TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PERHOTELAN TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI HOTEL SANTOSA TASIKMALAYA) SKRIPSI Oleh: Dena Radiansyah E1A005002 KEMENTERIAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PERHOTELAN TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI HOTEL SANTOSA TASIKMALAYA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh: Dena Radiansyah E1A005002 KEMENTERIAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PERHOTELAN TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI HOTEL SANTOSA TASIKMALAYA) Disusun Oleh : Dena Radiansyah E1A005002 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Diterima Dan Disahkan Pada Tanggal Agustus 2012 Penguji I! Pembimbing I Penguji II! Pembimbing II Penguji III Hj.Rochani Urip S., S.H. M.S. NIP. 19520603 198003 2 001 I Ketut Karmi N., S.H. M.Hum NIP. 19610520 198703 1 002 Mengeahui, Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Suyadi,S.H.MHum. NIP. 19611010 198703 1 001 Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. NIP. 19520603 198003 2 001
PERNYATAAN Dengan ini saya : Nama : DENA RADIANSYAH NIM : E1A005002 Judul Skripsi : TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PERHOTELAN TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG U N D A N G N O M O R 8 T A H U N 1 9 9 9 T E N T A N G PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI HOTEL SANTOSA TASIKMALAYA) Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang lain. Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan Pelanggaran sebagaimana tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari Fakultas. Purwokerto, Agustus 2012 DENA RADIANSYAH E1 A005 002
PRAKATA Alhamdulillah hirabbil aalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PERHOTELAN TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI HOTEL SANTOSA TASIKMALAYA), yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan, yang baik langsung maupun tidak langsung para pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto dan Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi arahan dan bimbingan dan selaku Pembimbing skripsi yang pertama. 2. Bapak I Ketut Karni Nurjaya, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi arahan dan bimbingan dan selaku Pembimbing skripsi yang kedua. 3. Bapak Suyadi., S.H.,M.Hum., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun... 4. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. 5. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. 6. Bapak Dedi Efendi. selaku Perwakilan pemilik Hotel Santosa. 7. Bapak Sugih selaku Pengurus Hotel Santosa. 8. Keluarga tercinta (Mamah Nani Maryani, yang ku sayang yang hanya tinggal satu) yang selalu memberi kasih sayang dan do a. 9. Lina Purnamasari (Nenk) yang selalu memberi inspirasi dan kasih sayangnya. Love u. 10. Seluruh teman-teman serta para pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis di dalam penyusunan skripsi ini telah berusaha dengan sebaik-baiknya, tetapi penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan hal ini semata-
mata karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun senantiasa penulis butuhkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Almamater maupun para pihak yang membacanya. Was salamu alaikaum Wr. Wb Purwokerto, Agustus 2012 Penulis, (Dena Radiansyah)
ABSTRAK Perlindungan konsumen merupakan hal yang selalu menarik untuk dibahas, karena dekat dengan kehidupan manusia, seseorang suatu saat dapat menjadi konsumen dan dapat menjadi pelaku usaha di saat lain. Namun baik konsumen maupun pelaku usaha banyak yang kurang memahami hak, kewajiban serta tanggung jawabnya. Hotel Santosa merupakan salah satu pelaku usaha yang bergerak dibidang jasa perhotelan. Tanggung jawab pelaku usaha terhadap kerugian yang diderita konsumen dibebankan terhadap jasa yang dihasilkan berdasarkan kesalahan, kelalaian, cacat dan informasi yang tidak benar kepada konsumen. Hotel Santosa telah berusaha untuk melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kata Kunci : Konsumen, Pelaku Usaha, Tanggung Jawab, Kerugian.
ABSTRACT Consumerism becomes a mainstream because of its identical with human and someone can be a consumer or business sector in the other times. Nevertheless, both consumers and business sectors less understand their rights, obligation and responsibility. Santosa Hotel is one business sector running in hotel-service. The responsibility of business sector toward consumers loss imposed to the service based on the mistakes, dereclition, deformity and misinformation for consumer. The hotel has run its responsibility as the statement in section 19 act number 8/1999 about consumerism. Key Words : Consumer, Business sector, Responsibility, disadvantages.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv ABSTRAK.... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..... 1 B. Perumusan Masalah... 9 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Kegunaan Penelitian... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaku Usaha 1. P e n g e r t i a n P e l a k u U s a h a 1 1 2. Hubungan Hukum Antara Pelaku Usaha Dengan Konsumen 12 3................................ Pa ra Pihak Dalam Penitipan Barang... 15 4................................ H ak dan Kewajiban Para Pihak... 15
5................................ P erbuatan Yang Dilarang Para Pihak... 18 6................................ P engertian Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen... 19
7. Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen.....23 8. Sumber Hukum Perlindungan Konsumen... 25 9. Tujuan Perlindungan Konsumen... 30 B. Kerugian C. Tanggung Jawab Pelaku Usaha... 32 D. Perhotelan Di Indonesia 3 7 1. P e n g e r t i a n H o t e l 2...................... K lasifikasi Usaha Hotel... 38 BAB III METODE PENELITIAN 1. Metode Pendekatan...... 47 2. Spesifikasi Penelitian...... 47 3. Lokasi Penelitian...... 47 4. Jenis Data...... 47 5. Metode Pengumpulan Data...... 48 6. Metode Penyajian Data...... 49 7. Metode Analisis Data...... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 50 B. Pembahasan......64 BAB V PENUTUP A. Simpulan... 74 B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan program-program pemerintah dalam upaya merealisasikan pembangunan nasional, Pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan peraturan yang ada di Indonesia yaitu Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Salah satu program pemerintah adalah pembangunan di bidang perhotelan yang merupakan penunjang berkembangnya pembangunan pariwisata, bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung-jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Didalam pasal 11 dan pasal 20
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 menyatakan: Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan meliputi industri pariwisata dan destinasi pariwisata. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, kesatuan yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Setiap wisatawan berhak memperoleh: a. informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata; b. pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar; c. perlindungan hukum dan keamanan; d. pelayanan kesehatan; e. perlindungan hak pribadi; dan f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.
Industri perhotelan perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai peluang bisnis dalam perekonomian Indonesia untuk mendongkrak perekonomian nasional yang terpuruk akibat krisis moneter. Kesadaran akan perlunya penanganan yang lebih serius terhadap industri ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai langkah pengembangannya. Hotel tidak dapat dipisahkan dengan industri pariwisata, karena industri pariwisata tanpa sarana akomodasi atau hotel tidak mungkin berkembang dengan baik.hotel pada awalnya hanya merupakan sarana akomodasi tempat orang menginap yang terdiri dari kamarkamar, jadi salah satu aspek kepariwisataan dari unsur akomodasi, yakni yang menyangkut perhotelan.menurut Surachlan Dimyati, Akomodasi dalarn arti sempit merupakan sarana penginapan yang biasanya digunakan untuk menginap yang terdiri dari kamar-kamar. Seiring perkembangan zaman, istilah akomodasi dikenal orang bukan hanya sekedar tempat untuk menginap, tetapi telah berkembang (dalam arti luas) sebagai tempat seseorang dapat tidur, beristirahat, atau menginap sementara waktu selamadalam perjalanannya, juga untuk mendapatkan makan-minum dan terpenuhi kebutuhan lainnya.akomodasi bukan hanya tempat untuk menginap saja tetapi dapat diguna-km untuk makan, minum dan sebagai tempat untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan yang sengaja dibangun dan didirikan dengan tujuan komersil, guna untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya mengalami perluasan makna dengan beralihnya istilah akomodasi dengan istilah hotel. 1 Hotel menurut Pasal 14 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah salah satu bagian dari usaha pariwisata yang memberikan layanan berupa penyediaan akomodasi beserta pelayanan makanan dan minuman kepada para wisatawan, sedangkan yang dimaksud dengan usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata. Surat Keputusan Menteri Perhubungan No.PM.10/PW.30l/Phb.77,tanggal 12 Desember 1977, menyatakan bahwa hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum. 1Aan Surachlan Dimyati,Pengetahuan Dasar Perhotelan, Jakarta : CV. Deviri Ganan 1992, halaman 17
Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor: KM 34/HK 1 03/MPPT 1987 menyatakan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah. Menyadari bahwa hotel adalah salah satu penunjang perkembangan perekonomian negara kita, maka dalam pelayanan pelaku usaha terhadap konsumen harus baik, karena ada kalanya pelayanan yang diberikanmengecewakan baik dalam penyediaan fasilitas yang bersifat fisik maupun non fisik, seperti pelayanan yang kurangramah. Hotel santosa yaitu salah satu hotel yang berada di daerah Kota Tasikmalaya, letaknya strategis disertai dengan berbagai fasilitas,antara lain berbagaitipekamar, restaurant, dan meeting room. Pengusaha hotel santosa selaku pelaku usaha harus memperhatikan kepentingan dari konsumennya.sehingga dapat menjaga kepercayaan yang diberikan olehkonsumennya, serta dalam melaksanakan kegiatan usahanya hotel santosa harus bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dapat merugikan konsumennya baik fisik maupun non fisik. Salah satu peristiwa yang terjadi di hotel santosa adalah tentang peristiwa ada seseorang yang bermaksud menginap di hotel santosa, sebelum masuk hotel santosa ia menyimpan mobilnya dan mengunci pintu mobilnya di tempat parkir hotel santosa. Ia pun bergegas daftar untuk memesan kamar dan masuk kamar
untuk beristirahat. Keesokan hari ketika ia membuka kunci pintu mobilnya, ternyata radio tape beserta audio speaker yang terpasang di mobilnya hilang, langsung ia mengadu ke pihak hotel, tetapi penanganan keamanan dan ganti rugi dari pihak hotel kurang baik. Sehubungan dengan kasus ini, pengusaha hotel santosa selaku pelaku usaha harus menunjukan tanggung jawabnya demi menjaga kepercayaan pihak konsumen. MenurutBambang Sujatno empat tipe yang dapat memunculkan keluhan tamu (guest Complain), yaitu : 1. Hal-hal yang bersifat mekanis Yang termasuk dalam tipe ini adalah adanya kerusakan pada fasilitas hotel, misalnya : AC, Penerangan, kunci kamar, pipa-pipa, TV, video, komputer, radio, Air. 2. Hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan Hal ini biasanya disebabkan oleh tamu harus menunggu lama, pelanggan kopor dan bawaan lainnya, kamar yang kurang bersih, pelayanan telepon, fax, pelayanan di bagian makanan dan minuman, pencucian pakaian, kurang perlengkapan di kamar, di bar, dsb. 3. Sikap pegawai : kasar, kurang hati-hati, tidak ramah, kurang sopan, kurang peka dan kurang tanggap terhadap keinginan tamu, membeda-bedakan tamu, malas, lamban. 4. Sesuatu yang tidak biasa Termasuk didalamnya : kurangnya kendaraan umum, cuaca yang kurang mendukung, ada binatang masuk ke hotel, hal-hal lain yang terjadi di luar kemampuan hotel untuk mencegahnya. 2 Keluhan-keluhan yang disampaikan oleh konsumen, harus diselesaikan secara positif oleh pelaku usaha, dimana pelaku usaha harus bertanggung jawab atas semua kerugian yang diderita konsumen, namunsering terjadi juga konsumen kecewa karena keluhan-keluhan yang disampaikannya tidak mendapat 2 Bambang Sujatno, Hotel Courtesy, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2006, Halaman 118-119
penyelesaian yang positif, serta ada juga pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen akibat dari kesalahan pihak pelaku usaha itu sendiri, hal ini merupakan masalah yang sering terjadi di dalam dunia perhotelan, sehingga posisi konsumen yang rendah mengakibatkan kepentingan dan hak konsumen terabaikan,ditambah lagi peranan pemerintah dalam mengawasi perilaku pelaku usaha yang lemah semakin membuat konsumen tidak berdaya atas hak-haknya dalammengkonsumsi barang dan/atau jasa. Padahal konsumen memiliki hak dasar dalam Guidelenes For Consumer Protection Of 1985 yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyatakan: Konsumen dimanapun mereka berada memiliki hak-hak dasar sosialnya. Yang dimaksudhak dasar tersebut adalah Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar dan jujur, Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan, Hak untukmemilih, Hak untuk didengar, Hak untuk mendapatkan ganti rugi dan Hak untuk mendapatkankebutuhan hidup manusia. 3 Salah satu hak dari pelaku usaha adalah menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. Salah satu kewajiban pelaku usaha yaitu memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan, sedangkan salah satu hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, selain itu kewajiban halaman 7. 3 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen; suatu pengantar, Jakarta, CV. Tiagra Utama, 2002,
konsumen adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan. Tanggung jawab pelaku usaha adalah memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibatmengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Pertanggungjawaban hukum merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kerugian yang telah diderita oleh para pihak sebagai akibat (dalam huhungan konsumen dan pelaku usaha) dari penggunaan, pemanfaatan serta pemakaian oleh konsumen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Perbuatan yang merugikan tersebut dapat lahir karena tidak ditepatinya perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat (dikenal dengan istilah wanprestasi) atau semata-mata lahir karena suatu perbuatan (dikenal dengan istilah perbuatan melawan hukum). Tindakan yang merugikan ini memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk meminta pembatalan atas perjanjian yang telah dibuat, beserta kompensasi atau segala biaya, bunga, dan kerugian yang dialaminya. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang menerbitkan kerugian kepada konsumen merupakan pelanggaran atas prestasi pelaku usaha yang diperjanjikan sebelumnya kepada konsumen, dalam hal ini konsumen berhak menuntut pembatalan perjanjian, meminta penggantian atas segala biaya, dan kerugian aktual yang diderita konsumen, dalam hal demikian, konsumen berkewajiban untuk secara langsung menyampaikan kerugian yang dideritanya kepada pelaku usaha.
Tanggung jawab pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada hakekatnya meliputi : 1. Tanggung jawab ganti rugi atas kerusakan 2. Tanggung jawab ganti rugi atas pencemaran 3. Tanggung jawab ganti rugi atas kerugian konsumen Berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha atas keamanan dan keselamatan tamu hotel maka penulis melakukan survey pada salah satu hotel di Tasikmalaya yaitu Hotel Santosa yang beralamat di jalan Gunung Sabeulah Tasikmalaya : Dalam Penelitian Pendahuluan / survey tersebut diperoleh tentang peristiwa ada seseorang yang bermaksud menginap di hotel santosa, sebelum masuk hotel santosa ia menyimpan mobilnya dan mengunci pintu mobilnya di tempat parkir hotel santosa. Ia pun bergegas daftar untuk memesan kamar dan masuk kamar untuk beristirahat. Keesokan hari ketika ia membuka kunci pintu mobilnya, ternyata radio tape beserta audio speaker yang terpasang di mobilnya hilang, langsung ia mengadu ke pihak hotel, tetapi penanganan keamanan dan ganti rugi dari pihak hotel kurang baik. Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Perhotelan Terhadap Kerugian Yang Diderita Konsumen Atas Hilangnya Perlengkapan Mobil Yang DiParkir Di
Lingkungan Hotel Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Hotel Santosa Tasikmalaya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan seperti di bawah ini : Bagaimanakah Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Perhotelan Terhadap Kerugian Yang Diderita Konsumen Atas Hilangnya Perlengkapan Mobil Yang DiParkir Di Lingkungan Hotel Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Hotel Santosa Tasikmalaya? C. Tujuan Peneitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Perhotelan Terhadap Kerugian Yang Diderita Konsumen Atas Hilangnya Perlengkapan Mobil Yang Di Parkir Di Lingkungan Hotel Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Hotel Santosa Tasikmalaya.
D. Kegunaan Peneitian 1. Kegunaan teoritis adalah bahwa dari hasil penelitian diharapkan memberikan informasi dan masukan bagi perkembangan ilmu Hukum dibidang Hukum Perlindungan Konsumen pada khususnya dan Hukum Perdata pada umumnya. 2. Kegunaan praktis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran untuk konsumen jasa perhotelan di Indonesia terkait dengan tanggung jawab Hotel Santosa sebagai pelaku usaha jasa terhadap konsumen.
BAB II Tinjauan Pustaka A. Pelaku Usaha 1. Pengertian Pelaku Usaha Pengertian pelaku usaha tercantum dalam Pasal 1 Nomor 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa : Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang diberikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara RI, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Dalam penjelasan UUPK yang termasuk pelaku usaha yaitu perusahaan, korporasi, BUMN, koprasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.jadi pengertian pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut luas sekali, karena pengertiannya tidak dibatasi hanya pabrikan saja, melainkan juga para distributor (dan jaringannya), serta termasuk para importir.hubungan antara pelaku usaha dan orang yang menginap di dalam KUH Perdata termasuk jenis perjanjian sewa, dimana para pemakai sewa tanah disebut penyewa.dalam kontek Hukum Perlindungan konsumen. Hal ini berarti tidak hanya para produsen pabrikan yang menghasilkan barang dan/ atau jasa yang tunduk pada undang-undang ini, melainkan juga para rekanan, termasuk para agen, distributor, serta jaringan-jaringan yang melaksanakan fungsi pendistribusian dan pemasaran barang dan/ atau jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai dan/ atau pengguna barang dan/ atau jasa. 4 Pelaku usaha yang dimaksud dalam UUPK sama dengan cakupan 4Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op Cit, hal.5
produsen yang dikenal di Belanda, karena produsen dapat berupa perorangan atau badan hukum. Dalam pengertian pelaku usaha tersebut, tidaklah mencakup ekspotir atau pelaku usaha di luar negeri, karena UUPK membatasi orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia. 5 Pelaku usaha berdasar Pasal 1 ayat 3 UUPK terdiri dari: 1) Pelaku usaha sebagai pencipta atau pembuat barang yang menjadi sumber terwujudnya barang yang aman dan tidak merugikan konsumen. 2) Pedagang sebagai pihak yang menyampaikan barang kepada konsumen. 3) Pengusaha jasa. Pada Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga memberikan pengertian pelaku usaha, yaitu Pengusaha adalah: a) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan yang bukan miliknya; c) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (2) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 2. Hubungan Hukum Antara Pelaku Usaha Dengan Konsumen Berhubungan dengan masalah yang diteliti, hubungan hukum yang terjadi antara pengusaha hotel dengan pihak tamu hotel yang pada dasarnya disebut konsumen adalah hubungan hukum penitipan barang. Ada pendapat yang menjelaskan tentang pengertian penitipan murni dan sekestrasi. 5 Abdul Hakim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, Kajian Teoritisdan Perkembangan Pemikiran,Bandung, Nusa media, 2008, halaman 35
menyatakan tentang penitipan murni dan sekestrasi. Penitipan murni dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Tujuan dari penitipan murni adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. barang yang dimaksud dari pernyataan diatas adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat berharga dan barang lain yang berharga. Sekestrasi Adalah penitipan barang tentang mana ada perselisihan, ditangannya seorang pihak ketiga yang mengikatkan diri untuk setelah perselisihan ini diputus, mengembalikan barang itu kepada siapa akan dinyatakan berhak, beserta hasil-hasilnya. Penitipan ini ada terjadi dengan perjanjian dan ada pula yang dilakukan atas perintah hakim. Sekestrasi terjadi dengan perjanjian, apabila barang yang menjadi sengketa diserahkan kepada seorang pihak ketiga oleh satu orang atau lebih secara sukarela. 6 dirumuskan. Berbicara mengenai penitipan barang dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata Pasal 1694 KUHPERDATA menyatakan: 6 Penitipan barang, Wordpress, http://.wordpress.com,.www.google.com
Menurut Muhammad Syafi'I Antonio dalam buku Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik Penitipan adalah terjadi, apabila seseorang menerima sesuatu barang dari seorang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya. Macam-macam penitipan barang menurut KUHPERDATA dirumuskan: Pasal 1695 KUHPERDATA menyatakan: Ada dua jenis penitipan barang yaitu; penitipan murni (sejati) dan Sekestrasi (penitipan dalam perselisihan). Pasal 1696 KUHPERDATA menyatakan: Penitipan murni dianggap dilakukan dengan cuma-cuma bila tidak diperjanjikan sebaliknya. Penitipan demikian hanya mengenai barang-barang bergerak. Pasal 1701 KUHPERDATA menyatakan: Penitipan barang dengan sukarela hanya dapat dilakukan antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perjanjian. Akan tetapi jika orang yang cakap untuk mengadakan perjanjian menerima titipan barang dan seseorang yang ti dak cakap untuk itu, maka ia harus memenuhi semua kewajiban seorang penerima titip murni. Pasal 1730 KUHPERDATA menyatakan: Sekestrasi ialah penitipan barang yang berada dalam persengketaan kepada orang lain yang mengikatkan diri untuk mengembalikan barang itu dengan semua hasilnya kepada yang berhak atasnya setelah perselisihan diputus oleh Pengadilan. Penitipan demikian terjadi karena perjanjian atau karena perintah
Hakim. 3. Para pihak dalam penitipan barang Para pihak dalam penitipan barang menurut Pasal 1699 KUHPERDATA adalah pemberi titipan dan penerima titipan.penitipan demikian hanya mengenai barang-barang bergerak.mobil merupakan barang bergerak. 4. Hak dan kewajiban para pihak Hak dan kewajiban yang satu dengan yang lain tidak boleh saling merugikan. Hak dan kewajiban terjelma dalam tindakan perorangan atau kelompok.salah satu tindakan tersebut adalah tindakan antara pelaku usaha dengan konsumen dalam melakukan hubungan hukum.demi kelancaran hubungan hukum tersebut perlu diterapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku agar hukum tersebut dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan teratur serta mempunyai kepastian hukum. Untuk menciptakan kenyamanan b erusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada pelaku usaha diberikan hak sebagaimana diatur pada Pasal 6 UUPK. Hak Pelaku Usaha adalah : 1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 2. ak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad H tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. 4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/jasa yang diperdagangkan. 5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan pada uraian terdahulu, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UUPK. Kewajiban pelaku usaha adalah : 1. Beritikad baik dalam melakukan usahanya. 2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan. 3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur, serta tidak diskriminatif. 4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standard mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. 5. emberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau M
mencoba barang dan/jasa jasa tertentu, serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/diperdagangkan. 6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/jasa penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Berbicara mengenai Hak dan Kewajiban para pihak dalam penitipan barang menurut Kitab Undang- undang Hukum Perdata antara lain. Pasal 1706 KUHPERDATA menyatakan: Penerima titipan wajib memelihara barang titipan itu dengan sebaik-baiknya seperti memelihara barang-barang kepunyaan sendiri. Pasal 1707 KUHPERDATA menyatakan: Ketentuan dalam pasal diatas ini wajib diterapkan secara lebih teliti: 1. jika penerima titipan itu yang mula-mula menawarkan diri untuk menyimpan barang itu. 2. jika ia meminta dijanjikan suatu upah untuk penitipan itu. 3. jika penitipan itu terjadi terutama untuk kepentingan penerima titipan. 4. jika diperjanjikan dengan tegas, bahwa penerima titipan bertanggungjawab atau semua kelalaian dalam menyimpan barang titipan itu. Pasal 1715 KUHPERDATA menyatakan: Penerima titipan hanya wajib mengembalikan barangtitipan itu dalam keadaan