BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini membahas tentang implementasi kebijakan sertifikasi keamanan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Makanan Kemasan. Industri Rumah Tangga Tanpa Izin di Boyolalin

BAB V PENUTUP. Implementasi kebijakan sertifikasi keamanan pangan pada Industri Rumah

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengawasan agar produk pangan yang dihasilkan sesuai

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no. 18, th Pangan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERIZINAN PIRT (PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.

Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DEPTH INTERVIEW WAWANCARA MENDALAM. 1. Daftar wawancara Kepala Lembaga Pembinaan dan Perlindungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENGGUNAAN BAHAN-KIMIA BERBAHAYA DALAM MAKANAN YANG BEREDAR DI MASYARAKAT PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang JURNAL

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Undang-undang Pangan No. 7/1996

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

BAB VI PENUTUP. menjalankan pengawasan PJAS, Dinas Kesehatan Kota Padang memiliki kesiapan

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III. A. Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. beli makanan dan minuman yang melintasi batas-batas wilayah suatu Negara,

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INFORMASI LABEL KEMASAN MOCHIBO INFORMATION OF "MOCHIBO" AS A FOOD LABELLING ABSTRACT ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah dan mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan aktivitasnya. Masalah pangan menyangkut pula keamanan, keselamatan dan kesehatan baik jasmani dan rohani.¹ Dewasa ini keberhasilan Pembangunan Nasional serta tehnologi di Indonesia memacu perkembangan industri yang bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan makanan dan minuman. Termasuk industri kecil rumah tangga makanan minuman yang ada di wilayah Kabupaten Banjarnegara yang keberadaanya semakin menjamur. Sejalan dengan hal tersebut, makanan terolah / makanan jajanan atau produk makanan jadi dalam kemasan siap pakai tampak semakin digemari masyarakat dan beredar dalam jumlah yang semakin meningkat dengan jaringan distribusi yang semakin luas. Penyediaan makanan yang aman, bergizi dan cukup merupakan strategi yang penting untuk mencapai sasaran dalam bidang kesehatan. Mutu dan keamanan makanan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga mempunyai pengaruh penting terhadap produktifitas ekonomi dan perkembangan sosial baik individu, masyarakat maupun negara. 2 Guna melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen, maka dibutuhkan izin atau 1

2 sertifikasi atas produk makanan yang dihasilkan oleh para produsen makanan. Semua produk makanan yang akan dipasarkan di Indonesia, baik berasal dari dalam dan luar negeri harus didaftarkan dan disertifikasi melalui instansi yang berwenang. P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) adalah izin jaminan usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual memenuhi standar keamanan makanan atau izin edar produk pangan olahan yang diproduksi oleh UKM untuk dipasarkan secara lokal. Izin P- IRT tersebut hanya diberikan kepada produk pangan olahan dengan tingkat resiko yang rendah. Nomor PIRT ini dipergunakan untuk makanan dan minuman yang memiliki daya tahan atau keawetan diatas 7 hari. Nomor PIRT berlaku selama 5 tahun dan setelahnya dapat diperpanjang. Untuk makanan dan minuman yang daya tahannya dibawah 7 hari akan masuk golongan Layak Sehat Jasa Boga dan nomor PIRT berlaku selama 3 tahun saja. 3 Dalam upaya menumbuhkembangkan industri tersebut, maka pemerintah melakukan pengawasan/monitoring pada beberapa instansi terkait melalui berbagai upaya pembinaan, baik yang bersifat teknis produksi, manajemen pemasaran maupun melalui peraturan yang ada untuk menjamin tersedianya keamanan bagi masyarakat. Tetapi dalam kenyataan di lapangan produsen industri rumah tangga kurang memahami perijinan peredaran produksi pangan serta kurang mendapat pengawasan atau monitoring dari Dinas kesehatan setempat karena masih ada saja industri rumah tangga yang telah habis masa ijinnya tidak memperpanjang perijinannya. 4

3 Devi Sukma, 2007 dalam penelitiannya di Kota Semarang menunjukkan bahwa terbatasnya jumlah petugas dan sarana operasional merupakan hambatan intern dalam pengawasan keamanan PIRT di Semarang, sedangkan hambatan eksternnya adalah pengetahuan pelaku usaha yang masih rendah mengenai keamanan pangan dan juga mengenai perijinan produksi pangan serta sikap pasif konsumen bila dirugikan oleh pelaku usaha. 5 Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di lapangan didapatkan beberapa data dan informasi bahwa Produsen Industri Rumah Tangga Pangan ( IRTP ) di Kabupaten Banjarnegara yang ada (yang dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara) sampai akhir November tahun 2015 ini adalah 895 IRTP, sedangkan yang telah mendaftar dan mempunyai SP/ Sertifikat P-IRT( Sertifikat Penyuluhan / sertifikat P-IRT) sebesar 1.170, dalam setahun pelaksanaan monitor/pengawasan sekitar 90 industri rumah tangga baik IRT lama dan baru. Dan Di Kabupaten Banjarnegara pernah terdapat kasus keracunan catering oleh produsen industri rumah tangga pada 20 anak sekolah di SD Permata Hati serta menurut informasi seorang petugas farmasi, makanan dan minuman Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara menemukan pengawasan/monitoring PIRT masih rendah terbukti adanya pemberian sertifikat PIRT dari Dinas Kesehatan yang tidak semua makanan dan minuman dari industri rumah tangga di uji di laboratorium namun hanya di lihat dari kandungan mikroorganisme dan zat perwarnanya. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK

4.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga terdapat 14 item monitoring keamanan PIRT dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah hygiene, sanitasi dan pengetahuan tentang prinsip dan praktek hygiene dan sanitasi. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga ( PIRT ) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis usaha pelaku industri rumah tangga di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016.

5 b. Untuk mendeskripsikan pengetahuan pelaku industri rumah tangga tentang keamanan produk industri rumah tangga ( PIRT ) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 c. Untuk mendeskripsikan sanitasi keamanan produk industri rumah tangga ( PIRT ) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 d. Untuk mendeskripsikan higiene keamanan produk industri rumah tangga ( PIRT ) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 e. Untuk mendeskripsikan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga ( PIRT ) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 f. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan pelaku industri dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 g. Untuk menganalisis hubungan sanitasi dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 h. Untuk menganalisis hubungan hygiene dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016

6 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Keilmuan Hasil penelitian ini memperkaya informasi teoritis mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Dengan demikian kajian tersebut semakin berkembang. 2. Bagi Program Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan referensi bagi fakultas Kesehatan Masyarakat sehingga dapat memperkaya hasil penelitian khususnya berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman 3. Bagi Dinas Kesehatan Mengetahui kekurangan dan kelebihan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya seksi bidang Farmasi, Makanan dan Minuman Dinas Kesehatan. 4. Bagi Masyarakat Sebagai informasi gambaran hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016.

7 E. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan penelusuran pustaka penelitian yang pernah ada atau berhubungan dengan tema ini yaitu : Nama Tahun Judul Penelitian Asri 2013 Pelaksanaan Wahyu Pengawasan Thahara Hak Konsumen Atas Informasi Dan Keamanan Dalam Mengkonsumsi Pangan Industri Rumah Tangga (Studi di Dinas Malang) Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Metode Penelitian Variabel : Pencantuman label, Uji Sampel Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga Sasaran : Konsumen, Produsen industri rumah tangga, Petugas Farmamin di Dinas Malang Rancangan Penelitian : jenis penelitian empiris dengan metode pendekatan yuridis sosiologis. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa 16,67 % konsumen mendapat informasi kondisi pangan secara lisan dari produsen sedangkan 83,33 % mendapat informasi kondisi produk pangan dari label. Pangan industri rumah tangga yang mengandung bahan kimia berbahaya yaitu 11,25 % mengandung boraks, 1,5% mengandung formalin, 52,17% mengandung rhodamin b, 40 % mengandung benzoat. Terdapat 1650 IRTP yang mendapatkan sertifikasi tersebut sudah memenuhi jaminan mutu dan kualitas serta layak untuk dikonsumsi masyarakat sebagai konsumen. Luluk Khoiri Zanna 2013 Pelaksanaan Pemberian Izin Mendirikan Industri Rumah Tangga di Kota Metro Variabel : Pelaksanaan Pemberian Izin Mendirikan Industri Rumah Tangga Sasaran : Semua industri rumah tangga di Kota Metro Rancangan Jumlah industri rumah tangga di Kota Metro yang telah terdaftar di Kantor Penanaman Modal dan PTSP pada tahun 2013 sebanyak 45 industri. Faktor penghambat dalam pelaksanaan izin mendirikan industri rumah tangga antara lain: lemahnya penerapan sanksi terhadap pelaku usaha yang tidak mendaftarkan industri

8 Nama Tahun Judul Penelitian Yoga Pradipto 2013 Peran Dinas Salatiga Dalam Melakukan Perlindungan Konsumen Produk Industri Rumah Tangga ( PIRT ) Metode Penelitian Penelitian : jenis penelitian normatif empiris dengan cara observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Variabel : Peran Dinas Salatiga, Perlindungan konsumen,kons umen, home industry Sasaran : Petugas Farmamin di Dinas Salatiga Rancangan Penelitian : jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan yuridis normatif Hasil Penelitian rumah tangganya dan bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Penanaman Modal dan PTSP terhadap industri rumah tangga yang tidak memiliki izin, dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perizinan industri rumah tangga. Dinas Kesehatan dalam membina dan mengawasi industri rumah tangga pangan sejumlah 431 telah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan telah mempunyai SPP-IRT yang memberikan jaminan adanya kepastian hukum untuk perlindungan kepada konsumen serta melalui petugas HS ( Hygiene dan Sanitasi )telah melakukan monitoring di wilayah kerja masing-masing dan mendorong untuk mengurus SPP-IRT Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian diatas terletak pada variabel bebas dan variabel terikat, lokasi penelitian, waktu penelitian, dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sanitasi dan hygiene dan variabel terikatnya yaitu monitoring. Lokasi dan waktu penelitian ini di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 serta jenis penelitiannya adalah analitik kuantitatif. Persamaannya adalah terkait dengan produk industri rumah tangga (PIRT).

9 F. LINGKUP PENELITIAN 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan penelitian yang berfokus pada ilmu kesehatan masyarakat khususnya ilmu manajemen kesehatan. 2. Lingkup Materi Lingkup materi pada penelitian ini adalah membahas tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan minuman di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 3. Lingkup Lokasi Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Banjarnegara tahun 2016. 4. Lingkup Metode Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif. 5. Lingkup Sasaran Sasaran penelitian ini adalah pelaku industri rumah tangga dan petugas di Seksi Farmasi, makanan dan minuman Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. 6. Lingkup Waktu Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2016.