pengaturan RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) di Perkotaan dan Daerah Aliran Sungai (DAS), STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM), integrasi penataan ruang DARAT, LAUT, dan UDARA, PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG, Penataan Ruang Kawasan PERKOTAAN dan PERDESAAN, dan Aspek Pelestarial LINGKUNGAN HIDUP. 6. Untuk menjamin pelaksanaan UU Penataan Ruang yang tertib dan konsisten telah diatur KETENTUAN PERALIHAN, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS), dan KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG. 7. Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue strategis penataan ruang di dalam UU Penataan Ruang, diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan ruang dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna.

TERIMA KASIH