1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan 1. Ini menunjukkan bahwa penggunaan narkotika adalah legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun dalam perkembangannya, narkotika tidak hanya digunakan untuk tujuan yang positif saja, tetapi digunakan juga untuk tujuan yang negatif. Bentuk dari penggunaan narkotika untuk tujuan negatif adalah penyalahgunaan narkotika. Definisi dari penyalahgunaan narkotika sendiri adalah penggunaan narkotika tanpa hak atau secara melawan hukum 2. Ada pula yang mengartikan penyalahgunaan narkotika sebagai pemakaian narkotika yang dilakukan oleh seseorang secara ilegal atau melawan hukum, yaitu tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter 3. Berdasarkan data yang diperoleh dari UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), yaitu organisasi dunia yang menangani masalah narkoba dan kriminal, menunjukkan bahwa di dunia ada 315 juta orang usia 1 Pasal 4 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 2 Diana Kusumasari, Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4dc0cc5c25228/penyalahgunaan-narkotika-danprekursor-narkotika, diakses tanggal 2 Oktober 2014. 3 Dani Krisnawati, dkk, 2006, Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara, Jakarta, hlm.93.
2 produktif atau berumur 15 sampai 65 tahun yang menjadi pengguna narkoba, dan 200 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya 4. Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI, angka penyalahgunaan narkoba mencapai 2,2 persen atau 4,2 juta orang pada tahun 2014. Pada tahun ini, yakni tahun 2015, diperkirakan angka itu sudah mencapai 2,8 persen penduduk Indonesia, atau setara dengan 5,8 juta orang 5. Pencegahan dan pemberantasan Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terus digiatkan pihak Badan Narkotika Nasional (BNN). Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, penegak hukum dan organisasi-organisasi sosial anti narkoba untuk menekan bahkan menghilangkan peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Salah satunya dengan sosialisasisosialisasi mengenai bahaya narkotika. Selain itu, upaya rehabilitasi juga merupakan suatu langkah untuk menurunkan besarnya angka penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkotika selain dianggap telah melakukan tindakan kriminal, ia juga merupakan korban dari perbuatannya sendiri. Selama ini, aparat penegak hukum cenderung menjatuhkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut, tanpa melakukan rehabilitasi. Dengan memberikan sanksi pidana berupa penjara, diharapkan para pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika menjadi jera 4 Tempo, 200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Per Tahun, http://www.tempo.co/read/news/2014/06/26/173588287/200-juta-orang-meninggal-akibat- Narkoba-per-Tahun, diakses tanggal 2 Oktober 2014. 5 Merdeka, Pengguna Narkoba di Indonesia Pada 2015 Capai 5,8 Juta Jiwa, http://www.merdeka.com/peristiwa/pengguna-narkoba-di-indonesia-pada-2015-capai-58-jutajiwa.html, diakses tanggal 3 Maret 2015.
3 dan tidak mengulangi perbuatannya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, sanksi pidana berupa penjara tersebut tidak efektif untuk membuat mereka jera memakai narkotika. Tanpa proses detoksifikasi melalui proses rehabilitasi medis, mereka akan segera kembali mencari narkotika begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan. Dalam penegakan hukum pidana, terdapat beberapa peraturan pidana di Indonesia yang menganut double track system, yang artinya bahwa hukuman yang dijatuhkan oleh aparat penegak hukum kepada para pelaku tindak pidana tidak hanya sanksi pidana saja, tetapi juga dengan penjatuhan sanksi tindakan. Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Pasal 54 disebutkan bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hal ini sejalan dengan pandangan double track system yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam prakteknya, selama ini pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika tidak dijatuhi sanksi rehabilitasi, melainkan dijatuhi sanksi pidana. Hal ini tentunya tidak menyelesaikan masalah, menurut Kasi Media Tradisional Deputi Bidang Pencegahan BNN Ahmad Soleh, pemberian hukuman pidana atau kriminalisasi pecandu narkotika bukanlah merupakan solusi. Memenjarakan pecandu narkotika tanpa memerhatikan sakitnya bukanlah langkah yang tepat. Justru akan menimbulkan masalah baru dalam lapas sebagai akibat dari ketergantungan obat 6. 6 Sindo News, Rehabilitasi Pecandu Narkoba Dijamin Undang-Undang, http://nasional.sindonews.com/read/877153/15/rehabilitasi-pecandu-narkoba-dijamin-undangundang-1403750534, diakses pada tanggal 3 Maret 2015.
4 Untuk menindak lanjuti perintah Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tersebut, telah dibuat peraturan bersama antara tujuh lembaga negara mengenai teknis dari pelaksanaan rehabilitasi terhadap penyalah guna narkotika. Peraturan tersebut ditandatangani oleh Ketua MA, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala POLRI, Kepala BNN. Peraturan tersebut ditetapkan tanggal 11 Maret 2014. Jika melihat rentang waktu antara Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang dibuat pada tahun 2009 dengan peraturan bersama tujuh lembaga negara tersebut tentang teknis pelaksanaan rehabilitasi yang dibuat baru pada tahun 2014, maka yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana teknis pelaksanaan rehabilitasi tersebut sebelum munculnya peraturan bersama tujuh lembaga negara, atau pertanyaan yang lebih mendasar lagi adalah apakah selama ini aparat penegak hukum telah melaksanakan amanat yang termuat dalam Pasal 54 Undang-Undang No.35 Tahun 2009. Karena selama ini kecenderungan dari aparat penegak hukum dalam menangani kasus penyalahgunaan narkotika adalah dengan menjatuhkan sanksi pidana saja tanpa menjatuhkan sanksi rehabilitasi, tentunya hal ini berkebalikan dengan apa yang termuat dan tercantum dalam Pasal 54 Undang-Undang No.35 Tahun 2009. Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, dengan membatasi penelitian di Kabupaten Sleman, maka penulis melakukan penelitian untuk penulisan hukum dengan judul Dasar Penjatuhan Sanksi Tindakan Rehabilitasi Oleh Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika? 2. Apa yang menjadi hambatan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Dalam penyusunan penulisan hukum ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Subyektif Untuk memperoleh bahan-bahan dan data-data yang diperlukan dalam menyusun penulisan hukum, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
6 2. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam menjatuhkan putusan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Sleman. b. Untuk mengetahui hambatan yang dialami hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara teoritis, penulisan ini berguna untuk menambah bahan pustaka dalam kajian di bidang ilmu hukum terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.
7 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pencarian yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, menunjukkan bahwa belum ada penulisan hukum yang berjudul Dasar Penjatuhan Sanksi Tindakan Rehabilitasi Oleh Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. Tetapi ada beberapa penulisan hukum yang sama-sama membahas mengenai tindak pidana narkotika, namun dari segi judul dan rumusan masalahnya berbeda. Adapun beberapa contoh judul penelitian maupun penulisan hukum yang membahas mengenai tindak pidana narkotika adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Pasal 54 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terhadap Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika di D.I. Yogyakarta. Penelitian ini disusun oleh Prof. Dr. Marcus Priyo Gunarto, S.H., M.Hum. pada tahun 2014, dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 7. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaturan pemberian rehabilitasi terhadap pecandu narkotika yang melakukan tindak pidana narkotika?, dan bagaimana praktik pemberian rehabilitasi terhadap pecandu narkotika yang melakukan tindak pidana narkotika di Provinsi D.I. Yogyakarta?. Terhadap rumusan masalah yang pertama, disimpulkan oleh peneliti bahwa pengaturan pemberian rehabilitasi terhadap pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika dalam undang-undang sudah cukup, 7 Marcus Priyo Gunarto, 2014, implementasi Pasal 54 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika Terhadap Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika di D.I. Yogyakarta, Penelitian Hukum, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
8 tetapi pelaksanaan lebih lanjut dari undang-undang tersebut terjadi keterlambatan. Sedangkan terhadap rumusan masalah kedua, peneliti menyimpulkan bahwa praktik pemberian rehabilitasi terhadap pecandu narkotika yang melakukan tindak pidana narkotika di D.I. Yogyakarta menghadapi banyak kendala. 2. Penyalahgunaan Narkotika Ditinjau Dari Segi Hukum Pidana. Penulisan hukum ini disusun oleh Agustine Sonya Maria, tahun 2010, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 8. Rumusan masalah dari penulisan hukum ini adalah bagaimanakah penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika ditinjau dari segi hukum pidana?, dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika?. Terhadap rumusan masalah pertama, disimpulkan oleh penulis bahwa dalam rangka penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika, aparat kepolisian melakukan beberapa tindakan, yaitu tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan pre-emptif. Sedangkan terhadap rumusan masalah kedua, penulis menyimpulkan bahwa dalam penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika, aparat kepolisian mengalami berbagai hambatan. Baik hambatan yang berasal dari tubuh POLRI sendiri ataupun yang berasal dari luar POLRI. 3. Pemidanaan Terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulisan hukum ini disusun oleh Sekar 8 Agustine Sonya Maria, 2010, Penyalahgunaan Narkotika Ditinjau Dari Segi Hukum Pidana, Penulisan Hukum, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta.
9 Asri Ramadhana, tahun 2010, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 9. Rumusan masalah dari penulisan hukum ini adalah bagaimana pemidanaan terhadap anak pelaku penyalah guna narkotika di D.I. Yogyakarta?, dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika di D.I. Yogyakarta?. Terhadap rumusan masalah di atas disimpulkan oleh penulis bahwa pemidanaan terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika pada asasnya merupakan kewenangan dari hakim anak. Sedangkan terhadap rumusan masalah kedua, penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hakim dalam memutus perkara anak pelaku penyalahgunaan narkotika pada pokoknya didasarkan pada pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan, fakta-fakta, keadaan serta alat bukti yang terungkap dalam persidangan. Dari ketiga judul di atas terdapat perbedaan dengan penulisan hukum yang ditulis oleh penulis saat ini. Perbedaan tersebut adalah bahwa dalam penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis membahas mengenai dasar penjatuhan sanksi rehabilitasi oleh hakim, baik itu mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan rehabilitasi kepada pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika ataupun hambatan yang dialami hakim dalam menjatuhkan putusan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana narkotika. 9 Sekar Asri Ramadhana, 2010, Pemidanaan Terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkotika, Penulisan Hukum, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta.
10 F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai keseluruhan penulisan hukum ini, maka penulis akan membagi penulisan ini menjadi 5 bab sebagaimana tercantum dalam sistematika di bawah ini: BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan BAB II Tinjauan Pustaka Berisi tentang tinjauan umum tentang narkotika yang terdiri pengertian narkotika, sejarah narkotika, penggolongan narkotika, faktorfaktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika dan dampaknya, tindak pidana narkotika, dan peraturan narkotika di Indonesia. Selain itu, dibahas pula mengenai tinjauan umum tentang pidana dan pemidanaan yang terdiri dari pengertian pidana, tujuan dan teori pemidanaan, sanksi pidana dan sanksi tindakan, dan sanksi tindakan rehabilitasi BAB III Metode Penelitian Berisi tentang sifat penelitian, jenis penelitian, alat pengumpul data, jalannya penelitian, dan analisa data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang pelaksanaan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Sleman, dan
11 pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan sanksi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika. BAB V Penutup Berisikan tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penulisan hukum ini dan sekaligus disampaikan saran-saran yang merupakan rekomendasi dari penulis.