ASPEK KEMATANGAN BERFIKIR (INTELEKTUAL) ANAK SD DI WILAYAH KEBUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

PROFIL PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DI SMP NEGERI 8 TELUK KUANTAN

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI TOILET TRAINING DI PAUD AL-AMIN BIMASDA KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SMK Insan Global Jakarta

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada

PROFIL TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemandirian Rencana Studi Lanjut Menggunakan

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi hasil penelitian meliputi gambaran umum/ profil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACHIEVEMENT OF THE TASK OF EARLY ADOLESCENCE DEVELOPMENT

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

I. TINJAUAN PUSTAKA. variabel yang akan diteliti. Penelitian ini memerlukan teori-teori yang dapat mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB II LANDASAN TEORI. yang diperoleh melalui proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

PENGEMBANGAN MANAJEMEN JEJARING BIMBINGAN DAN KONSELING (MJBK) BERBASIS ANALISIS KEBUTUHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

PERKEMBANGAN REMAJA DAN PERMASALAHANNYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum Lanjut Usia dan Permasalahannya. Menurut Undang-undang RI No.3 tahun 1986 tentang

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

Sigit Sanyata

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

Program bimbingan dan konseling Berdasarkan kebutuhan siswa kelas VII Di SMP E-Life Indonesia A. Latar belakang Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA REMEDIAL KELAS IX SMP N 1 SIAK HULU

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

Pemetaan Materi Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

PSIKOLOGI REMAJA. Sumber buku : Psikologi Remaja karangan Prof. Dr. Sarlito WS. Oleh : Saktiyono B. Purwoko, S.Psi

MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU. Nenden Ineu H.

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Transkripsi:

ASPEK KEMATANGAN BERFIKIR (INTELEKTUAL) ANAK SD DI WILAYAH KEBUMEN Maulida Ajeng Priyatnomo, Nurhasanah, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret e-mail:maulidaajeng1@gmail.com Abstrak Aspek kemampuan intelektual (kecerdasan) anak Sekolah Dasar menggunakan metode analisis tugas perkembangan merupakan suatu program komputer khusus untuk melaksanakan penyusunan Inventori Tugas Perkembangan (ITP). bertujuan agar mengetahui tingkat perkembangan dalam aspek-aspek yang ada untuk anak sekolah dasar lebih khusus membahas salah satu aspeknya yaitu aspek kemampuan intelektual (kecerdasan). Berdasarkan pengamatan awal ditemukan banyak guru yang belum memahami pentingnya perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kematangan berfikir intelektual. Tulisan ini membantu guru untuk merancang dan menemukan sebuah ide agar pembelajaran dalam peningkatan kemampuan intelektual anak. Berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan sekolah dasar didapatkan bahwa: 1. Guru dengan mudah memahami adanya tingkat perkembangan bagi siswa dalam aspek kematangan berfikir intelektual 2. Guru dapat merancang atau menemukan sebuah ide agar pembelajaran dalam peningkatan kemampuan intelektual anak lebih baik. Kata Kunci: kematangan berfikir, anak SD, Kebumen PENDAHULUAN Di dalam dunia pendidikan keberhasilan nyata adalah adanya perkembangan pada peserta didiknya. Perkembangan yang dimaksud adalah adanya perkembangan yang diharapkan oleh bangsa dan negara. Salah satu adalah adanya perkembangan kematangan berfikir setiap peserta didik. Kematangan berfikir intelektual (kecerdasan) setiap peserta didik sangat diperlukan untuk mengetahui atas perkembangan setiap peserta didik, setiap sekolah ataupun setiap wilayah apakah semakin meningkat atau semakin menurun. Dalam hal ini pula dibutuhkan adanya suatu tindakan atau instrument agar mengetahui perkembangan kematangan berfikir intelektual lebih efisien dan mudah. Salah satunya adalah dengan menggunakan Inventori Tingkat Perkembangan (ITP). 538

Instrument Tingkat Perkembangan adalah suatu instrument agar mengetahui tingkat perkembangan masing-masing individu. Tidak hanya individu, setiap sekolah juga mampu diketahui dengan ITP tersebut. Seiring berjalannya ITP juga terdapat adanya program komputer yakni Analisis Tingkat Perkembangan yang akan dibahas lebih dalam bab selanjutnya. Dalam penulisan ini telah didapatkan data dari hasil ATP di Sekolah Dasar wilayah Kebumen yang mengacu pada aspek-aspek salah satunya adalah kematangan berfikir intelektual (kecerdasan) masih di bawah Tingkat Perkembangan rata-rata Sekolah yang di observasi. Oleh sebab itu dalam tulisan ini didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan Kematangan berfikir intelektual (kecerdasan), ITP, dan ATP? 2. Bagaimana cara mengetahui aspek Kematangan Berfikir intelektual (kecerdasan) peserta didik Sekolah Dasar di Wilayah Kebumen melalui hasil ATP? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Para pembaca mampu mengerti apa yang dimaksud dengan kematang berfikir intelektual (kecerdasan) dan mengerti apa yang dimaksud dengan ITP dan ATP. 2. Para pembaca mampu memahami cara mengetahui secara umum aspek kematangan berfikir intelektual (kecerdasan) peserta didik Sekolah Dasar di Wilayah Kebumen. Jenis penelitian ini adalah dengan mengedepankan kualitatif pada aspek kematangan berfikir (intelektual) yang diawali dengan pengisian angket/quosioner di setiap Sekolah Dasar yang diteliti dan memasukkan hasil angket ke dalam ATP dan dihasilkan sebuah data berupa angka dan dideskripsikan hasil akhir tersebut. KAJIAN TEORI Pengertian Kematangan Berfikir Intelektual (Kecerdasan) Menurut Gulinda (2012) Kematangan adalah Tiap organ di dalam tubuh manusia mengalami adanya pertumbuhan dan perkembangan. Organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila dapat menjalankan fungsinya dengan tepat dan sesuai. Dapat disimpulkan menurut penulis bahwa kematangan adalah perubahan yang relative tetap terjadi pada setiap manusia karena hasil proses biologis, lingkungan yang mempengaruhi. Pengertian Intelektual (Kecerdasan) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dalam Nyoman, 2015), mengartikan kecerdasan sebagai perihalcerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman fikiran). Para ahli psikologismengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan mempraktekkannya dalam pemecahansuatu masalah (Yani dalam Nyoman, 2011: 53) 539

Jadi dapat disimpulkan menurut penulis bahwa kecerdasan adalah kemampuan setiap individu yang mampu mengembangkan keseluruhan kemampuannya untuk memperoleh sesuatu hal yang baru terkait dengan pengetahuan dan mampu mempraktekkannya untuk memecahkan suatu masalah. Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan menurut penulis bahwa kematangan berfikir intelektual (kecerdasan) kemampuan setiap individu yang mampu mengembangkan keseluruhan kemampuannya untuk memperoleh sesuatu hal yang baru terkait dengan pengetahuan dan mampu mempraktekkannya untuk memecahkan suatu masalah dimana di dalam individu mampu menjalani fungisnya secara tepat dan benar. Pengertian ITP Dan ATP Inventori Tugas Perkembangan (ITP) dalah instrument yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. Penyusunan ITP terutama dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, namun dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan anak-anak dan pemuda pada umumnya. ITP disusun dalam bentuk empat buku angket (buku inventori), masing-masing untuk memahami perkembangan siswa SD, SLTP, SLTA, dan mahasiswa di perguruan tinggi. (Ana Dkk, 2016) Bersamaan dengan penyusunan ITP telah dikembangkan pula program computer khusus yang diberi nama ATP (Analisis Tugas Perkembangan). Program ini digunakan untuk menyekor, mengolah, mencetak hasil analisis ITP, baik dalam bentuk angka, grafik, maupun daftar. Dengan demikian telah tersedia ITP yang berwujud inventori dan ATP yang berwujud CD berisi program aplikasi computer (soft-ware). (Ana Dkk 2016) Program kegiatan, Jenis layanan, dan isi bimbingan dan konseling dirumuskan atas dasar kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan siswa. Kondisi objektif perkembangan siswa yang dipahami melalui analisis tugas-tugas perkembangan dapat menghasilkan profil perkembangan siswa yang menjadi dasar bagi perkembangan program bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan yang didasarkan atas dan berorientasi kepada tercapainya tugas-tugas perkembangan siswa dapat menumbuhkan kesadaran guru pembimbing bahwa program dan layanan bimbingan dan konseling di sekolah mutlak harus berdasarkan kepada kebutuhan dan perkembangan siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan siswa atau pencapaian tugas-tugas perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori perkembangan diri dari Loevinger (Lee Knefelkamp et. al. 1978, dan Blocher, 1987) dipilih sebagai kerangka kerja teoretik dalam mengembangkan inventori tugas-tugas perkembangan ini. Penggunaan model Loevinger yang holistik, cocok untuk mengukur perkembangan dalam budaya pluralistik, sebab menekankan keterkaitan berbagai fase kehidupan manusia. Model ini berkorelasi tinggi dengan model lain, seperti model Erickson, Kohlberg, dan Perry (Lee Knefelkanp et. al. 1978). Loevinger merumuskan bangun perkembangan diri ke dalam Sembilan tingkat. Tingkat pertama yaitu pra-sosial merupakan tingkatan dimana individu 540

belum mampu membedakan diri dengan lingkungan. Tingkatan terakhir, yaitu tingkat integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu bangun tingkatan perkembangan dalam ITP ini terdiri tujuh tingkatan dengan karakteristik sebagai berikut: Tingkat Impulsif (Imp), dengan ciri-ciri: menempatkan identitas diri sebagai bagian yang terpisahkan dari orang lain. Pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungan sebagai sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak berorientasi masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku. Tingkat Perlindungan Diri (Pld), dengan ciri-ciri: peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistic (prinsip menyenangkan diri). Berpikir tidak logis dan stereotip. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dan lingkungan. Tingkat Konformistik (Kof), dengan ciri-ciri: (1) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise, (3) peduli akan terhadap aturan eksternal, (4) bertindak dengan mitif dangkal (untuk memperoleh pujian), (5) menyamakan diri dalam ekspresi emosi, (6) kurang introspeksi, (7) perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal, (8) takut tidak diterima kelompok, (9) tidak sensitif terhadap ke-individualan, dan (10) merasa berdosa jika melanggar aturan. Tingkat Sadar Diri (Sdi), dengan ciri-ciri: (1) mampu berpikir alternative, (2) melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, (3) peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, (4) berorientasi pemecahan masalah, (5) memikirkan cara hidup, serta (6) penyesuaianan terhadap situasi dan peranan. Tahap Seksama (Ska),dengan ciri-ciri: (1) bertindak atas dasar nilai internal (2) mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan perilaku tindakan, (3) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan persfektif diri, (4) peduli akan hubungan mutualistik, (5) memiliki tujuan jangka panjang, (6) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial, (7) berpikir lebih kompleks dan atas dasar analisis. Tingkat Individualistik (Ind),dengan ciri-ciri: (1) peningkatan kesadaran individualitas, (2)kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan, (3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (5) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan, (6) membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya, (7) mengenal kompleksitas diri, dan (8) peduli akan perkembangan dan masalahmasalah sosial. Tahap Otonomi (Oto),dengan ciri-ciri kemandirian: (1) memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan, (2) cenderung bersikap realistic dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain, (3) peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial, (4) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan, (5) peduli akan self-fulfillment (pemuasan 541

kebutuhan diri), (6) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal, (7) respek terhadap kemandirian orang lain, (8) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, dan (9) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan. Tingkatan perkembangan itu merupakan struktur kontinum perkembangan diri dari yang sederhana sampai dengan kompleks. Tingkatan dapat digunakan untuk mengekspresikan keberadaan individu dalam kontinum perkembangan. Setiap tingkatan dibangun atas dasar tingkatan sbelumnya dan menjadi dasar bagi tingkatan berikutnya. Peningkatan perkembangan sepanjang kontinum perkembangan menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara-cara individu berinteraksi dengan lingkungan. Model ini dapat digunakan bagi seluruh usia, karena usia dan tingkat perkembangan tidak berkorelasi sempurna. Karakteristik di atas menunjukkan relevansi tinggi dengan konsep bimbingan perkembangan yang menekankan interaksi individu dengan lingkungan, data target populasi layanan bimbingan yang terentang dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Ada sepuluh aspek perkembangan pada siswa SD dan SLTP. Aspek-aspek yang diungkap berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan siswa yang dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah. Walaupun aspek-aspek itu bersinggungan dengan teori Havighurst, temuan ini sudah lebih banyak muatan empiric sesuai dengan kondisi Indonesia. Sepuluh aspek perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau wanita, penerimaan diri dan pengembangannya, kemandirian perilaku ekonomis, wawasan persiapan karir, kematangan hubungan dengan teman sebaya. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Survei adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan opini, pendapat ataupun pandangan dari masyarakat terhadap kasus yang khusus (Sanjaya, 2013:38). Beberapa kelompok mahasiswa dilakukan secara serempak menuju ke sasaran tempat sampel yaitu sekolah dasar. Setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk memilih sekolah dasar. Setiap kelompok hasil dari penelitian ini mengambil 6 penelitian yang dilakukan yaitu SD Negeri 7 Kebumen, SD Negeri 5 Panjer, SD Negeri 2 Tamanwinangun, SD Negeri 1 Kebumen, SD Negeri 1 Mangli, SD Negeri Alam Lukulo. Tahap pertama setiap kelompok menentukan dimana dia akan mensurvei sekolah dasar yang mereka diskusikan. Selanjutnya setiap kelompok membuat surat ijin dari tata usaha kampus yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang. Selanjutnya, surat diantar ke sekolah masing-masing dan menunggu persetujuan setiap masing-masing sekolah. Tahap selanjutnya setelah sekolah menyetujui adanya survei, maka para kelompok menentukan kapan akan dilakukan survei. Apabila setiap kelompok sudah menentukan waktu dan disetujui 542

oleh pihak sekolah. Dan setiap kelompok juga menentukan kelas apa yang akan dilakukan penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah pengisian angket pada setiap siswa. Setiap siswa (yang dijadikan sampel) mendapatkan satu buah lembar tentang pertanyaan yang ada sangkut pautnya dengan tingkat perkembangan. Jawaban berupa pilihan ganda yang penilaiannya tidak ada salah dan benar. Namun, sesuai dengan tingkat perkembangan yang ditujukan. Setelah selesai angket dikumpulkan, setiap kelompok memasukkan ke dalam aplikasi program komputer yang bernama ATP (Analisis Tingkat Perkembangan). Pada program ini angket akan dianalisis sesuai dengan tingkat perkembangan yang tertera. Setelah selesai maka akan muncul grafik dan angka yang menunjukkan tingkat perkembangan di sekolah dasar tersebut apakah sudah baik, cukup baik, atau sangat baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil observasi yang dilakukan pada setiap Sekolah Dasar di Kebumen, penulis lebih mengkhususkan ke dalam aspek kematangan berfikir sebagai tabel berikut: No Nama SD Hasil Kelompok TP Kelompok 1 SD N 7 Kebumen 2, 786 2, 91 2 SD N 5 Panjer 2, 875 2, 98 3 SD N 2 TamanWinangun 2, 784 2, 996 4 SD N 1 Kebumen 2,7 2, 8 5 SD N 1 Mangli 3, 06 3, 209 6 SD N Alam Lukulo 2, 721 2, 84 Rata-rata 2,821 2,955 Dalam aspek kematangan berfikir intelektual (kecerdasan) di Wilayah Kebumen ini ratarata sebagian sekolah dasar mendapat nilai 2, 821. Hal ini belum mencapai TP kelompok ratarata dari sekolah dasar sebagian di Kebumen tersebut, yaitu 2, 955. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kematangan berfikir (intelektual) di sebagian dasar sekolah dasar di Kebumen kurang. Di dalam penelitian ini pada tingkatan perkembangan hanya terbatas sampai Sadar Diri, karena sampel yang dituju adalah masih anak sekolah Dasar. Apabila guru memiliki metode-metode tertentu dalam pengajaran maka siswa jauh lebih baik dalam hasil tersebut. Bisa mencari suatu ide atau kreasi tersendiri dalam mengajar,melakukan pengakajian lebih dalam tentang aspek kematangan berfikir, dan mampu lagi belajar kepada yang lebih berpengalaman soal mengembangkan aspek tersebut. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa dalam analisis yang telah dilakukan: 543

Dalam kematangan berfikir siswa di wilayah Kebumen masih di bawah batas rata-rata TP yang sudah dijumlahkan pada sekolah yang bersangkutan yaitu 2, 955 dan hasil dari aspek kematangan berfikir anak sekolah dasar yang sudah dijumlahkan dan direratakan yaitu 2, 821. Dalam hal ini penulis memberikan alternatif bahwa melakukan hasil ATP memang cukup mudah untuk dilakukan apalagi dalam hal menganalisis tentang tingkat perkembangan anak. Alangkah baiknya lebih dilakukan secara berulang dan periodic agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ajeng, dkk. (2016). Laporan Analisis Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Sd Negeri 1 Mangli. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan. Ana, dkk,. (2016). Laporan Hasil Observasi Analisis Tugas Perkembangan (Atp) Peserta Didik Kelas 3 Sd Alam Lukulo. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan Anjani, dkk. (2016). Laporan Analisis Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Kelas 3 SD Negeri 5 Panjer. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan. Aslihatul, dkk. (2016). Hasil Analisis Tingkat Perkembangan (Atp) Siswa Kelas V Di Sd N 7 Kebumen. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan. Gulinda. (2012). Bab 202. Diakses 18 Juni 2016 pukul 09. 12, dari eprints. uny. ac. id/9683/3/bab%202. pdf Hani Dkk. (2016). Laporan Pelatihan Analisis Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Di Upi. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan. Nur. (2003). Psikologi Perkembangan Manusia. Diakses 18 Juni 2016 pukul 09. 18, dari http://file.upi.edu/direktori/fip/jur.pgtk/197011292003122nurfaizah_roma DONA/PSIKOL_PERKEMBANGAN/Perkembangan_manusia.pdf. Nyoman. (2015). Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pada Pemahaman Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Pemoderasi. Diakses 18 Juni 2016 pukul 09.21, dari http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud- 1426-918933409-tesis. pdf. Risma Dkk. (2016). Laporan Analisis Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Sd Negeri 1 Kebumen. Laporan Penelitian FKIP PGSD Kebumen. Tidak diterbitkan. Sanjaya,W. (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. 544