BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Mengenai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV BMT SEPAKAT DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT. A. Fungsi BMT Sepakat Kasui dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. untuk investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pimpinan puncak suatu organisasi. Masing masing sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil. Pertumbuhan BMT di tanah air ini terus melesat, lembaga yang mempunyai pendanaan secara konseptual mempunyai dua fungsi sekaligus yang pertama pengembangan harta (baitul tamwil) dan fungsi kedua yaitu menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah (baitul maal) serta mengoptimalkan distribusinya sesuai peraturan amanahnya. Produk-produk BMT yang bermacam-macam disediakan untuk masyarakat, salah satu dari produk BMT adalah mendistribusikan pembiayaan. Produk-produk berbasis syari ah memiliki kelebihan karakteristik dari bank konvensional terkait dengan fleksibilitas dalam memberikan pembiayaan. Pembiayaan dipahami sebagai pendanaan yang dilakukan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. 1 Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh sebab itu, kualitas harus dijaga, agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya bukan saja menyebabkan tidak efektivitasnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan menyebabkan kerugian BMT karena tidak terbayarnya kembali dana BMT yang ditanam dalam pembiayaan itu. Dalam rangka 1 Muhammad, Manajemen Bank Syari ah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2000, Cet. Ke-1, hlm. 304 1

meningkatkan efektivitas bisnisnya, lembaga keungan syari ah biasanya memiliki beragam jenis pembiayaan yang salah satunya adalah pembiayaan murabahah. Murabahah adalah akad jual beli atas barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan keuntungan yang disepakati antar pihak BMT dan nasabah. Berdasarkan akad jual beli tersebut BMT membeli barang dari pemasok yang dipesan oleh nasabahnya. Harga jual BMT adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati. BMT harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 2 Menurut Zainuddin Ali, murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dan tidak terlalu memberatkan calon pembeli. 3 Dengan demikian pembiayaan murabahah merupakan suatu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan dengan perjanjian bahwa nasabah akan memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan. Dalam hal ini, pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan seperi bank-bank syari ah atau lembaga-lembaga keuangan mikro syari ah lainnya seperti BMT. Sebagai lembaga keuangan yang kinerjanya berbasis sistem syari ah mencoba untuk menjalankan segala sesuatunya dengan aturan-aturan bermuamalah yang benar seperti sistem yang diterapkan pada bank-bank umum syari ah lainnya, sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat. Sebagai lembaga keuangan mikro mempunyai peran yang cukup penting bagi perkembangan usaha menengah ke bawah di wilayah perkampungan. 4 Fakta BMT yang paling menonjol adalah keberhasilannya dalam penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan 2 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari ah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syari ah), Yogyakarta: UII Press, 2009, hlm.57 3 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syari ah, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, cet. 1, hlm. 26 4 Muhammad Ridwan, Manajeman Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press. Cet.ke-1, 2004, hlm. 51 2

kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini tidak memiliki akses permodalan oleh perbankan. Sebagai contoh, pembiayaan yang hanya bernilai ratusan ribu rupiah, dapat dilayani secara profesional oleh BMT. 5 Sekalipun nominalnya kecil, pembiayaan tersebut terbukti sangat membantu para anggota atau nasabah untuk mengembangkan usahanya. Setidaknya BMT membantu mereka untuk dapat mempertahankan penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang diberikan dalam konteks kebutuhan konsumsi pun terbukti mampu melindungi para anggota BMT dari jeratan renternir. Melalui mekanisme dan prosedur pelaksanaan yang relatif sederhana, memudahkan bagi para pengelola BMT untuk mengumpulkan serta menyalurkan dana yang mereka miliki kepada para anggota, karena kesadaran sebagian masyarakat terhadap sistem bermuamalah yang sesuai dengan syari at Islam. Salah satu yang menjadi alasan mengapa semakin banyak masyarakat yang memakai produk BMT adalah menghindari sistem bunga yang diharamkan karena mengandung unsur riba. Meskipun dari kalangan ulama berbeda pendapat mengenai status bunga bank itu sendiri, maka masyarakat disarankan untuk lebih berhati-hati dalam menanggapi sesuatu yang masih bersifat tidak jelas hukumnya. Sistem yang diterapkan oleh BMT untuk menghindari sistem bunga adalah dengan cara menerapkan sistem profit margin untuk jual beli. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT kepada pengelola banyak didominasi oleh pembiayaan dengan sistem jual beli. Seperti halnya BMT-BMT lain, BMT Makmur Mandiri yang awal mulanya didirikan oleh 21 orang terdiri dari petani, buruh, karyawan dan pengusaha di Kudus, mempunyai pemikiran sepaham dan kepedulian untuk ikut serta membangun kesejahteraan anggota dan masyarakat dilingkungan sekitarnya, juga memiliki beragam 5 M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam: Geliat Perbankan Syari ah di Indonesia, Malang: UIN Malang Press, 2009, hlm. 107 3

jenis pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang disalurkan pihak BMT Makmur Mandiri dalam upaya meningkatkan laba adalah jenis pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah pada BMT Makmur Mandiri diberikan secara langsung kepada nasabah dengan persyaratan yang cukup ringan. Dilihat dari data laporan keuangan BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus periode tahun 2011-2013 menggambarkan bahwa jumlah pembiayaan murabahah dan laba BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus pada tahun 2011-2013 terus bertambah dan telah berhasil meningkatkan laba sehingga berdampak pada perkembangan BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus. Agar lebih jelas dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah dan Laba BMT Periode Tahun 2011-2013 Tahun Pembiayaan Murabahah Laba BMT 2011 170.000.000,00 39.152.150,00 2012 231.700.000,00 40.078.250,00 2013 251.000.000,00 87.041.587,50 Sumber: Data Laporan Keuangan BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pertumbuhan laba BMT dari Rp 39.152.150,00 pada tahun 2011 menjadi Rp 87.041.587,50 pada tahun 2013. Sedangkan pembiayaan murabahah juga terus meningkat setiap tahunnya dari Rp 170.000.000,00 tahun 2011 menjadi Rp 251.000.000,00 pada tahun 2013. Pembiayaan murabahah di dalam BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi. Hal ini disebabkan tidak adanya resiko kerugian didalam pembiayaan tersebut. Jadi dapat diketahui jika semakin tinggi tingkat pembiayaan murabahah maka semakin besar pula laba BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus. 4

Produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing di era pasar yang akan datang. Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang masih sangat besar. Namun masih banyak juga kendala dan tantangan dalam operasional BMT-BMT. Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas laba yang diharapkan. Oleh karena itu kualitas ini harus dijaga, agar jangan sampai menjadi pembiayaan bemasalah, yang akibatnya bukan saja menyebabkan kerugian karena tidak terbayarnya kembali dana yang ditanam dalam pembiayaan tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP LABA BMT MAKMUR MANDIRI NGEMPLAK UNDAAN KUDUS. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan untuk memperjelas arah penelitian, maka perumusan masalah yang muncul adalah apakah pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap laba BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba BMT Makmur Mandiri Ngemplak Undaan Kudus. 5

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Diharapkan dapat mnambah wawasan pengetahuan penulis mengenai lembaga keuangan syari ah khususnya mengenai pembiayaan murabahah dan laba serta dapat mengaplikasi ilmu yang di peroleh dari akademik. b. Bagi Pihak Lembaga (BMT) Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada lembaga keuangan syari ah dalam usahanya meningkatkan kualitas kerjanya dalam usaha mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. c. Bagi Pihak Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis mikro ekonomi syari ah dan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga keungan yang bisa melayani masyarakat dengan sistem syari ah Islam. Serta pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi dan sebagai refrensi pada penelitian yang sejenis pada waktu dan tempat yang berbeda. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam pembahasan penelitian ini, adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan. 6

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentag Pembiayaan Murabahah, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Pengertian Laba, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Teoritis serta Hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini metode penelitian yang digunakan meliputi: Jenis Penelitian, sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Definisi Operasional Variabel, Teknik Analisis Data. BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Dalam bab ini isinya meliputi: Profil Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Analisis Deskriptif Data dan Pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup. 7