BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB III METODE PENELITIAN. Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taking Part in one or more phase of the process (partisipasi) berarti ambil bagian

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

23. URUSAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB V PENUTUP. membiarkan diri dibanjiri oleh gelombang-gelombang kebudayaan yang datang

BAB V PENUTUP. Reguler 61 Universitas Ahmad Dahlan tertanggal dari 26 Januari 24 Februari

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

Pemerintah Kabupaten Ende

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan asing dan gaya hidup modern merembes ke kebudaayaan Indonesia, sehingga dapat mengancam eksistensi suatu tradisi yang ada dalam suatu masyarakat. Indonesia merupakan Negara kesatuan yang secara sosio kultural terdiri dari beraneka ragam etnik, bahasa, agama, adat istiadat dan sebagainya yang tersebar di provinsi-provinsi di Indonesia. Keberagaman tersebut dipersatukan menjadi satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air, yaitu Indonesia. Masyarakat Indonesia sebagian besar merupakan masyarakat tradisional, meskipun sudah mengalami kemajuan teknologi, tetapi nilai-nilai dan corak kehidupan masyarakat masih tetap tampak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat yang sudah maju, norma-norma dan nilai-nilai kehidupan itu dipelajarai melalui jalur pendidikan, baik formal maupun non formal, dalam masyarakat yang masih tradisional terdapat suatu bentuk sarana sosialisasi yang disebut upacara tradisional. Penyelenggaraan upacara itu penting artinya bagi pembinaan sosial budaya warga masyarakat yang bersangkutan antara lain karena salah satu fungsinya adalah sebagai pengokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku. 1

2 Hal tersebut kemudian secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk upacara yang dilakukan dengan cara khidmat oleh warga masyarakat yang mendukungnya dan yang dirasakan sebagai bagian yang integral dan akrab serta komunikatif dalam kehidupan kulturnya. Hal itu dapat membangkitkan rasa aman bagi setiap warganya ditengah lingkungan kehidupan masyarakatnya, dan tidak kehilangan arah serta pegangan dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Demikian pula rasa solidaritas antara sesama warga masyarakat dengan penyelenggaraan upacara dapat menjadi lebih kuat. Bagi masyarakat Jawa khususnya yang tinggal dan hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengenal beberapa bentuk upacara tradisional. Upacara tradisional sangat erat kaitannya dengan kebudayaan suatu daerah atau suatu suku bangsa. Upacara tradisional menjadi jembatan penghubung antara tradisi budaya masyarakat terdahulu dengan masyarakat sekarang dan akan datang, karena upacara tradisional diwariskan kepada anak cucu meskipun selalu ada perubahan dan penyesuaian sejalan dengan perjalanan waktu. Salah satu upacara yang menarik yakni upacara tradisi saparan Wonolelo, yang diadakan di desa Pondok, Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Dinamakan Upacara Tradisi Saparan Wonolelo karena upacara ini diambil dari nama tokoh leluhur dusun Pondok Wonolelo yaitu Ki Ageng Wonolelo yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai cikal bakal pembuka Pondok Wonolelo dan yang telah menurunkan penduduk asli Pondok Wonolelo. Acara sakral ini diadakan pada bulan Sapar karena meninggalnya Ki Ageng Wonolelo adalah pada

3 bulan Sapar, malam Jum at legi dan pada masa sekarang ini tradisi saparan dijadwalkan oleh dinas pariwisata pada bulan Safar Jum at pertama. Awal mula pelaksanaan upacara tradisi saparan ini dimulai pada tahun 1968 setelah anak keturunan Ki Ageng Wonolelo membentuk trah Wonolelo. Mbah Guno keturunan ke-7 dari Ki Ageng Wonolelo adalah yang membentuk trah Wonolelo agar anak keturunan Ki Ageng Wonolelo dapat berkumpul. Diadakan upacara ini karena untuk mengenang atau mengingat kembali leluhur yang telah menjadikan dusun Pondok Wonolelo. Selain itu juga untuk mengenang jasa-jasa dan kebesaran Ki Ageng Wonolelo sebagai penyebar agama Islam yang berhasil khususnya di Pondok Wonolelo dan sekitarnya. Pada rangkaian upacara, panitia pelaksana menyiapkan gunungan yang terangkai dari bahan kue-kue apem, tertata rapi bertumpuk-tumpuk hingga menyerupai gunung raksasa. Gunungan kue apem yang dibuat dari bahan baku beras, gula merah, dan kelapa seberat satu ton tersebut akan disajikan pada puncak upacara Saparan, dan akan diperebutkan oleh para pengunjung. Semua perlengkapan yang menunjang pelaksanaan acara tradisi tersebut semua dipersiapkan oleh warga setempat, jadi partisipasi masyaraka tsetempat sangat dibutuhkan. Biasanya sebelum pelaksanaan upacara dimulai, di lokasi upacara Saparan, Dusun Wonolelo, digelar pasar malam dan pentas seni, yang antara lain menyuguhkan wayang, parade band, lomba karaoke, dan pemutaran film. Dan pada puncak acara upacara, yang diselenggarakan secara rutin tiap tahun ini, dilaksanakan kirab pusaka milik almarhum Ki Ageng Wonolelo dan diikuti

4 dengan perebutan kue apem oleh para pengunjung. Bagi yang percaya, pengunjung yang berhasil mendapat kue apem akan diberkati oleh almarhum Ki Ageng Wonolelo. Tradisi Saparan ini mendapatkan perhatian dari masyarakat dalam proses upacara pelaksanaan tradisi tersebut. Seluruh masyarakat saling bekerjasama, gotong royong dan ikut serta ambil bagian dalam proses upacara tradisi saparan. Masyarakat masih menjunjung tinggi tali persaudaraan, terbukti bahwa proses upacara tradisi saparan warga masyarakat saling membantu satu sama lain agar proses saparan berjalan dengan lancar. Upacara tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo ini akan berjalan sesuai dengan keinginan dan mencapai tujuan bersama, apabila masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan upacara tradisi saparan tersebut. Perkembangan budaya modern yang masuk ke dalam masyarakat tidak menjadikan masyarakat meninggalkan budaya tradisional seperti tradisi saparan ini. Masyarakat pada umumnya ikut serta berpartisipasi dalam proses upacara tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo. Masyarakat Desa Pondok Wonolelo ini berperan aktif dalam proses Upacara tradisi saparan yang berawal dari proses perencanaan dan sampai pelaksanaan atau puncak proses upacara tradisi saparan tersebut. Partisipasi masyarakat dalam perayaan upacara tradisi saparan ini, baik orang tua maupun kaum muda ikut berperan aktif dalam perayaan upacara tradisi saparan, mempersiapkan keerluan yang akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan acara saparan tersebut. Kaum muda Desa Pondok menyadari bahwa

5 kelak mereka yang akan melestarikan tradisi ini, sehingga mereka ikut terjun dalam prosesi perayaan tradisi tersebut. Partisipasi masyarakat dalam perayaan upacara tradisi saparan ini didorong oleh adanya faktor-faktor dalam dalam dan dari luar pada masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat ikut mengambil peran dalam perayaan upacara tradisi ini. Persiapan, koordinasi, kerjasama yang baik dalam masyarakat Desa Pondok membuat upacara ini dapat terlaksana dengan lancar pada setiap tahunnya. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui seperti apa tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo, selain itu juga untuk mengetahui faktor dan bentuk partisipasi masyaarakat dalam perayaan upacara tersebut. Penelitian ini mengingat, segala sesuatu yang diperlukan dalam perayaan upacara tersebut dipersiapkan oleh masyarakat setempat. Penelitian ini terfokus pada upacara tradisi Saparan yang ada di Desa Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Tradisi saparan dijadikan sebagai suatu tradisi sakral yang dilakukan oleh masyarakat desa Pondok Wonolelo. 2. Partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi tersebut dipengaruhi oleh adanya motivasi atau faktor pendorong sehingga mereka berpartisipasi dalam tradisi tersebut.

6 3. Partisipasi masyarakat mempunyai fungsi salah satunya yakni sebagai upaya pelestarian sebuah tradisi. 4. Banyaknya rangkaian acara atau prosesi sebelum acara inti dilaksanakan membutuhkan partisipasi yang besar dari masyarakat. 5. Seluruh lapisan masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam rangkaian upacara tradisi Saparan. C. Batasan Masalah Supaya penelitian lebih mendalam, maka perhatian utama dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Upacara Tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo di Desa Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan perayaan upacara tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo dalam masyarakat Desa Pondok Wonolelo? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi masyarakat ikut berpartisipasi dalam perayaan tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo, di Desa Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman? 3. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam rangkaian penyelenggaraan upacara tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo?

7 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalalah: 1. Mengetahui pelaksanaan perayaan upacara tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo dalam masyarakat Desa Pondok Wonolelo 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat ikut berpartisipasi dalam perayaan tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo, di Desa Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak Sleman. 3. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam rangkaian penyelenggaraan upacara tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan manfaat bagi semua pihak secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kajian sosiologi budaya. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi pada usaha pendidikan sosial dan budaya agar lebih luas dalam sosialisasinya. c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai proses pelestarian budaya tradisional didalam masyarakat.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan sebagai sumber acuan dalam meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan sebuah kebudayaan. b. Bagi Dosen Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran serta dapat dijadikan sarana pembelajaran baik sampel maupun objek laboraturium sosiologi kaitannya dengan pembelajaaran sosiologi budaya. c. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan bahan informasi dan menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan sebuah tradisi kebudayaan, mahasiswa diharapkan dapat lebih tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi. d. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menarik masyarakat untuk tetap terus melestarikan keberadaan upacara tradisi saparan Ki Ageng Wonolelo.

9 e. Bagi Peneliti Penelitian ini bagi peneliti dapat memberikan berbagai manfaat sebagai berikut : 1) Digunakan sebagai syarat menyelesaikan studi dan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2) Memberikan pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian sebagai wujud mahasiswa yang peka terhadap peristiwa yang terjadi didalam masyarakat.