No. Urut: 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa untuk dapat memantapkan pelaksanaan otonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diperlukan upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah; b. bahwa salah satu upaya untuk mencapai maksud sebagaimana tercantum pada huruf a dilakukan dengan mendirikan badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas yang dikelola secara profesional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pendirian Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 ); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 90 91
Menetapkan 10. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dan GUBERNUR SUMATERA BARAT MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 4. Daerah adalah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 6. Perseroan adalah Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 7. Direksi adalah Direksi Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 8. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 9. Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disingkat RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 10. Penyertaan modal adalah bentuk investasi Pemerintah Daerah pada Badan Usaha dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas, berupa uang dan/atau barang untuk membiayai kegiatan usaha. 11. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. BAB II PENDIRIAN DAN KEDUDUKAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan Perseroan Terbatas dengan nama Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar; (2) Pendiri Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama PT. Dinamika Sumbar Jaya (3) Perseroan berkedudukan di Jakarta dan dapat membuka cabang di daerah lain di wilayah Indonesia. BAB III T U J U A N Pasal 3 (1) Pendirian Perseroan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah guna meningkatkan pembangunan daerah; (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengelolaan perseroan dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi perusahaan. BAB IV BIDANG USAHA Pasal 4 Bidang usaha Perseroan meliputi : a. Hotel b. Usaha Restoran c. Usaha pendukung lainnya; BAB V MODAL DAN SAHAM Pasal 5 (1) Modal Dasar Perseroan ditetapkan sebesar Rp.308.078.000.000.- ( Tiga ratus delapan milyar tujuh puluh delapan juta rupiah); (2) Pada saat pendirian disetorkan modal sebesar Rp. 77.019.500.000,- (Tujuh puluh tujuh milyar sembilan belas juta lima ratus ribu rupiah), yang terdiri dari; a. Pemerintah Daerah Provinsi sebesar Rp. Rp. 77.009.500.000,- (Tujuh puluh tujuh Milyar Sembilan juta lima ratus ribu rupiah ) terdiri dari : 92 93
- Tanah seluas 1.708 (seribu tujuh ratus delapan) meter persegi atau senilai Rp.15.372.000.000,- ( Lima belas milyar tiga ratus tujuh puluh dua juta rupiah). - Uang tunai Rp. 61.637.500.000,- (Enam puluh satu milyar enam ratus tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah). b. PT. Dinamika Jaya Sumbar sebesar Rp 10.000.000.- ( Sepuluh juta rupiah) (3) Penambahan modal disetor diprioritaskan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota; (4) Modal Daerah pada Perseroan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan; (5) Penambahan Modal Perseroan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan Perseroan dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Jenis dan nilai saham ditetapkan dalam Anggaran Dasar; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai saham diatur dalam Anggaran Dasar. BAB VI PENGURUS Bagian Kesatu Direksi Pasal 7 (1) Perseroan sehari-hari dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 2 orang Direktur; (2) Direksi bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris; (3) Direksi tidak diperkenankan merangkap pekerjaan atau jabatan eksekutif lainnya; (4) Direksi bertempat tinggal di tempat kedudukan Perseroan. Pasal 8 Untuk dapat diangkat sebagai Direksi adalah Warga Negara Indonesia yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai akhlak serta moral yang baik; b. Memiliki keahlian dan pengalaman bisnis di bidang hotel dan restoran; c. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah; d. Tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang mengkhianati negara dan/atau tindakan yang tercela lainnya; e. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang bersifat tetap; f. Sehat jasmani dan rohani; g. Antara sesama Anggota Direksi dan Anggota Direksi dengan Dewan Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan/atau ipar. Pasal 9 (1) Direksi diangkat untuk masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya setelah masa jabatan berakhir, jika yang bersangkutan memperlihatkan kinerja yang baik dalam mengelola Perseroan; (2) Untuk pertama kalinya Direksi diangkat oleh Gubernur pada Rapat Pendiri dan untuk selanjutnya, Direksi dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Pasal 10 (1) Direksi mengurus dan menguasai kekayaan perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ; (3) Direksi menetapkan susunan organisasi dan tata kerja perseroan; (4) Direksi menetapkan gaji dan penghasilan pegawai perseroan dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) Direksi mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan; (2) Direksi secara tertulis dapat melimpahkan kewenangan mewakili sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perseroan/badan lain baik sendiri maupun bersamasama. Pasal 12 Tata tertib dan tata cara pelaksanaan tugas Direksi ditetapkan oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 Direksi berdasarkan persetujuan RUPS dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 94 95
a. Membuka kantor cabang. b. Melakukan penyertaan modal. c. Melakukan kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3. Pasal 14 (1) Direksi berhenti karena : a. Masa jabatannya berakhir b. Meninggal dunia c. Permintaan sendiri d. Melakukan tindakan yang merugikan perseroan e. Melakukan tindakan yang tercela atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah atau negara f. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar g. Melakukan tindakan pidana kejahatan yang mengakibatkan yang bersangkutan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan yang bersifat tetap. (2) Tata cara pemberhentian Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 15 Penghasilan Direksi ditetapkan berdasarkan Keputusan RUPS dengan berpedoman kepada ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Bagian Kedua Dewan Komisaris Pasal 16 (1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas pengurusan Perseroan, mengendalikan dan melakukan pembinaan terhadap Perseroan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Dewan Komisaris dapat menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas pemeriksaan atas biaya perseroan; (3) Dewan Komisaris bertanggungjawab kepada RUPS. Pasal 17 (1) Untuk dapat diangkat sebagai Dewan Komisaris harus Warga Negara Indonesia yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak serta moral yang baik; b. Memiliki keahlian dan pengalaman bisnis yang luas c. Setia dan taat kepada negara dan pemerintah d. Tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dalam setiap kegiatan yang mengkhianati negara dan /atau tindakan tercela lainnya e. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang bersifat tetap f. Sehat jasmani dan rohani. (2) Antar sesama anggota Dewan Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan/atau ipar. Pasal 18 (1) Anggota Dewan Komisaris berjumlah 3 (tiga) orang, satu diantaranya ditunjuk sebagai Ketua; (2) Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 1 (satu) orang mewakili Pemerintah Provinsi, 1 (satu) orang mewakili Pemegang saham lainnya dan 1 (satu) orang dari unsur independen; (3) Dewan Komisaris diangkat untuk masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya setelah masa jabatan tersebut berakhir; (4) Untuk pertama kalinya, Dewan Komisaris ditetapkan oleh Gubernur. Pasal 19 Tata tertib dan tata pelaksanaan tugas Dewan Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 20 (1) Dewan Komisaris berhenti karena : a. Masa jabatannya berakhir b. Meninggal dunia. c. Permintaan sendiri d. Melakukan tindakan yang merugikan perseroan e. Melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah atau negara f. Melakukan tindak pidana kejahatan, mengakibatkan yang bersangkutan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan yang bersifat tetap g. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugas secara wajar 96 97
(2) Tata cara pemberhentian Dewan Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Pasal 21 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat dibantu oleh Sekretariat Dewan Komisaris yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris; (2) Jumlah Sekretariat Dewan Komisaris maksimal 3 (tiga) orang, 1 (satu) orang diantaranya ditunjuk sebagai Sekretaris. Pasal 22 Penghasilan Dewan Komisaris dan Sekretariat Dewan Komisaris diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 23 Untuk mewakili Pemerintah Provinsi pada Perseroan, Gubernur menunjuk pejabat yang akan duduk sebagai Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII R U P S Pasal 24 (1) RUPS diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun; (2) RUPS dipimpin oleh Ketua Dewan Komisaris atau Kuasa Ketua, jika berhalangan dapat diwakili oleh Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh Ketua atau Kuasa Ketua Dewan Komisaris; (3) Keputusan RUPS diambil atas dasar musyawarah dan mufakat; (4) Tata tertib RUPS diatur oleh RUPS. BAB VIII HAK SUARA / MENGELUARKAN PENDAPAT Pasal 25 (1) Setiap pemegang saham berhak mengeluarkan pendapat; (2) Pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan; (3) Pendapat setiap Pemegang Saham dapat dikemukakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan/atau rapat-rapat Dewan Komisaris apabila sifat Rapat Dewan Komisaris itu mempunyai acara tentang pendapat yang dikemukakan oleh pemegang saham yang bersangkutan; 98 (4) Pendapat para pemegang saham yang disampaikan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dianggap belum resmi. BAB IX RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Pasal 26 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Tahun Buku, Direksi menyampaikan Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan kepada Dewan Komisaris untuk disahkan; (2) Apabila sampai dengan permulaan Tahun Buku baru, Dewan Komisaris tidak mengemukakan keberatan, maka Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan Perseroan tersebut dinyatakan disetujui; (3) Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan Perseroan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada Pemegang Saham. BAB X TAHUN BUKU DAN LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 27 (1) Tahun Buku Perseroan adalah Tahun Takwim; (2) Selambat-lambatnya 5 (lima) bulan setelah berakhir tahun buku, Direksi menyampaikan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba/rugi yang telah diperiksa dan diteliti akuntan kepada Dewan Komisaris guna diteruskan kepada RUPS; (3) Neraca dan perhitungan laba/rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) harus ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris atau seorang anggota Dewan Komisaris atas nama Dewan Komisaris; (4) Seraca dan perhitungan laba/rugi yang disahkan oleh RUPS memberikan pembebasan tanggungjawab kepada Direksi dan Dewan Komisaris (Aquit de charge); (5) Direksi wajib membuat laporan tahunan tentang perkembangan usaha perseroan yang telah disahkan RUPS untuk disampaikan kepada Pemegang Saham; (6) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diumumkan oleh Direksi dalam surat kabar/harian yang terbit di daerah. BAB XI ASSET PERSEROAN Pasal 28 (1) Direksi diberi kewenangan menjual dan/atau menghapus asset perseroan untuk tujuan pengembangan perusahaan dan/atau 99
meningkatkan efisiensi operasionalisasi perseroan setelah mendapatkan persetujuan RUPS; (2) Dalam hal menjadikan asset tertentu untuk keperluan kerjasama dengan badan usaha lainnya, perlu pengesahan melalui RUPS; (3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan asset diatur dalam Anggaran Dasar. BAB XII PEMBAGIAN HASIL USAHA Pasal 29 (1) Penggunaan laba Perseroan ditetapkan oleh RUPS; (2) Penggunaan laba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk : a. Deviden pemegang saham b. Cadangan sesuai ketentuan yang berlaku c. Jasa produksi bagi Direksi, Komisaris, dan Pegawai d. Corporate social responsibility / tanggung jawab sosial perusahaan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan laba diatur dalam Anggaran Dasar. BAB XIII TANGGUNGJAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 30 (1) Semua pegawai perseroan dalam kedudukannya selaku yang dibebani tugas penyimpanan uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena tindakan-tindakan melalaikan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan diwajibkan mengganti kerugian tersebut; (2) Pegawai perseroan yang dibebani tugas penyimpanan, pembayaran, atau penyerahan uang atau surat-surat berharga milik perusahaan yang disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan perseroan yang khusus digunakan untuk keperluan itu, bertanggungjawab dalam pelaksanaannya kepada Direksi; (3) Semua surat bukti dan surat lainnya disimpan ditempat kedudukan perseroan atau di tempat lain yang ditunjuk oleh Direksi. BAB XIV PEMBUBARAN, PENGGABUNGAN, DAN PEMISAHAN PERSEROAN Pasal 31 (1) Pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; (2) Gubernur atas kesepakatan pemegang saham menunjuk Panitia untuk melakukan pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) Dalam hal perseroan dibubarkan, maka hutang dan kewajiban keuangan dibayar dari harta kekayaan perseroan, dan sisa lebih menjadi milik Pemegang Saham sesuai saham yang dimiliki; (4) Pertanggungjawaban pembubaran, penggabungan dan pemisahan perseroan oleh Panitia disampaikan kepada Pemegang Saham dan memberikan pembebasan tanggungjawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikan; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan diatu (6) r dalam Anggaran Dasar. BAB XV ANGGARAN DASAR DAN ADMINISTRASI PEMBENTUKAN PERSEROAN Pasal 32 (1) Gubernur berkewajiban menyiapkan Anggaran Dasar dan Administrasi Perseroan sampai Perseroan dapat beroperasional; (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini disahkan. BAB XVI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 33 (1) Gubernur dapat melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal daerah pada Perseroan; (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi monitoring, evaluasi dan pengendalian. Pasal 34 Selain melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34, Gubernur dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyertaan 100 101
modal daerah pada Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Diundangkan di Padang Pada tanggal 26 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto H. FIRDAUS, K. SE, M.Si Pembina Utama Muda, Nip. 19530309 197603 1 005 Ditetapkan di Padang Pada tanggal 26 Agustus 2009 GUBERNUR SUMATERA BARAT dto GAMAWAN FAUZI LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 NOMOR: 06 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR I. Umum Berdasarkan Pasal 177 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah yang pembentukan, penggabungan, pelepasan, kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan ketentuan dimaksud, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan PT. Dinamika Sumbar Jaya mendirikan Perseroan Terbatas ( PT ) Balairung Citrajaya Sumbar dengan modal dasar sebesar Rp. 308.078.000.000,- (Tiga ratus delapan milyar tujuh puluh delapan juta rupiah). Adapun prinsip dasar dalam pendirian Perseroan Terbatas ini adalah : a. Memberikan pendapatan kepada daerah guna meningkatkan kemampuan daerah untuk menyelenggarakan pembangunan daerah; b. Modal yang ditanamkan harus dapat dikembalikan c. Pengelolaan dilakukan harus profesional sesuai dengan prinsip good corporate governance Modal dasar disetor Perseroan sebesar Rp. 77.019.500.000,- ( Tujuh puluh tujuh milyar sembilan belas juta lima ratus ribu rupiah ), yang terdiri dari : Pemerintah Provinsi sebesar 99,99% atau senilai Rp. 77.009.500.000,- ( Tujuh puluh tujuh milyar sembilan juta lima ratus ribu rupiah ) sudah termasuk tanah, dan PT. Dinamika Sumbar Jaya sebesar 0,01% atau senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah ). II. Pasal Demi Pasal Pasal 1 dan 2 Pasal 3 : ayat (2) : Yang dimaksud dengan prinsip ekonomi adalah : 102 103
1. Peningkatan keuntungan yang layak untuk disetorkan sebagai deviden kepada pemegang saham 2. Modal yang telah ditanamkan dapat segera dikembalikan Pasal 4 dan 5 Pasal 6 : ayat (1) : jenis saham yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar adalah saham prioritas dan saham biasa. Saham Prioritas hanya dimiliki oleh pendiri, saham biasa dapat dimiliki oleh pendiri dan pemegang saham lainnya yang ditetapkan dengan RUPS ayat (2) Pasal 7 : ayat (2) ayat (3) ayat (4) Pasal 8 Pasal 9 : ayat (2) ayat (3) Pasal 10 : ayat (2) ayat (3) ayat (4) Pasal 11 s/d 17 Pasal 18 : : Larangan merangkap jabatan dimaksudkan untuk menjamin perusahaan dioperasionalkan dengan perhatian penuh, sehingga berkembang sesuai dengan prinsi-prinsip pendirian : Rapat pendiri untuk pertama kali dipimpin oleh pemegang saham terbanyak : Penetapan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan harus didasarkan atas prinsip efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan Perseroan. ayat (2) : yang dimaksud dengan kalangan independen adalah Komisaris yang berasal dari luar atau tidak ada hubungannya dengan pemegang saham. ayat (3) ayat (4) Pasal 19s/d 28 Pasal 29 : ayat (1) ayat (2) Pasal 30 : ayat (2) : huruf a huruf b huruf c huruf d ayat (3) Pasal 31 s/d 35 : - yang dimaksud dengan asset tertentu dengan adalah tanah - yang dimaksud dengan keperluan kerjasama adalah dijadikan agunan, digadaikan atau bentuk lain sehingga penguasaan asset beralih kepada pihak lain. : - corporate social responsibility diarahkan untuk pengembangan UMKM dan/atau untuk peningkatan sumber daya manusia Sumatera Barat - pelaksanaan dilakukan Perseroan dan/atau bekerjasama dengan Pemerintah Daerah - target group diseluruh Kabupaten/Kota sesuai dengan saham masing-masing Kabupaten/Kota dan penetapannya dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota 104 105