- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

dokumen-dokumen yang mirip

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2 tersebut perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang serta Undang-Un

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

-2- c. Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD) sederhana khusus untuk Nasabah yang tergolong berisiko rendah; dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

- 4 - dan sanksi lainnya atas pelanggaran Peraturan OJK ini selain kewajiban pelaporan.

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 30/PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

VI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

Kebijakan dan Pengelolaan Mitigasi Risiko Pada Sektor Perbankan terhadap Pengguna Jasa yang Diduga Terkait dengan Pendanaan Proliferasi Senjata

PEDOMAN STANDAR PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

LATAR BELAKANG PERUBAHAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA. Nomor : 3/10/PBI/2001 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PERIODIK PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 3/29/DPNP Jakarta, 13 Desember 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

Prosedur Prinsip Prinsip Mengenal Nasabah

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

KEPUTUSAN TENTANG PEDOMAN IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA DAN NEGARA YANG BERISIKO TINGGI BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

PENILAIAN RISIKO INDONESIA TERHADAP TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.05/2017 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

- 2 - di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

- 1 - FORMULIR 1 PERMOHONAN PENDAFTARAN PENYELENGGARA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156/PMK.06/2017

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

No. 13/ 14 /DKBU Jakarta, 12 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

KETERANGAN Uraian Ya Tidak Dasar Hukum Keterangan 1. Apakah surat permohonan perizinan telah sesuai dengan format yang ditetapkan?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU) Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14 /DKBU Tanggal 12 Mei 2011

Transkripsi:

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK I. UMUM Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, tugas pengaturan dan pengawasan atas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) dilakukan OJK. Kompleksitas yang ada berpotensi menjadi peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk menjadikan IKNB sebagai wadah pencucian uang dan pendanaan terorisme. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu ketentuan yang mengatur penerapan program APU dan PPT. Program APU dan PPT merupakan prinsip yang wajib diterapkan oleh PJK dalam rangka pencegahan terhadap risiko dimanfaatkannya PJK sebagai tempat melakukan pencucian uang dan pendanaan terorisme (Anti Money Laundering and Counter Financing Terrorism AML/CFT). Penerapan program APU dan PPT ini diamatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemerantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010) dan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013). Dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, PJK di IKNB yang dikategorikan sebagai pihak pelapor adalah

- 2 - Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Pialang Asuransi, dan DPLK. Dalam rangka melaksanakan penerapan program APU dan PPT, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.010/2009 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (PMK 143/2009) yang mengatur bagi LPEI dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non-Bank (PMK 30/2010) yang mengatur bagi industri perasuransian, lembaga pembiayaan, dan dana pensiun. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, telah ditetapkan adanya pihak pelapor baru selain yang tercantum dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010. PJK yang termasuk pihak pelapor baru adalah PMV, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, LKM, dan LPEI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2013, OJK merupakan lembaga pengawas dan pengatur. Sesuai dengan hal tersebut OJK mempunyai kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap pihak pelapor. Kewenangan mengenai pengaturan dilakukan dengan menetapkan ketentuan penerapan program APU dan PPT. Kewenangan mengenai pengawasan dilakukan dengan melakukan pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelapor. Kewenangan pengenaan sanksi dilakukan dengan melakukan pengenaan sanksi administratif. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3

- 3 - Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan secara berkala adalah mengacu pada ketentuan terkait sumber daya manusia dan pelatihan dalam Peraturan OJK ini. Pasal 4 Pembahasan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris dilakukan paling sedikit setiap 3 (tiga) bulan sekali dan dibuktikan dengan dokumentasi rapat yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya notula rapat atau dokumen lain yang dapat membuktikan materi yang dibahas dalam rapat serta pihak-pihak yang hadir dalam rapat. Pasal 5 Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat tanpa pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan PJK. Kemampuan yang memadai antara lain mencakup pengalaman dan pengetahuan mengenai perkembangan rezim APU dan PPT. Ayat (4) Kepala kantor cabang berada di bawah koordinasi penanggung jawab penerapan program APU dan PPT di kantor pusat.

- 4 - Yang dimaksud dengan kantor cabang adalah kantor yang melaksanakan kegiatan operasional. Untuk LPEI yang dimaksud dengan kantor cabang adalah kantor wilayah. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Huruf c

- 5 - Huruf d Yang dimaksud dengan transaksi keuangan yang tidak wajar adalah transaksi yang memenuhi salah satu kriteria dari transaksi keuangan yang mencurigakan namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah transaksi tersebut tergolong sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan yang wajib dilaporkan kepada PPATK. Pasal 15 Yang dimaksud transaksi dalam setahun paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) antara lain untuk Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah adalah transaksi asuransi melalui telemarketing atau asuransi mikro. Termasuk dalam pengertian rekening fiktif adalah rekening Nasabah yang menggunakan nama yang tidak sesuai dengan yang tertera pada dokumen identitas Nasabah yang bersangkutan. Pasal 16 Pasal 17 Angka 1 )

- 6 - ) Yang dimaksud dengan nomor identitas bagi Warga Negara Indonesia adalah Nomor Induk Kependudukan, sedangkan bagi Warga Negara Asing adalah Nomor Paspor. Huruf c) Huruf d) Huruf e) Huruf f) Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Diisi bagi yang telah bekerja atau memiliki penghasilan. Sebagai contoh mahasiswa dan ibu rumah tangga tidak perlu mencantumkan rata-rata penghasilan karena tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan. Angka 9 Angka 10

- 7 - Angka 1 Angka 2 Termasuk izin usaha adalah izin lainnya yang dipersamakan dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Dokumen pendukung bagi identitas calon Nasabah perusahaan berupa: a. akta pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; dan b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang. Yang dimaksud dengan calon Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil adalah Nasabah perusahaan yang memenuhi kriteria usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah.

- 8 - Angka 1 Deskripsi kegiatan usaha perusahaan mencakup informasi mengenai bidang usaha, profil pelanggan, alamat tempat kegiatan usaha, dan nomor telepon perusahaan. Angka 2 Angka 3 Angka 4 Yang dimaksud dengan anggota Direksi yang berwenang mewakili perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan PJK adalah anggota Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan (authorized signature). Pasal 18 Perkumpulan yang berbadan hukum antara lain lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan keagamaan, partai politik, dan organisasi non-profit. Pasal 19 Spesimen tanda tangan dalam ketentuan ini adalah spesimen tanda tangan pihak yang berwenang mewakili

- 9 - lembaga, instansi, atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha dengan PJK. Pasal 20 Pasal 21 Yang dimaksud dengan profil Nasabah adalah deskripsi Nasabah yang mencakup antara lain identitas, pekerjaan atau bidang usaha, penghasilan atau hasil usaha, dan sumber dana. Yang dimaksud dengan karakteristik Nasabah adalah ciri-ciri khusus yang melekat pada Nasabah yang mencakup antara lain lingkup kegiatan, pekerjaan, atau usaha. Yang dimaksud dengan kebiasaan pola transaksi Nasabah adalah kelaziman transaksi yang dilakukan oleh Nasabah yang mencakup antara lain jumlah, frekuensi, mata uang, instrumen yang digunakan, jenis portofolio, produk, dan jangka waktu. Ayat (4) Ayat (5) Permintaan data dan/atau informasi lebih lanjut oleh PJK pada ayat ini harus memperhatikan ketentuan anti-tipping off sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme. Apabila permintaan data dan/atau informasi lebih lanjut dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya tipping off, PJK dapat melaporkan transaksi yang diindikasikan mencurigakan dalam laporan Transaksi Keuangan

- 10 - Mencurigakan tanpa didahului dengan proses permintaan data dan/atau informasi lebih lanjut tersebut. Ayat (6) Ayat (7) Pasal 22 Pengkinian data yang didokumentasikan termasuk pula dokumen kependudukan. Dokumentasi upaya pengkinian data dapat berupa dokumen fisik yang membuktikan upaya pengkinian atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang informasi dan transaksi elektronik. Dokumentasi tersebut harus dapat diberikan atau ditunjukkan apabila diminta oleh OJK dan/atau otoritas lain yang berwenang pada saat diperlukan. Pasal 23 Yang dimaksud dengan nama Nasabah termasuk nama alias dari Nasabah. Ayat (4) Yang dimaksud dengan informasi lainnya antara lain tempat tanggal lahir dan alamat. Pasal 24 Pengertian Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dalam ketentuan ini dapat lebih dari satu.

- 11 - Pasal 25 Termasuk Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) perorangan dalam ayat ini adalah Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) perorangan dari calon Nasabah yang merupakan lembaga pemerintahan atau instansi pemerintah. Angka 1 Angka 2 Yang dimaksud dengan pemilik atau pengendali akhir perusahaan, yayasan atau perkumpulan (ultimate owner/ultimate controller) adalah perorangan yang menurut penilaian PJK memiliki dan/atau yang melakukan pengendalian akhir untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan perusahaan. Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir. Angka 3 Ayat (4)

- 12 - Ayat (5) Pasal 26 Lembaga pemerintah yang dimaksudkan dalam huruf ini mencakup lembaga pemerintah Indonesia dan lembaga pemerintah asing. Huruf c Pasal 27 Pasal 28 Contoh PEP berpedoman pada peraturan kepala PPATK yang mengatur mengenai kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang. Usaha yang berisiko tinggi (high risk business) adalah: 1. usaha penukaran valuta asing non-bank; 2. usaha penyelenggara transfer dana non-bank; 3. usaha agen perjalanan; 4. usaha yang berbasis tunai, diantaranya minimarket, jasa pengelola parkir, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU); 5. usaha investasi berbasis emas atau logam mulia; 6. usaha di bidang pengelolaan hasil hutan atau kehutanan; 7. usaha di bidang jasa pengangkutan atau pengapalan (freight forwarding);

- 13-8. usaha di bidang properti; 9. usaha di bidang perdagangan kendaraan bermotor yang merupakan barang mewah; 10. usaha di bidang perdagangan permata dan perhiasan atau logam mulia; 11. usaha di bidang perdagangan barang seni dan antik; dan/atau 12. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan nilai aset satu miliar rupiah atau lebih dan/atau usaha perdagangan ekspor atau impor di bidang sumber daya alam hayati dan non-hayati diantaranya minyak, mineral, dan batu bara. Huruf c Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual assessment terhadap suatu negara (seperti Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF)). Untuk mengetahui tingkat risiko suatu negara antara lain dapat dilihat di laman www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org Huruf d Informasi atas pihak yang tercantum dalam daftar nama teroris dapat bersumber dari: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia; 2. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267; atau 3. sumber lain yang lazim digunakan. Huruf e Informasi atas dugaan terjadinya transaksi yang terkait dengan tindak pidana di sektor Industri Keuangan Non- Bank, tindak pidana Pencucian Uang, dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme dapat berasal dari: 1. laporan atau pengaduan dari Nasabah atau pihak ketiga yang dirugikan; 2. database dan manajemen risiko dari PJK; 3. OJK; 4. PPATK; 5. media massa yang menginformasikan bahwa calon Nasabah atau Nasabah melakukan tindak pidana

- 14 - dan telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; 6. aparat penegak hukum; dan/atau 7. sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pemberitahuan secara tertulis yang ditujukan kepada Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam database PJK. Pasal 33 Yang termasuk penyedia jasa keuangan lain di dalam negeri adalah penyedia jasa keuangan yang berada di bawah pengawasan OJK. Huruf c

- 15 - Ayat (4) Prosedur CDD mencakup identifikasi dan verifikasi calon Nasabah. Huruf c Huruf d Penggolongan tingkat risiko suatu negara antara lain sebagaimana dikeluarkan oleh Financial Action Task Force (FATF) dan/atau The Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) yang antara lain dapat dilihat dalam situs web www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Dalam memastikan penerapan CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga, PJK dapat melakukan hal-hal antara lain sebagai berikut: 1. menelaah kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT pihak ketiga secara berkala; dan 2. melakukan uji petik atau sampling untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur.

- 16 - Huruf c Yang dimaksud dengan dokumen hasil CDD adalah formulir yang memuat data dan/atau informasi calon Nasabah atau Nasabah serta dokumen pendukung. Huruf d Pasal 34 Yang dimaksud penyedia jasa keuangan lainnya adalah PJK dan penyedia jasa keuangan yang diawasi oleh OJK. Pasal 35 Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic form, microfilm atau dokumen yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti. Yang dimaksud dengan dokumen yang terkait dengan data Nasabah antara lain dokumen identitas, hasil analisis yang terkait dengan profil Nasabah, dan korespondensi dengan Nasabah. Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38

- 17 - Pasal 39 Pasal 40 Pemanfaatan jasa PJK sebagai media Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dimungkinkan juga melibatkan karyawan PJK itu sendiri. Penyaringan (screening) dilakukan untuk mencegah digunakannya PJK sebagai sarana dan/atau tujuan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang melibatkan pihak internal PJK. Pasal 41 Dalam menentukan peserta pelatihan, PJK mengutamakan pegawai yang tugas sehari-harinya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. berhadapan langsung dengan calon Nasabah atau Nasabah (front liner); b. melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan program APU dan PPT; dan/atau c. terkait dengan penyusunan pelaporan kepada PPATK dan OJK. Direksi dan Dewan Komisaris tidak diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan penerapan program APU dan PPT, namun tetap harus mengetahui perkembangan terkait penerapan program APU dan PPT, termasuk perkembangan terkait dengan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Yang dimaksud pelatihan paling sedikit berupa sharing knowledge dan/atau mengundang narasumber dari internal dan/atau eksternal perusahaan. Huruf c

- 18 - Pasal 42 Pasal 43 Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT yang dimaksudkan dalam ayat ini termasuk kebijakan dan prosedur pertukaran informasi untuk tujuan CDD dan manajemen risiko terhadap Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Dalam melaksanakan pertukaran informasi tersebut tetap memperhatikan tingkat keamanan informasi dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah anak perusahaan yang mayoritas kepemilikannya berada pada PJK. Dalam hal ini PJK perlu memastikan bahwa ketentuan dalam Peraturan OJK ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang PJK dan anak perusahaan di luar negeri. Dalam hal ini PJK perlu memastikan bahwa ketentuan dalam Peraturan OJK ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang PJK dan anak perusahaan di luar negeri. Ayat (4) Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46

- 19 - Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5790