IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Lampung mulai bulan September 2012 sampai Juni 2013.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERAKITAN KULTIVAR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT KAPASITAS SOURCE-SINK SEIMBANG UNTUK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

I. BAHAN DAN METODE. Bahan-bahan penelitian yaitu benih varietas Kancil dan Singa yang merupakan

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot. 100 cm. 15 cm. x x x x. 40 cm. 200 cm. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

V2K1 V3K0 V2K3 V2K2 V3K2 V1K3 V2K1 V2K0 V1K1

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Jerapah

P0V3 P2V4 P1V5. Blok II A B P1V2 P2V1 P0V5 P1V1 P0V1 P2V3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Sifat-sifat lain : rendeman biji dari polong 60-70%

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

PROSEDUR PEMULIAAN KACANG PANJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Kedelai

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah, teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh tetua pada hasil penyerbukan buatan telah dilaporkan bervariasi 38 70 % tergantung pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator (Halim et al., 1980 dalam Lim dan gumpil, 1984). Pengamatan efisiensi keberhasilan hibridasasi ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat keberhasilan hibridisasi buatan. Tetua Betina Tetua jantan bunga yang disilangkan ginofor polong yang dihasilkan Ratio JG/JB (%) Ratio JP/JG (%) Ratio JP/JB (%) Bima NC 7 56 12 7 21 58 13 Talam K/SR-3 19 5 2 26 40 11 Jerapah K/SR-3 44 5 3 11 60 7 Gajah K/SR-3 37 10 4 27 40 11 Kelinci K/SR-3 44 3 1 7 33 2 Rata-rata 40 7 3 18 46 9 Keterangan: JG = Jumlah ginofor yang dihasilkan, JB = Jumlah bunga yang dihasilkan, JP = Jumlah polong yang dihasilkan.

32 4.1.1 Ratio JG/JB Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JG/JB) tertinggi terdapat pada populasi Gajah x K/SR 3 sebesar 27%. Sedangkan ratio JG/JB terendah terdapat pada populasi Kelinci x K/SR 3 yaitu sebesar 7%. 4.1.2 Ratio JP/JG Berdasarkan Tabel 1 bahwa ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah ginofor yang dihasilkan (Ratio JP/JG) tertinggi terdapat pada populasi Jerapah x K/SR 3 sebesar 60%. Sedangkan ratio JP/JG terendah terdapat pada populasi Kelinci x K/SR 3 sebesar 33%. 4.1.3 Ratio JP/JB Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JP/JB) tertinggi terdapat pada populasi Bima x NC 7 sebesar 13%, sedangkan ratio JP/JB terendah terdapat pada populasi Kelinci x K/SR 3 yaitu sebesar 2%. 4.2 Aksi Gen yang Mengendalikan Karakter Tipe Pertumbuhan Perbedaan tipe pertumbuhan kacang tanah dapat dengan mudah dibedakan secara visual antara tipe tegak (varietas unggul nasional) dengan tipe setengah menjalar dan menjalar (NC 7 dan K/SR 3). Sebagian besar lini atau genotipe K/SR 3 atau NC 7 kacang tanah tumbuh setengah menjalar atau menjalar sedangkan varietas unggul nasional tumbuh tegak. 83% tipe pertumbuhan F 1 pada populasi Bima x

33 NC 7 identik dengan tetua C yaitu setengah menjalar (Gambar 4). Pada populasi Gajah x K/SR 3 71% memiliki tipe pertumbuhan F 1 berbeda dengan tetua A maupun C yaitu setengah menjalar, pada populasi Jerapah x K/SR 3, Talam x K/SR 3, dan Kelinci x K/SR 3 100% memiliki tipe pertumbuhan F 1 juga berbeda dengan tetua A maupun C yaitu setengah menjalar (Gambar 5 8). Berdasarkan hasil evaluasi karakter tipe pertumbuhan F 1, aksi gen yang mengendalikan karakter tipe pertumbuhan setengah menjalar dominan terhadap tipe pertumbuhan tegak (Tabel 10). A B C Gambar 4. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina (Bima), F 1 (Bima x NC 7), dan Tetua jantan (NC 7) A. Tetua betina (Bima) menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 (Bima x NC 7) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan (NC 7) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar

34 A B C Gambar 5. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina (Gajah), F 1 (Gajah x K/SR 3), dan Tetua jantan (K/SR 3) A. Tetua betina (Gajah) menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 (Gajah x K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan (K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan menjalar A B C Gambar 6. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina (Jerapah), F 1 (Jerapah x K/SR 3), dan Tetua jantan (K/SR 3) A. Tetua betina (Jerapah) menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 (Jerapah x K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan (K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan menjalar

35 A B C Gambar 7. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina (Talam), F 1 (Talam x K/SR 3), dan Tetua jantan (K/SR 3) A. Tetua betina (Talam) menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 (Talam x K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan (K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan menjalar A B C Gambar 8. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina (Kelinci), F 1 (Kelinci x K/SR 3), dan Tetua jantan (K/SR 3) A. Tetua betina (Kelinci) menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 (Kelinci x K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan (K/SR 3) menunjukkan pertumbuhan menjalar

36 Tabel 10. Hasil hibridisasi karakter tipe pertumbuhan kacang tanah. Nomor Tetua betina Tetua jantan Tipe Pertumbuhan Persilangan Tipe Tipe Genotipe pertumbuhan Genotipe pertumbuhan tanaman F1 1 Bima Tegak NC7 Menjalar Mati 2 Bima Tegak NC7 Menjalar Menjalar 3 Bima Tegak NC7 Menjalar Mati 4 Bima Tegak NC7 Menjalar Menjalar 5 Bima Tegak NC7 Menjalar Menjalar 6 Bima Tegak NC7 Menjalar Menjalar 7 Bima Tegak NC7 Menjalar Menjalar 8 Bima Tegak NC7 Menjalar Mati 9 Bima Tegak NC7 Menjalar Tegak 10 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 11 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 12 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Tidak Tumbuh 13 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Tegak 14 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Tegak 15 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 16 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Mati 17 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 18 Gajah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 19 Jerapah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 20 Jerapah Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 21 Jerapah Tegak K/SR-3 Menjalar Tidak Tumbuh 22 Jerapah Tegak K/SR-3 Menjalar Tidak Tumbuh 23 Talam Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 24 Talam Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 25 Talam Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 26 Talam Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar 27 Kelinci Tegak K/SR-3 Menjalar Menjalar

37 Berdasarkan Tabel 10 populasi pada hasil hibridisasi pewarisan karakter tipe pertumbuhan kacang tanah terdapat tiga tanaman tidak tumbuh dan empat tanaman mati. Tanaman yang mati disebabkan terserang penyakit busuk akar oleh cendawan Sclerotium rolfsii. Sedangkan tanaman yang tidak tumbuh disebabkan kondisi fisik benih hasil hibridisasi tidak memenuhi syarat tumbuh benih untuk ditanam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase hasil hibridisasi buatan diperoleh tipe pertumbuhan setengah menjalar sebesar 84 %, sedangkan persentase hasil hibridisasi untuk tipe pertumbuhan tegak sebesar 16%. 4.3 Pembahasan Dalam rangka perakitan varietas produktivitas tanaman kacang tanah dapat ditingkatkan melalui program pemuliaan tanaman. Teknik pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul tanaman kacang tanah di Indonesia dapat ditempuh dengan cara perluasan genetik populasi, inbreeding, seleksi, dan uji daya hasil. Agar dapat mengumpulkan atau memunculkan karakter yang diinginkan, diperlukan perluasan keragaman genetik sehingga seleksi lebih efektif. Keragaman genetik dapat dibangun atau diperluas antara lain dengan melakukan hibridisasi seksual. Hibridisasi bertujuan mendapatkan kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan bunga dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya (Utomo, 2012). Kegiatan hibridisasi buatan harus efisien dengan tujuan mendapatkan populasi dalam jumlah banyak. Pada hibridisasi buatan, manusia hanya membantu kegiatan penyerbukan secara terarah, yaitu mempertemukan tepung sari dengan kepala putik pada pasanganpasangan yang dikehendaki. Faktor faktor yang mempengaruhi suatu hibridisasi

38 efektif dan efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu emaskulasi, dan waktu penyerbukan (Kasno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian hibridisasi buatan kacang tanah menunjukkan bahwa ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JG/JB) tertinggi terdapat pada populasi Gajah x K/SR 3 sebesar 27%, ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah ginofor yang dihasilkan (Ratio JP/JG) tertinggi terdapat pada populasi Jerapah x K/SR 3 sebesar 60%, dan ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JP/JB) tertinggi terdapat pada populasi Bima x NC 7 sebesar 13%. Sedangkan ratio terendah baik itu ratio JG/JB, ratio JP/JG, dan ratio JP/JB terdapat pada populasi Kelinci x K/SR-3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JG/JB) adalah 18%. Ratio JG/JB merupakan fase pembentukan ginofor. Menurut Somaatmadja (1981) dalam Trustinah (1993), ginofor yang jaraknya cukup jauh dari permukaan tanah (sekitar 15cm) umumnya tidak bisa mencapai tanah dan ujungnya akan mengering dan mati. Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui rata-rata ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi jumlah ginofor yang dihasilkan (Ratio JP/JG) sebesar 46,9%. Ratio JP/JG merupakan fase pembentukan polong. Pada stadia pembentukan polong masih berkaitan dengan ginofor-ginofor yang terbentuk dan telah masuk ke dalam tanah. Pembentukan polong dimulai ketika ujung ginofor mulai membesar sampai mencapai ukuran maksimum. Menurut Othman et al. (1979) dalam Lim dan gumpil (1984), kacang tanah merupakan tanaman yang secara alami menyerbuk sendiri akan membutuhkan sedikit bantuan serangga.

Namun telah dilaporkan bahwa hanya kurang dari 10 % dari banyak bunga yang dihasilkan, berkembang menjadi polong matang. 39 Rata-rata ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JP/JB) pada penelitian ini sebesar 9%. Ratio JP/JG merupakan fase keberhasilan hibridisasi buatan. Menurut Halim et al. (1980) dalam Lim dan gumpil (1984) dalam hibridisasi kacang tanah, teknis dan waktu emaskulasi serta pengaruh tetua pada hasil penyerbukan merupakan pertimbangan penting. Fase pembentukan ginofor dan fase pembentukan polong berkaitan dalam menentukan keberhasilan suatu hibridisasi. Setelah ginofor masuk ke dalam tanah dan membesar akan menghasilkan polong, setelah polong mencapai ukuran maksimal akan dimulai pembentukan biji dan berlangsung sampai bagian dalam polong terisi biji (biji penuh). Efisensi keberhasilan hibridisasi buatan dalam penelitian ini dapat dikatan rendah, terlihat pada ratio JG/JB tertinggi terdapat pada populasi Gajah x K/SR 3 hanya sebesar 27%. Hali ini sesuai dengan pernyataan Halim et al., (1980) dalam Lim dan gumpil (1984) yaitu dalam hibridisasi kacang tanah, teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh tetua pada hasil penyerbukan buatan telah dilaporkan bervariasi 38 70 % tergantung pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator. Polong yang terbentuk dalam penelitian ini jumlahnya jauh lebih sedikit daripada jumlah bunga yang telah disilangkan. Hal ini didukung oleh pernyataan Kasno (1993) tentang faktor faktor yang mempengaruhi suatu hibridisasi buatan antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu emaskulasi, dan waktu penyerbukan.

40 Varietas-varietas unggul kacang tanah sangat diperlukan untuk terus memperbaiki karakter tanaman kacang tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Varietas unggul nasional yang memiliki tipe pertumbuhan tegak unggul dalam hal tahan dari berbagai penyakit antara lain peyakit layu, karat daun, bercak daun, dan Aspergillus plavus. Sedangkan galur NC 7 dan K/SR-3 yang memiliki tipe pertumbuhan setengah menjalar dan menjalar unggul dalam hal jumlah ginofor, jumlah polong per tanaman, ukuran polong (berbiji besar) sehingga persentase hasil panen tinggi, serta tahan terhadap bercak daun lambat untuk K/SR-3. Karakter kualitatif umumnya dikendalikan oleh sedikit gen (mayor genes) serta diukur berdasarkan perwujudan ekspresi fenotipiknya jelas, seperti tipe pertumbuhan. Keefektivan seleksi bergantung pada pola pewarisan gen yang mengendalikan karakter tipe pertumbuhan. Karakter agronomis yang mendukung daya hasil tinggi ssp. hypogaea antara lain memiliki jumlah polong banyak dan biji berukuran besar. Jumlah polong banyak berhubungan dengan tipe pertumbuhan, baik tipe pertumbuhan tegak, menjalar atau setengah menjalar. Jika dibandingkan dengan tipe pertumbuhan tegak, kacang tanah yang tumbuh menjalar berpotensi menghasilkan polong lebih banyak karena jumlah ginofor yang dapat mencapai tanah dan membentuk polong lebih banyak (Utomo et al., 2011). Hasil penelitian mununjukkan bahwa aksi gen yang mengendalikan tipe pertumbuhan setengah menjalar dominan terhadap tipe pertumbuhan tegak. Hal ini ditunjukkan dengan persentase hasil hibridisasi buatan diperoleh tipe pertumbuhan setengah menjalar tanaman F 1 hasil hibridisasi Bima x NC 7,

41 Gajah x K/SR 3, Jerapah x K/SR 3, Talam x K/SR 3, dan Kelinci x K/SR 3 berturut-turut 83%, 71%, dan 100%. Secara keseluruhan diperoleh 84% untuk populasi yang memiliki tipe pertumbuhan setengah menjalar dan persentase hasil hibridisasi untuk tipe pertumbuhan tegak sebesar 16%. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Badami et al. (1928) dalam Wynne et al. (1982), tentang karakter kualitatif pada kacang tanah dijelaskan bahwa tipe pertumbuhan menjalar pada tanaman kacang tanah dominan terhadap tipe pertumbuhan tegak dan menurut Balaiah (1977) dalam Wynne et al. (1982), tipe pertumbuhan setengah menjalar (semi-spreading) pada tanaman kacang tanah dominan terhadap tipe menjalar (spreading) dan tipe tegak(erect). Hasil hibridisasi buatan yang masih memiliki tipe pertumbuhan tegak yaitu 16%. Tipe pertumbuhan tegak ini kemungkinan disebabkan antara lain faktor lingkungan yang tidak seragam, tetua yang tidak homozigot, serta kesalahan manusia pada saat penandaan hasil hibridisasi buatan karena penyerbukan sendiri atau selfing. Pada penelitian ini dihasilkan benih F 2, untuk kelanjutan penelitian ini adalah melakukan seleksi. Seleksi bertujuan untuk meningkatkan frekuensi gen dan genotipe karakter tipe pertumbuhan. Metode seleksi bulk merupakan metode untuk membentuk galur-galur homozigot dari populasi bersegregasi melelui selfing selema beberapa generasi tanpa seleksi (Syukur et al., 2012). Benih dan tanaman F 1 dari persilangan tertentu akan seragam da sangat heterozigot, segregasi akan berlangsung pada generasi F 2. Menurut Mahendra (2010) dalam Hartati et al. (2013) benih F 2 merupakan populasi yang bersegregasi. Tingkat segregasi dan rekombinan yang luas pada generasi F2 ini tergambar melalui sebaran frekuensi genotipenya. Sebaran frekuensi tersebut dapat digunakan sebagai

42 penduga pola pewarisan sifat dan jumlah gen yang terlibat dalam pengendalian suatu sifat (Christiana, 1996 dalam Hartati et al., 2013). Generasi F 2 akan memiliki jumlah ekstensif variabilitas genetik, maka penting untuk mendapatkan benih F 2 dalam jumlah besar (Knauft, 1987). Penentuan minimum populasi benih F 2 yang digunakan dalam mengestimasi parameter genetik karakter agronomi kedelai (Glycine max [L] Merrill) generasi F 2 hasil persilangan Wilis x B3570 adalah 72 benih( Lindiana, 2012). Pada penelitian ini didapatkan kurang dari 72 benih F 2 sehingga perlu dilakukan kembali hibridisasi buatan agar didapatkan populasi yang cukup untuk melakukan seleksi pada generasi F 2. Hibridisasi dilakukan antara NC 7 atau K/SR 3 dan lima varietas unggul nasional. Benih F 1 dikeringkan dan ditanam di lahan untuk pengamatan karakter tipe pertumbuhan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan tertinggi terdapat pada populasi Gajah x K/SR 3 sebesar 27%, ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah ginofor yang dihasilkan tertinggi terdapat pada populasi Jerapah x K/SR 3 sebesar 60%, dan ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan tertinggi terdapat pada populasi Bima x NC 7 sebesar 13%. Sedangkan ratio terendah baik itu ratio JG/JB, ratio JP/JG, dan ratio JP/JB terdapat pada populasi Kelinci x K/SR 3. Dan untuk pewarisan karakter tipe pertumbuhan kacang tanah setengah menjalar tanaman F 1 hasil hibridisasi Bima x NC 7, Gajah x K/SR 3, Jerapah x K/SR 3, Talam x K/SR 3, dan Kelinci x K/SR 3 berturut-turut 83%, 71%, dan 100%. Sehingga aksi gen yang mengendalikan tipe pertumbuhan setengah menjalar dominan terhadap tipe pertumbuhan tegak.