BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gigih Juangdita

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN Dengan Penekanan Desain Sustainable Settlement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

KANTOR DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan transportasi meningkat dengan pesat sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kawasan Wisata Rowo Jombor, Klaten

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

2. TUJUAN DAN SASARAN

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

TUGAS AKHIR KAMPUNG WISATA KULINER TAMBAK LOROK SEMARANG BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Redesain Kantor Bupati Kabupaten Sukoharjo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG

PEKALONGAN BATIK CENTER

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMARANG BOOK HOUSE

BAB I PENDAHULUAN LP3A TUGAS AKHIR 135 MONALISA SAPUTRI SARANA REKREASI & EDUKASI PETERNAKAN SAPI PERAH DI DESA JETAK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PUSAT INFORMASI DAN PROMOSI HASIL KERAJINAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG

Waterpark di Kawasan Rawa Pening Kab. Semarang BAB I PENDAHULUAN

KAMPUNG NELAYAN MODERN DESA KARANGSONG BAB I PENDAHULUAN

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN Latar Belakang

Redesain Taman Budaya Raden Saleh Semarang 1

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Batang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

CITY HOTEL BINTANG EMPAT DI SEMARANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Curug Sewu Hotel and Resort Kabupaten Kendal BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Apartemen untuk Wanita di Kota Semarang I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penataan Kawasan Kampung Jenggot Pekalongan sebagai BAB I PENDAHULUAN Kota Pekalongan secara geografis memiliki posisi yang strategis. Secara geografis dan ekonomis Kota Pekalongan menjadi pusat jaringan jalan darat yang menghubungkan bagian barat dan timur Pulau Jawa (BP2MT Kota Pekalongan, diakses 18 Januari 2013). Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan kota batik, saat ini memiliki branding baru yaitu The World City Of Batik. Branding atau pencitraan kota ini menunjukkan bahwa batik merupakan produk unggulan dan kebanggan kota Pekalongan yang pada dasarnya adalah salah satu warisan budaya dunia. Menurut Surat Keputusan Walikota Pekalongan No. 530/216 Tahun 2006 tentang produk unggulan Kota Pekalongan, menetapkan bahwa produk unggulan Kota Pekalongan adalah komoditas batik, pengolahan hasil ikan, konveksi, pertenunan alat tenun bukan mesin (ATBM), kerajinan enceng gondok, serat alam dan pertenunan mesin. Kota Pekalongan terbagi menjadi empat kecamatan, yaitu kecamatan Pekalongan Barat, kecamatan Pekalongan Selatan, kecamatan Pekalongan Timur, kecamatan Pekalongan Utara. Dari keempat kecamatan tersebut potensi produksi batik dapat dikatakan merata ada di setiap kecamatan. Namun, kecamatan Pekalongan Selatan merupakan salah satu daerah yang menonjol di bidang produksi batik. Sentra produksi batik di kecamatan Pekalongan Selatan tersebut tersebar di kelurahan antara lain, kelurahan Kradenan, kelurahan Buaran, kelurahan Banyuurip Ageng, kelurahan Banyuurip Alit, dan Kelurahan Jenggot. Dari keempat wilayah tersebut menurut data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM kota Pekalongan (2012), kelurahan Jenggot memiliki nilai produksi batik yang paling tinggi. Pertumbuhan industri batik di kota Pekalongan berkembang cukup pesat. Menurut data BPS kota Pekalongan, industri kecil memiliki pertumbuhan yang signifikan dalam kurun waktu tiga tahun ini. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil yang bergerak di bidang industri aneka sejumlah 1.302 industri, sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.332 industri, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 1.342 industri kecil (BPS, 2011). Melihat pertumbuhan dan perkembangan batik yang semakin menjanjikan pemerintah Kota Pekalongan memberikan perhatian ekstra pada daerah-daerah yang berpotensi. Salah satu upaya yang dapat kita lihat secara fisik saat ini adalah dengan munculnya destinasi wisata belanja yaitu kampung batik Kauman, dan kampung batik Pesindon. Kampung batik ini dimaksudkan sebagai salah satu alternatif promosi batik dan alternatif rekreasi di kota Pekalongan. Tidak berhenti sampai di situ saja pemerintah Kota Pekalongan masih terus mengembangkan potensi wisata yang ada dengan terus mempersiapkan sejumlah destinasi wisata yang mencakup destinasi wisata budaya dan wisata alam (Suara Merdeka, 10 Januari 2013). ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 1

Pertumbuhan dan perkembangan industri batik di kota Pekalongan menjadi salah satu karakteristik Kota Pekalongan yang sangat mendukung program pengembangan wisata belanja di Kota Pekalongan. Upaya pengembangan wisata belanja ini salah satunya adalah dengan mengembangkan kawasan yang pada dasarnya merupakan sentra produksi batik di Kota Pekalongan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu kawasan yang merupakan sentra produksi batik adalah kawasan Jenggot yang ada di kecamatan Pekalongan Selatan. Kawasan Jenggot ini memiliki potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata produksi batik di kota Pekalongan karena selain memiliki potensi industri batik di wilayahnya, secara arsitektural masih terdapat beberapa rumah-rumah bergaya indische yang mampu menjadi daya tarik tersendiri sebagai kampung wisata. Kampung wisata yang saat ini tengah marak di Indonesia merupakan salah satu daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi Pariwisata. Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Adisasmita (2010) menjelaskan bahwa jenis wisata itu sendiri sangat beraneka ragam, salah satunya adalah wisata alternatif yang merupakan suatu bentuk wisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk wisata ini sengaja diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk pariwisata yang umumnya berskala besar. Dalam wisata alternatif ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari kegiatan wisata dapat langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik, penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata. Kawasan permukiman di kawasan Jenggot ini bukanlah kawasan yang didesain khusus sebagai destinasi wisata. Namun, melihat potensi di kawasan tersebut yang dapat dikembangkan menjadi salah satu alternatif wisata perlu memperhatikan keberlanjutan kawasan permukiman itu sendiri. Konsep berkelanjutan merupakan salah satu konsep yang dapat menjadi pemecahan masalah antara industri, permukiman dan lingkungan yang menjadi perpaduan permasalahan yang ada di kawasan Jenggot. Konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development itu sendiri memiliki tiga aspek utama yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan. Konsep berkelanjutan ini diharapkan dapat tetap mempertahankan eksistensi industri batik tanpa mengesampingkan kondisi lingkungan dan sosial masyarakatnya. Farr (2008) berpendapat bahwa konsep berkelanjutan memperhatikan kesempatan besar dalam redesain lingkungan terbangun dalam upaya mendukung peningkatan kualitas hidup dan mempromosikan konsep berkelanjutan itu sendiri. Menyikapi potensi dan permasalahan yang dimiliki kawasan ini, penyusun berinisiatif untuk menata kawasan Jenggot sebagai kawasan wisata produksi batik. Konsep wisata produksi ini diharapkan mampu mendorong sektor industri batik lebih maju dan semakin memperkenalkan proses ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 2

produksi batik kepada masyarakat luas. Produksi batik itu sendiri menjadi hal yang menarik untuk diangkat dalam unsur mikro penataan permukiman ini karena proses produksi batik itu sendiri jarang ditonjolkan oleh kampung-kampung batik yang ada sebelumnya. Konsep desain di dalam penataan kawasan ini mengacu pada sustainable settlement yang diharapkan mampu menciptakan sebuah kawasan permukiman industri kecil yang secara berkelanjutan dapat memberdayakan masyarakat setempat sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakatnya saat ini maupun di masa mendatang tanpa meninggalkan perhatian pada lingkungan. 1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan - Mengkaji judul Tugas Akhir yang sudah dianggap layak, dengan suatu konsep desain yang spesifik sesuai dengan originalitas/ karakter judul dan citra yang dikehendaki atas judul yang diajukan. - Membantu menginisiasi penataan kawasan Jenggot sebagai salah satu upaya pengembangan wisata Kota Pekalongan. - Menetapkan acuan-acuan desain yang diperlukan dalam menata kawasan Jenggot. - Sebagai salah satu langkah menuju penelitian yang berkelanjutan dalam tahap pasca sarjana. 1.2.2. Sasaran Terciptanya suatu desain penataan kawasan permukiman sekaligus kawasan industri dan pariwisata yang dapat menunjang keberlanjutan masyarakat dan lingkungan kawasan tersebut. 1.3 Manfaat 1.3.1. Secara Subjektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dan selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan pengembangan perencanaan dan perancangan penataan kawasan Jenggot. 1.3.2. Secara Objektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan, baik bagi mahasiswa yang menempuh Tugas Akhir maupun bagi mahasiswa arsitektur lainnya dan masyarakat umum mengenai program perencanaan dan perancangan arsitektur. 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Penataan Kawasan Kampung Jenggot, Pekalongan sebagai ini adalah penataan kawasan yang memiliki keterpaduan dalam sektor industri, sosial masyarakat, dan lingkungan sekitarnya termasuk aspek arsitekturalnya. Di dalamnya terdiri banyak unsur seperti rumah/hunian, fasilitas umum/sosial bagi pelaku industri batik, fasilitas umum/sosial bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dibedakan ruang lingkupnya dalam penekanan konsep desain. Ruang lingkup dalam penataan kawasan Jenggot ini dibedakan menjadi dua, yaitu : ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 3

1.4.1. Lingkup Makro Lingkup makro dari penataan kawasan Jenggot ini adalah koridor jalan Pelita III Kelurahan Jenggot. Penataan kawasan ini mencoba memfasilitasi seluruh kebutuhan masyarakat di kawasan Jenggot baik dan menfasilitasi kegiatan wisata produksi batik di kawasan itu nantinya. Penataan kawasan koridor jalan Pelita III ini menekankan konsep sustainable corridor. 1.4.2. Lingkup Mikro Lingkup mikro dalam penataan kawasan Jenggot ini ditekankan pada bangunan dan lingkungan industri produksi batik sesuai dengan konsep sustainable settlement itu sendiri. 1.5 Metode Penyusunan Metode penyusunan yang ditempuh dalam penulisan ini, antara lain : 1.5.1. Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan literatur sesuai teori yang sesuai dengan judul dan mempersiapkan perijinan untuk survey dan pengumpulan data. 1.5.2. Kajian Pustaka Yaitu melalui studi literatur tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan penulisan ini. Selain melalui studi literatur, juga dilakukan studi banding kawasan yang sejenis melalui survey/observasi lapangan dan disertai dengan sumber-sumber internet yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.5.3. Proses Pendataan Yaitu dengan melakukan pengumpulan data dan mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunan penulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan memperoleh gambar visual dari foto-foto yang dihasilkan. Data yang diperoleh merupakan data yang terdiri dari : Data Primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan narasumber maupun dari kegiatan observasi lapangan. Data Sekunder yang didapatkan dari hasil studi literatur, data dari instansi terkait yang berkaitan dengan lokasi yang digunakan. 1.5.4. Analisis Pembahasan Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan baik melalui statistik sederhana maupun klasifikasi data. 1.5.5. Rumusan / Landasan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Berdasarkan data - data yang sudah dianalisis, dapat dirumuskan suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Penataan Kawasan Kampung Jenggot, Pekalongan sebagai yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam tahap eksplorasi desain. ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 4

1.6 Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang perlunya penataan kawasan kampung Jenggot Pekalongan sebagai kampung wisata produksi batik di Pekalongan, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, manfaat, ruang lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir. BAB II Tinjauan Pustaka Menguraikan tinjauan pustaka untuk mengkaji teori urban design, definisi dan jenis-jenis kawasan, jalan dan koridor, teori sustainable settlement, aspek-aspek pariwisata, kampung wisata dan kegiatan produksi batik itu sendiri. Selain itu juga menguraikan tentang lokasi-lokasi pembanding sebagai referensi pandangan desain. BAB III Tinjauan Lokasi Menguraikan tentang data-data fisik dan non-fisik yang terkait dengan lokasi Tugas Akhir. BAB IV Kesimpulan, Batasan, dan Anggapan Berisi tentang kesimpulan, batasan, dan anggapan dari bab-bab sebelumnya yang selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan dan perancangan kawasan Jenggot. BAB V Aspek-Aspek Panduan Perencanaan dan Perancangan Berisi kajian terhadap aspek-aspek perencanaan yaitu analisis aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek arsitektural, aspek teknis dan aspek kinerja kawasan Jenggot khususnya bangunan industri produksi batik. BAB VI Konsep dan Program Perencanaan Dan Perancangan Berisi tentang hasil pembahasan analisis program perencanaan dan konsep perancangan kinerja kawasan Jenggot khususnya bangunan industri produksi batik yang akan digunakan sebagai acuan dalam tahap desain grafis. ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 5

1.7 Alur Pikir TABEL 1.1 Alur pikir INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA URGENSI JUDUL TUGAS AKHIR Diperlukan penataan Pekalongan sebagai World City of Batik kawasan industri batik yang memiliki komoditas unggulan yaitu batik. memperhatikan semua Kelurahan Jenggot merupakan sentra aspek yang berkelanjutan. Penataan Kawasan Kampung produksi batik dengan nilai produksi Menciptakan alternatif Jenggot, Pekalongan sebagai tertinggi di Kota Pekalongan. destinasi wisata belanja Kampung Wisata Produksi Batik Perkembangan jumlah industri batik di Batik di Kota Pekalongan dengan Konsep Sustainable kawasan Jenggot yang masih Settlement yang menonjolkan proses mengutamakan faktor ekonomi saja. Tren kampung wisata batik di kota produksi batik pada lokasi Pekalongan sebagai alternatif destinasi produksinya sebagai daya wisata budaya dan wisata belanja di kota tarik wisata. Pekalongan. Upaya pengembangan destinasi wisata kota Pekalongan berupa wisata budaya dan wisata alam. KEGIATAN Kegiatan di kawasan Jenggot ini meliputi kegiatan pelaku industri batik dan masyarakat umum yang harus diakomodasi dengan sarana dan prasarana yang sesuai. STANDAR FASILITAS, UTILITAS, MEE Standar fasilitas, utilitas yang diperlukan di dalam kawasan permukiman sekaligus kawasan industri produksi batik membantu menentukan desain yang ideal STUDI BANDING TENTANG PROSES KEGIATAN,UTL,MEE STANDAR BESARAN RUANG STUDI BANDING BESARAN RUANG PERATURAN BANGUNAN DAERAH PEKALONGAN ASPEK FUNGSIONAL - Pelaku, kegiatan, dan kebutuhan ruang pemukiman kawasanjenggot. - Pelaku, kegiatan, kebutuhan ruang industri produksi batik. ASPEK KONTEKTUAL - Analisis lokasi - Analisis elemen-elemen urban design ASPEK TEKNIS - Struktur ASPEK KINERJA - Sistem utilitas lingkungan ASPEK ARSITEKTURAL - Penekanan sustainable settlement pada unsur-unsur permukiman yang ada. PELAKU KEGIATAN - Kawasan permukiman Jenggot - Industri produksi batik KELOMPOK KEGIATAN Kegiatan Utama Kegiatan Pendukung Kegiatan Penunjang PERHITUNGAN BESARAN RUANG & KEBUTUHAN LAHAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITRA/IMAGE Sumber : analisa, 2013 KELOMPOK FASILITAS, UTILITAS, PROGRAM RUANG & KEBUTUHAN LUAS TAPAK FUNGSI & KARAKTER Sebagai tempat tujuan wisata kampung produksi batik di Kota Pekalongan. Penerapan konsep sustainable settlement pada permukiman di kawasan Jenggot. ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) 6