LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARI AH RENGGALI KABUPATEN ACEH TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BANGKA TENGAH

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

NOMOR : 3 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PT JASA SARANA JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAT PERGUDANGAN KOTA PEDARINGAN SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH PATI

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MIILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS TIMUR INVESTAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D =================================================================

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN TENTANG BANK PEMBANGUNAN PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

Transkripsi:

No. Urut: 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa untuk dapat memantapkan pelaksanaan otonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diperlukan upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah; b. bahwa salah satu upaya untuk mencapai maksud sebagaimana tercantum pada huruf a dilakukan dengan mendirikan badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas yang dikelola secara profesional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pendirian Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 ); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 90 91

Menetapkan 10. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dan GUBERNUR SUMATERA BARAT MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 4. Daerah adalah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. 6. Perseroan adalah Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 7. Direksi adalah Direksi Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 8. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 9. Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disingkat RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. 10. Penyertaan modal adalah bentuk investasi Pemerintah Daerah pada Badan Usaha dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas, berupa uang dan/atau barang untuk membiayai kegiatan usaha. 11. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar. BAB II PENDIRIAN DAN KEDUDUKAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan Perseroan Terbatas dengan nama Perseroan Terbatas (PT) Balairung Citrajaya Sumbar; (2) Pendiri Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama PT. Dinamika Sumbar Jaya (3) Perseroan berkedudukan di Jakarta dan dapat membuka cabang di daerah lain di wilayah Indonesia. BAB III T U J U A N Pasal 3 (1) Pendirian Perseroan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah guna meningkatkan pembangunan daerah; (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengelolaan perseroan dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi perusahaan. BAB IV BIDANG USAHA Pasal 4 Bidang usaha Perseroan meliputi : a. Hotel b. Usaha Restoran c. Usaha pendukung lainnya; BAB V MODAL DAN SAHAM Pasal 5 (1) Modal Dasar Perseroan ditetapkan sebesar Rp.308.078.000.000.- ( Tiga ratus delapan milyar tujuh puluh delapan juta rupiah); (2) Pada saat pendirian disetorkan modal sebesar Rp. 77.019.500.000,- (Tujuh puluh tujuh milyar sembilan belas juta lima ratus ribu rupiah), yang terdiri dari; a. Pemerintah Daerah Provinsi sebesar Rp. Rp. 77.009.500.000,- (Tujuh puluh tujuh Milyar Sembilan juta lima ratus ribu rupiah ) terdiri dari : 92 93

- Tanah seluas 1.708 (seribu tujuh ratus delapan) meter persegi atau senilai Rp.15.372.000.000,- ( Lima belas milyar tiga ratus tujuh puluh dua juta rupiah). - Uang tunai Rp. 61.637.500.000,- (Enam puluh satu milyar enam ratus tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah). b. PT. Dinamika Jaya Sumbar sebesar Rp 10.000.000.- ( Sepuluh juta rupiah) (3) Penambahan modal disetor diprioritaskan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota; (4) Modal Daerah pada Perseroan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan; (5) Penambahan Modal Perseroan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan Perseroan dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Jenis dan nilai saham ditetapkan dalam Anggaran Dasar; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai saham diatur dalam Anggaran Dasar. BAB VI PENGURUS Bagian Kesatu Direksi Pasal 7 (1) Perseroan sehari-hari dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 2 orang Direktur; (2) Direksi bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris; (3) Direksi tidak diperkenankan merangkap pekerjaan atau jabatan eksekutif lainnya; (4) Direksi bertempat tinggal di tempat kedudukan Perseroan. Pasal 8 Untuk dapat diangkat sebagai Direksi adalah Warga Negara Indonesia yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai akhlak serta moral yang baik; b. Memiliki keahlian dan pengalaman bisnis di bidang hotel dan restoran; c. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah; d. Tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang mengkhianati negara dan/atau tindakan yang tercela lainnya; e. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang bersifat tetap; f. Sehat jasmani dan rohani; g. Antara sesama Anggota Direksi dan Anggota Direksi dengan Dewan Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan/atau ipar. Pasal 9 (1) Direksi diangkat untuk masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya setelah masa jabatan berakhir, jika yang bersangkutan memperlihatkan kinerja yang baik dalam mengelola Perseroan; (2) Untuk pertama kalinya Direksi diangkat oleh Gubernur pada Rapat Pendiri dan untuk selanjutnya, Direksi dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Pasal 10 (1) Direksi mengurus dan menguasai kekayaan perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ; (3) Direksi menetapkan susunan organisasi dan tata kerja perseroan; (4) Direksi menetapkan gaji dan penghasilan pegawai perseroan dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) Direksi mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan; (2) Direksi secara tertulis dapat melimpahkan kewenangan mewakili sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perseroan/badan lain baik sendiri maupun bersamasama. Pasal 12 Tata tertib dan tata cara pelaksanaan tugas Direksi ditetapkan oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 Direksi berdasarkan persetujuan RUPS dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 94 95

a. Membuka kantor cabang. b. Melakukan penyertaan modal. c. Melakukan kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3. Pasal 14 (1) Direksi berhenti karena : a. Masa jabatannya berakhir b. Meninggal dunia c. Permintaan sendiri d. Melakukan tindakan yang merugikan perseroan e. Melakukan tindakan yang tercela atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah atau negara f. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar g. Melakukan tindakan pidana kejahatan yang mengakibatkan yang bersangkutan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan yang bersifat tetap. (2) Tata cara pemberhentian Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 15 Penghasilan Direksi ditetapkan berdasarkan Keputusan RUPS dengan berpedoman kepada ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Bagian Kedua Dewan Komisaris Pasal 16 (1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas pengurusan Perseroan, mengendalikan dan melakukan pembinaan terhadap Perseroan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Dewan Komisaris dapat menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas pemeriksaan atas biaya perseroan; (3) Dewan Komisaris bertanggungjawab kepada RUPS. Pasal 17 (1) Untuk dapat diangkat sebagai Dewan Komisaris harus Warga Negara Indonesia yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak serta moral yang baik; b. Memiliki keahlian dan pengalaman bisnis yang luas c. Setia dan taat kepada negara dan pemerintah d. Tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dalam setiap kegiatan yang mengkhianati negara dan /atau tindakan tercela lainnya e. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang bersifat tetap f. Sehat jasmani dan rohani. (2) Antar sesama anggota Dewan Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan/atau ipar. Pasal 18 (1) Anggota Dewan Komisaris berjumlah 3 (tiga) orang, satu diantaranya ditunjuk sebagai Ketua; (2) Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 1 (satu) orang mewakili Pemerintah Provinsi, 1 (satu) orang mewakili Pemegang saham lainnya dan 1 (satu) orang dari unsur independen; (3) Dewan Komisaris diangkat untuk masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya setelah masa jabatan tersebut berakhir; (4) Untuk pertama kalinya, Dewan Komisaris ditetapkan oleh Gubernur. Pasal 19 Tata tertib dan tata pelaksanaan tugas Dewan Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 20 (1) Dewan Komisaris berhenti karena : a. Masa jabatannya berakhir b. Meninggal dunia. c. Permintaan sendiri d. Melakukan tindakan yang merugikan perseroan e. Melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah atau negara f. Melakukan tindak pidana kejahatan, mengakibatkan yang bersangkutan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan yang bersifat tetap g. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugas secara wajar 96 97

(2) Tata cara pemberhentian Dewan Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Pasal 21 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat dibantu oleh Sekretariat Dewan Komisaris yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris; (2) Jumlah Sekretariat Dewan Komisaris maksimal 3 (tiga) orang, 1 (satu) orang diantaranya ditunjuk sebagai Sekretaris. Pasal 22 Penghasilan Dewan Komisaris dan Sekretariat Dewan Komisaris diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 23 Untuk mewakili Pemerintah Provinsi pada Perseroan, Gubernur menunjuk pejabat yang akan duduk sebagai Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII R U P S Pasal 24 (1) RUPS diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun; (2) RUPS dipimpin oleh Ketua Dewan Komisaris atau Kuasa Ketua, jika berhalangan dapat diwakili oleh Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh Ketua atau Kuasa Ketua Dewan Komisaris; (3) Keputusan RUPS diambil atas dasar musyawarah dan mufakat; (4) Tata tertib RUPS diatur oleh RUPS. BAB VIII HAK SUARA / MENGELUARKAN PENDAPAT Pasal 25 (1) Setiap pemegang saham berhak mengeluarkan pendapat; (2) Pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan; (3) Pendapat setiap Pemegang Saham dapat dikemukakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan/atau rapat-rapat Dewan Komisaris apabila sifat Rapat Dewan Komisaris itu mempunyai acara tentang pendapat yang dikemukakan oleh pemegang saham yang bersangkutan; 98 (4) Pendapat para pemegang saham yang disampaikan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dianggap belum resmi. BAB IX RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Pasal 26 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Tahun Buku, Direksi menyampaikan Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan kepada Dewan Komisaris untuk disahkan; (2) Apabila sampai dengan permulaan Tahun Buku baru, Dewan Komisaris tidak mengemukakan keberatan, maka Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan Perseroan tersebut dinyatakan disetujui; (3) Anggaran dan Rencana Kerja Tahunan Perseroan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada Pemegang Saham. BAB X TAHUN BUKU DAN LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 27 (1) Tahun Buku Perseroan adalah Tahun Takwim; (2) Selambat-lambatnya 5 (lima) bulan setelah berakhir tahun buku, Direksi menyampaikan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba/rugi yang telah diperiksa dan diteliti akuntan kepada Dewan Komisaris guna diteruskan kepada RUPS; (3) Neraca dan perhitungan laba/rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) harus ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris atau seorang anggota Dewan Komisaris atas nama Dewan Komisaris; (4) Seraca dan perhitungan laba/rugi yang disahkan oleh RUPS memberikan pembebasan tanggungjawab kepada Direksi dan Dewan Komisaris (Aquit de charge); (5) Direksi wajib membuat laporan tahunan tentang perkembangan usaha perseroan yang telah disahkan RUPS untuk disampaikan kepada Pemegang Saham; (6) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diumumkan oleh Direksi dalam surat kabar/harian yang terbit di daerah. BAB XI ASSET PERSEROAN Pasal 28 (1) Direksi diberi kewenangan menjual dan/atau menghapus asset perseroan untuk tujuan pengembangan perusahaan dan/atau 99

meningkatkan efisiensi operasionalisasi perseroan setelah mendapatkan persetujuan RUPS; (2) Dalam hal menjadikan asset tertentu untuk keperluan kerjasama dengan badan usaha lainnya, perlu pengesahan melalui RUPS; (3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan asset diatur dalam Anggaran Dasar. BAB XII PEMBAGIAN HASIL USAHA Pasal 29 (1) Penggunaan laba Perseroan ditetapkan oleh RUPS; (2) Penggunaan laba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk : a. Deviden pemegang saham b. Cadangan sesuai ketentuan yang berlaku c. Jasa produksi bagi Direksi, Komisaris, dan Pegawai d. Corporate social responsibility / tanggung jawab sosial perusahaan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan laba diatur dalam Anggaran Dasar. BAB XIII TANGGUNGJAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 30 (1) Semua pegawai perseroan dalam kedudukannya selaku yang dibebani tugas penyimpanan uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena tindakan-tindakan melalaikan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan diwajibkan mengganti kerugian tersebut; (2) Pegawai perseroan yang dibebani tugas penyimpanan, pembayaran, atau penyerahan uang atau surat-surat berharga milik perusahaan yang disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan perseroan yang khusus digunakan untuk keperluan itu, bertanggungjawab dalam pelaksanaannya kepada Direksi; (3) Semua surat bukti dan surat lainnya disimpan ditempat kedudukan perseroan atau di tempat lain yang ditunjuk oleh Direksi. BAB XIV PEMBUBARAN, PENGGABUNGAN, DAN PEMISAHAN PERSEROAN Pasal 31 (1) Pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; (2) Gubernur atas kesepakatan pemegang saham menunjuk Panitia untuk melakukan pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) Dalam hal perseroan dibubarkan, maka hutang dan kewajiban keuangan dibayar dari harta kekayaan perseroan, dan sisa lebih menjadi milik Pemegang Saham sesuai saham yang dimiliki; (4) Pertanggungjawaban pembubaran, penggabungan dan pemisahan perseroan oleh Panitia disampaikan kepada Pemegang Saham dan memberikan pembebasan tanggungjawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikan; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran, penggabungan dan pemisahan Perseroan diatu (6) r dalam Anggaran Dasar. BAB XV ANGGARAN DASAR DAN ADMINISTRASI PEMBENTUKAN PERSEROAN Pasal 32 (1) Gubernur berkewajiban menyiapkan Anggaran Dasar dan Administrasi Perseroan sampai Perseroan dapat beroperasional; (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini disahkan. BAB XVI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 33 (1) Gubernur dapat melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal daerah pada Perseroan; (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi monitoring, evaluasi dan pengendalian. Pasal 34 Selain melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34, Gubernur dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyertaan 100 101

modal daerah pada Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Diundangkan di Padang Pada tanggal 26 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto H. FIRDAUS, K. SE, M.Si Pembina Utama Muda, Nip. 19530309 197603 1 005 Ditetapkan di Padang Pada tanggal 26 Agustus 2009 GUBERNUR SUMATERA BARAT dto GAMAWAN FAUZI LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 NOMOR: 06 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BALAIRUNG CITRAJAYA SUMBAR I. Umum Berdasarkan Pasal 177 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah yang pembentukan, penggabungan, pelepasan, kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan ketentuan dimaksud, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan PT. Dinamika Sumbar Jaya mendirikan Perseroan Terbatas ( PT ) Balairung Citrajaya Sumbar dengan modal dasar sebesar Rp. 308.078.000.000,- (Tiga ratus delapan milyar tujuh puluh delapan juta rupiah). Adapun prinsip dasar dalam pendirian Perseroan Terbatas ini adalah : a. Memberikan pendapatan kepada daerah guna meningkatkan kemampuan daerah untuk menyelenggarakan pembangunan daerah; b. Modal yang ditanamkan harus dapat dikembalikan c. Pengelolaan dilakukan harus profesional sesuai dengan prinsip good corporate governance Modal dasar disetor Perseroan sebesar Rp. 77.019.500.000,- ( Tujuh puluh tujuh milyar sembilan belas juta lima ratus ribu rupiah ), yang terdiri dari : Pemerintah Provinsi sebesar 99,99% atau senilai Rp. 77.009.500.000,- ( Tujuh puluh tujuh milyar sembilan juta lima ratus ribu rupiah ) sudah termasuk tanah, dan PT. Dinamika Sumbar Jaya sebesar 0,01% atau senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah ). II. Pasal Demi Pasal Pasal 1 dan 2 Pasal 3 : ayat (2) : Yang dimaksud dengan prinsip ekonomi adalah : 102 103

1. Peningkatan keuntungan yang layak untuk disetorkan sebagai deviden kepada pemegang saham 2. Modal yang telah ditanamkan dapat segera dikembalikan Pasal 4 dan 5 Pasal 6 : ayat (1) : jenis saham yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar adalah saham prioritas dan saham biasa. Saham Prioritas hanya dimiliki oleh pendiri, saham biasa dapat dimiliki oleh pendiri dan pemegang saham lainnya yang ditetapkan dengan RUPS ayat (2) Pasal 7 : ayat (2) ayat (3) ayat (4) Pasal 8 Pasal 9 : ayat (2) ayat (3) Pasal 10 : ayat (2) ayat (3) ayat (4) Pasal 11 s/d 17 Pasal 18 : : Larangan merangkap jabatan dimaksudkan untuk menjamin perusahaan dioperasionalkan dengan perhatian penuh, sehingga berkembang sesuai dengan prinsi-prinsip pendirian : Rapat pendiri untuk pertama kali dipimpin oleh pemegang saham terbanyak : Penetapan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan harus didasarkan atas prinsip efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan Perseroan. ayat (2) : yang dimaksud dengan kalangan independen adalah Komisaris yang berasal dari luar atau tidak ada hubungannya dengan pemegang saham. ayat (3) ayat (4) Pasal 19s/d 28 Pasal 29 : ayat (1) ayat (2) Pasal 30 : ayat (2) : huruf a huruf b huruf c huruf d ayat (3) Pasal 31 s/d 35 : - yang dimaksud dengan asset tertentu dengan adalah tanah - yang dimaksud dengan keperluan kerjasama adalah dijadikan agunan, digadaikan atau bentuk lain sehingga penguasaan asset beralih kepada pihak lain. : - corporate social responsibility diarahkan untuk pengembangan UMKM dan/atau untuk peningkatan sumber daya manusia Sumatera Barat - pelaksanaan dilakukan Perseroan dan/atau bekerjasama dengan Pemerintah Daerah - target group diseluruh Kabupaten/Kota sesuai dengan saham masing-masing Kabupaten/Kota dan penetapannya dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota 104 105