2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

Pengendalian Informasi BPJS Ketenagakerjaan

c. bahwa agar pelaksanaan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KABUPATEN KUNINGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 05/I3/HM/2010 Tentang PENGELOLAAN INFORMASI PUBLIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN - 1 -

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI,

PERATURAN WALIKOTA MATARAM TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2013 LAMPIRAN : 2 (dua) TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KOTA BLITAR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.01/2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KOTA PANGKALPINANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 22/IT3/HM/2015 TENTANG PENGELOLAAN INFORMASI PUBLIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG DAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

KEBIJAKAN KLASIFIKASI DAN PENGELOLAAN INFORMASI PERUSAHAAN PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 194 TAHUN 2012

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 313, 2012

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Power Nomor 242'KtOlOtlPl2O16 dan Nomor 16.I(Dekom tlpt2o16 tentang Pedoman Etika Perusahaan (Code of Conduct);

SOP PERMINTAAN INFORMASI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,


PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Informasi. Publik. Pelayanan.

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Transkripsi:

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1996, tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XIII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VIII (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 19); 5 Keputusan Menteri BUMN Republik Indonesia Nomor : SK- 93/MB/2012 tanggal 1 Maret 2012 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VIII; 6 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER- 09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER- 01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara; Memperhatikan : 1. Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VIII sesuai Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 41 tanggal 11 Maret 1996 yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Akte Notaris Yuliani Idawati,SH,S.Pn Nomor 13 tanggal 12 Oktober 2009; 2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006. 3. Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Nomor : KEP/I.1/343/III/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Pedoman Umum Tata Persuratan Dinas PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero); 4. Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Nomor : KEP/I.1/86/II/2012 tanggal 27 Februari 2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance); 5. Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Nomor : KEP/III.1/626/IX/2012 tanggal 12 September 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). M E M U T U S K A N : Menetapkan /3

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI PERUSAHAAN. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Perusahaan adalah PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XII dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XIII menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). (2) Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik. (3) Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh perusahaan yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan perusahaan yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. (4) Publikasi adalah pengumuman informasi publik melalui saluran informasi publik yang tersedia di Perusahaan. (5) Saluran Informasi Publik adalah sarana atau media untuk menerima atau menyampaikan berbagai informasi baik yang berasal dari internal maupun eksternal Perusahaan. (6) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Publik adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan/atau pelayanan informasi di Perusahaan. (7) Pusat Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) adalah unit pelaksana pengelolaan dan pelayanan informasi publik. (8) Pemohon dan/atau Pengguna Informasi adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik yang mengajukan permintaan informasi tentang perusahaan.

(9) Insan PTPN VIII (Persero), adalah Direksi, Dewan Komisaris, dan seluruh Karyawan termasuk Insan PTPN VIII (Persero) yang sudah tidak bekerja lagi di perusahan (pensiun, berhenti atau diberhentikan). Pasal 2 Maksud dan Tujuan (1) Maksud penyusunan pedoman ini adalah sebagai panduan dalam pengelolaan Informasi Perusahaan. (2) Tujuan Pedoman ini adalah: a. Memastikan kejelasan struktur tata kelola Informasi Perusahaan. b. Melindungi kerahasiaan Informasi Perusahaan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan lain di luar perusahaan. c. Melaksanakan prinsip transparansi dengan membuka akses publik terhadap Informasi Perusahaan. d. Meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan Informasi Perusahaan. e. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan Informasi Perusahaan. Pasal 3 Prinsip (1) Setiap Informasi Perusahaan yang dikategorikan informasi publik, bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. (2) Setiap Informasi Perusahaan yang dikategorikan informasi publik, harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Perusahaan dengan cepat dan tepat waktu. (3) Informasi Perusahaan yang dikecualikan, bersifat ketat dan terbatas. (4) Informasi Perusahaan yang dikecualikan adalah informasi yang bersifat rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan kebijakan perusahaan yang didasarkan pada pertimbangan tentang konsekuensi yang timbul apabila informasi perusahaan disampaikan kepada publik. (5) Setiap Insan PTPN VIII (Persero) wajib melindungi kerahasiaan Informasi Perusahaan. (6) Pengungkapan informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan (4) dilakukan dengan persetujuan Direksi.

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Pemohon dan Pengguna Informasi Perusahaan Pasal 4 (1) Setiap Pemohon Informasi Perusahaan berhak mengajukan permintaan Informasi Perusahaan disertai alasan permintaan tersebut. (2) Pemohon informasi yang ingin memperoleh informasi Perusahaan diwajibkan untuk: a. mengajukan permintaan disertai alasan permintaan secara tertulis kepada Direksi atau Sekretaris Perusahaan; b. memberikan penjelasan tentang identitas, informasi yang dimohon, dan tujuan penggunaan; c. menggunakan informasi yang dimohon sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan perusahaan yang berlaku; d. mencantumkan sumber data dan informasi baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan publikasi; dan Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Perusahaan Pasal 5 (1) Perusahaan wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan setiap Informasi Perusahaan yang dikategorikan sebagai informasi publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Perusahaan, selain Informasi Perusahaan yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan. (2) Perusahaan wajib menyediakan Informasi Perusahaan yang dikategorikan sebagai informasi publik secara akurat, benar, dan tidak menyesatkan. (3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Perusahaan secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. (4) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) Perusahaan dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik. (5) Perusahaan berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Perusahaan berhak menolak memberikan informasi tentang perusahaan yang dikategorikan sebagai informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III PENGELOLAAN INFORMASI PERUSAHAAN Bagian Kesatu Pengelola Informasi Perusahaan Pasal 6 (1) Pengelolaan informasi publik dilaksanakan oleh: a. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Publik, yang selanjutnya disingkat PPIDP. b. Pusat Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT). (2) Penunjukan PPIDP dan pembentukan unit pelaksana pengelolaan dan pelayanan informasi publik, baik di Kantor Pusat maupun di Kebun/Unit dilakukan melalui penetapan Direksi. (3) PPIDP bertanggung jawab mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan informasi publik yang berada di bawah kewenangannya. (4) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PPIDP bertugas untuk: a. menyediakan, menyimpan, mendokumentasikan dan pengamanan informasi publik; b. melakukan pendataan informasi publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja dan memutakhirkan Daftar Informasi Publik secara berkala;. b. memberikan pelayanan informasi publik yang cepat, tepat dan sederhana; c. menetapkan prosedur operasional penyebarluasan informasi publik; d. mengklasifikasikan informasi publik; e. menetapkan informasi yang dikecualikan yang telah habis jangka waktu pengecualiannya sebagai informasi publik yang dapat diakses; f. memberikan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik dan/atau sebelum menyatakan suatu informasi publik dikecualikan sebagai informasi publik yang dapat diakses. (5) Dalam melakukan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf f, PPIDP dibantu oleh unit kerja yang membidangi hukum. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur dan uraian tugas PPIDP dan Pusat Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) di Perusahaan akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direksi.

Bagian Kedua Pengklasifikasian Informasi Perusahaan Pasal 7 (1) Informasi Perusahaan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: a. Informasi Perusahaan yang dapat diakses oleh publik; b. Informasi Perusahaan yang dikecualikan untuk diakses oleh publik; c. Informasi Perusahaan yang hanya dapat diakses oleh kalangan terbatas sesuai dengan tingkat kewenangan dalam struktur organisasi dan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan. (2) Informasi Perusahaan yang dapat diakses oleh publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a Pasal ini adalah: a. nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; b. nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan; c. Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan konsolidasian perusahaan, Laporan Evaluasi Kinerja, Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan PKBL, Laporan Manajemen Tahunan dan Laporan Tahunan (Laporan Tanggung Jawab Sosial / Sustainability Report) ; d. hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya; e. sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi; f. mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas; g. kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi Publik; h. pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; i. pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang; j. penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; k. perubahan tahun fiskal perusahaan; l. kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi; m. mekanisme pengadaan barang dan jasa; dan/atau n. informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara. (3) Informasi Perusahaan yang dikecualikan untuk diakses oleh publik (rahasia) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b Pasal ini adalah: a. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang, termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1) informasi yang dapat membahayakan negara; 2) informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat; 3) informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; 4) informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau 5) informasi yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

b. Informasi yang bersifat strategis bagi perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1) informasi yang berkaitan dengan formula produk; 2) hasil penelitian dan pengembangan produk, pemasaran, sumber daya manusia; 3) informasi tentang rencana pelaksanaan proyek atau pengadaan barang dan atau jasa perusahaan; 4) data finansial dan data fisik terkait dengan kegiatan perusahaan. (4) Informasi perusahaan yang dikecualikan untuk diakses oleh publik dan hanya dapat diakses oleh kalangan terbatas di perusahaan sesuai dengan tingkat kewenangan dalam struktur organisasi dan fungsi-fungsi yang ada, seperti namun tidak terbatas pada : a. informasi tentang formula produk; b. informasi terkait dengan suksesi manajemen; c. informasi terkait dengan mutasi, rotasi dan promosi karyawan; d. laporan hasil audit Satuan Pengawasan Intern; e. laporan auditor independen atas Kepatuhan dan pengendalian intern; f. informasi status kepemilikan tanah/bangunan perusahaan; g. pendapat hukum (legal opinion) atas suatu permasalahan hukum yang dihadapi perusahaan; h. keputusan rapat Organ Perseroan; Pasal 8 Larangan dan Sanksi (1) Insan PTPN VIII (Persero) dilarang mengungkapkan informasi rahasia mengenai perusahaan kepada pihak lain yang tidak berwenang seperti mitra kerja, pesaing perusahaan, dsb. (2) Insan PTPN VIII (Persero) dilarang menggunakan informasi rahasia mengenai perusahaan untuk kepentingan pribadi. (3) Setiap pelanggaran terhadap prinsip dan larangan pengungkapan informasi perusahaan akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perusahaan yang berlaku. BAB IV TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI PERUSAHAAN Bagian Kesatu Akses Informasi Publik Oleh PPIDP kepada Unit Kerja Pasal 9 (1) PPIDP mendata dan meminta informasi publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja di Perusahaan dalam rangka pembuatan Daftar Informasi Publik.

(2) Daftar Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah informasi Mutakhir yang dibuat oleh setiap unit/satuan kerja yang berisi: a. ringkasan isi informasi; b. pejabat/unit/satuan kerja yang menguasai; c. penanggung jawab pembuatan atau penerbitan informasi; d. waktu dan tempat pembuatan informasi; e. bentuk atau format informasi; dan f. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip. (3) Pemutakhiran Daftar Informasi Publik oleh pimpinan unit/satuan kerja dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) tahun. Pasal 10 Media Informasi Publik (1) Perusahaan mempublikasikan informasi publik melalui saluran informasi publik, antara lain: a. Portal resmi Perusahaan; b. Papan pengumuman di Kantor Pusat dan Kantor Unit Kerja; c. Bulletin internal; dan d. Pusat Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT). (2) Informasi yang ditampilkan melalui Portal resmi meliputi informasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2). (3) Informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dimuat dalam Portal resmi Perusahaan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. (4) Informasi yang sudah tidak dimuat dalam Portal resmi Perusahaan dapat diperoleh melalui Pusat Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Centre/ICT). Bagian Kedua Akses Informasi Perusahaan Pasal 11 (1) Pemohon informasi publik dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui informasi publik dengan cara: a. akses secara elektronik melalui Portal resmi Perusahaan; atau b. mengajukan permohonan secara tertulis kepada Sekretaris Perusahaan atau Direksi. (2) Informasi perusahaan yang dapat diakses secara elektronik melalui Portal resmi Perusahaan diperoleh dengan cara: a. tanpa perlu melakukan registrasi secara elektronik; dan b. melakukan registrasi secara elektronik.

(3) Informasi perusahaan yang dapat diakses oleh pemohon informasi setelah melakukan registrasi secara elektronik adalah informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Pasal 12 Pelayanan Informasi (1) Mekanisme pelayanan informasi atas permintaan secara tertulis, dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat oleh Pengelola Informasi. Perusahaan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan : a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaan ataupun tidak; b. apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah penguasaan dan mengetahui keberadaan informasi yang diminta, maka Perusahaan wajib memberitahukannya kepada Pemohon Informasi; c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan; e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3), maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasannya; f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta. (2) Perusahaan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), paling lambat 7 (tujuh) hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis. Bagian Ketiga Pembiayaan Pasal 13 Biaya untuk memperoleh informasi perusahaan dibebankan kepada pihak yang meminta informasi, dan akan ditetapkan lebih lanjut melalui Ketentuan Perusahaan tersendiri. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 (1) Penunjukan PPIDP dan pembentukan unit pelaksana pengelolaan dan pelayanan informasi publik dilakukan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Keputusan ini diundangkan. (2) Dalam hal penunjukan PPIDP pembentukan unit pelaksana pengelolaan dan pelayanan informasi publik di Perusahaan belum dilakukan, maka: