I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini ataupun nanti,dengan kematian seseorang akan berpisah dengan apa

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun terbagi kepulauan-kepulauan, dan suku bangsa tanpa perbedaan. 1 Hal ini merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

PENDAHULUAN Latar Belakang

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

RUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Penduduk Lanjut Usia dan Usia Harapan Hidup Lansia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda. Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang layak bagi seluruh masyarakat. Semua rakyat Indonesia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini mempunyai dasar, yaitu dengan lahirnya Undang-undang Pokok Kesehatan Nomor 09 tahun 1960 tentang Pokokpokok Kesehatan, yang berbunyi: Tiap-tiap warga Negara berhak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan pelayanan sosial bagi masyarakat, pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan memadai serta dengan biaya yang murah. Ini bisa dilihat dari program-program yang dilaksanakan pemerintah. Salah satu bentuk upaya perawatan kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukan, hal tersebut merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran masyarakat.

2 Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan lansia, maka akan mengakibatkan meningkatnya angka harapan hidup penduduk. Dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia menimbulkan salah satu konsekuensi, yaitu meningkatnya penduduk lanjut usia. Peningkatkan jumlah penduduk lanjut usia antara lain disebabkan karena: 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Demikian juga halnya dengan Indonesia, yang terus berusaha meningkatkan akses dan pelayanan lanjut usia, sehingga angka harapan hidup orang Indonesia meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Saat ini angka harapan hidup orang Indonesia adalah 68,26 tahun dan 73,38 tahun untuk perempuan. Dewasa ini penduduk Indonesia diperkirkan telah mencapai 241 juta, dan bertambah dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun. Lanjut usia yang terlantar di Bandar Lampung menurut Dinas Sosial Provinsi Lampung diperkirakan 1.087 jiwa. Diperkirakan dari jumlah itu 16,4 juta adalah mereka dari kelompok usia di atas 65 tahun atau kurang dari 5% dari jumlah seluruh penduduk. Kelompok usia ini telah meningkat sebesar 6 sampai 7 kali dibandingkan dengan tahun 1970-an. Tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 14.439.967 atau 7,18% dari total populasi dan tahun 2006 meningkat menjadi 19.000.000 atau 8,90% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2000 Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah lansia paling banyak setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured

3 population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7 % (www.menkokesra.go.id). Tabel 1.Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia Usia Harapan Hidup Persen Tahun Jumlah Lansia (Tahun) (%) 1980 52,2 7.998.543 5,45 1990 59,8 11.277.557 6,29 2000 64,5 14.439.967 7,18 2006 66,2 +19.000.000 8,90 2010 (prakiraan) 67,4 +23,9.000.000 9,77 2020 (prakiraan) 71, + 28,8.000.000 11,34 Sumber : (www.menkokesra.goid). Jumlah lansia di Lampung tahun 90-an adalah 285.058 jiwa (4,56 %) dari jumlah penduduk sebesar 6.016.00 jiwa dan diperkirakan meningkat terus setiap tahunnya (Hasyin, 2000 : 74). Menurut sumber data BPS Jakarta tahun 2000, bahwa Provinsi Lampung memiliki jumlah lansia yang cukup tinggi, baik laki-laki maupun perempuan, yakni 27.794 jiwa di perkotaan, dibandingkan dengan provinsi lainnya. Sedangkan untuk pedesaan, jumlah total lansia sebesar 120.088 jiwa (Moeryanto, 2004 : 17). Sejalan dengan meningkatnya angka harapan hidup yang disebabkan oleh peningkatkan mutu kehidupan, maka jumlah penduduk lanjut usia akan meningkat setiap tahun. Dengan sendirinya kemampuan, ketahanan fisik dan spriturial mereka juga meningkat dengan berjalannya waktu. Dalam konsepsi tradisional ini, segmen penduduk diberi label tidak produktif, bahkan kadang dianggap menjadi beban bagi segmen penduduk yang secara ekonomis-produktif.

4 Kenyataan justru sebaliknya, mereka merupakan kelompok umur yang masih mempunyai potensi yang bermakna untuk memberi sumbangsih dalam upaya membangun keluarga dan masyarakat. Karena lansia sendiri mempunyai kewajiban, antara lain: ( 1) memberikan bimbingan dan nasehat yang didasarkan pada pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kearifannya ( 2) mentransformasikan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya, dan (3) memberikan keteladanan. Para lanjut usia dapat memenuhi kewajibankewajiban tersebut, maka lansia harus memiliki kesehatan yang baik dan adanya dukungan dari semua pihak, terutama kemudahan dalam mendapatkan pelayanan sosial yang tidak produktif. Kondisi para lanjut usia di Indonesia umumnya dapat dikategorikan tidak sejahtera, khususnya dalam bidang kesehatan. Bagi para lanjut usia yang ekonominya rendah tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok, jarang melakukan pemeriksakan, dan mengobati ke dokter lansia juga tidak mampu, sehingga kualitas kesehatan lansia buruk. Selain itu, masalah lainnya dalam pelayanan sosial adalah kurangnya perhatian atau kasih sayang, terutama dari keluarga lansia sendiri, sehingga lansia merasa tidak diperhatikan atau dikucilkan oleh pihak keluarga. Padahal keluarga memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan lansia, tidak hanya kebutuhan ekonomi, tetapi yang lebih penting adalah adanya perhatian dan kasih sayang dari semua pihak, terutama keluarga agar mereka bisa hidup bahagia, baik secara fisik maupun psikisnya. Hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan lansia dan pelayanan sosial, sehingga lansia bisa hidup mandiri baik secara sosial maupun ekonomi.

5 Kualitas hidup penduduk lanjut usia di Indonesia masih rendah, karena banyak dari para lanjut usia sangat tergantung pada orang lain antara lain yang masih tergantung pada anak, keluarga, dan pihak lain seperti Panti Jompo yang kurang produktif. Hal ini disebabkan karena mereka tidak bekerja sehingga tidak mempunyai penghasilan sendiri untuk membiayai diri sendiri. Seharusnya sebagian dari lansia masih bisa bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri, tetapi karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengam kondisi fisik dan psikis lansia sendiri yang menurun menyebabkan sulitnya mereka mendapatkan pekerjaan dan kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Lanjut usia dapat dibagi mejadi dua kelompok yaitu: pertama, lansia yang mengalami masalah kesejahteraan sosial, yakni mereka yang tidak memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Kedua, lansia yang potensial, yakni mereka yang memiliki potensi dan membantu diri mereka sendiri, bahkan membantu sesamanya. Secara umum, banyak permasalahan yang dihadapi oleh kelompok lansia, seperti masalah kesehatan, ekonomi, hubungan diantara keluarga dan masalah psikologi, tetapi masalah kesehatan yang paling banyak dihadapi oleh kelompok lanjut usia. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan lanjut usia diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta membantu penyelenggaraan upaya kesehatan lanjut usia dalam meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena itu, upaya dapat dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif bagi lanjut usia. Diantaranya dengan

6 meningkatkan cakupan, keterjangkauan, mutu pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial, khususnya untuk penduduk lansia. Pelayanan kesehatan bagi semua orang perlu, apalagi bagi orang yang mempunyai kebutuhan pelayanan kesehatan secara mendesak seperti lanjut usia. Pelayanan yang dimaksudkan di sini adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pekerja sosial/perawat di dalam Panti Jompo. Secara umum pelayanan kesehatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit atau puskesmas, akan tetapi di Panti Jompo juga perlu dilaksanakan perawatan lansia dari segi pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. Tujuan kegiatan para lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kelompok usia lanjut yang mandiri, selain itu untuk meningkatkan kemudahan lansia dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan soisal. Lanjut usiaa, pada dasarnya memerlukan pehatian dalam hal tata cara berkehidupan, pendapatan, kesehatan fisik dan mental. Para lansia ini, memerlukan perhatian yang khusus berkaitan dengan pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan terutama, ketika lansia mengalami kecacatan tertentu lanjut usia, umumnya memerlukan bantuan dari keluarga dan sangat bergantung dalam hal perumahan serta pemenuhan kebutuhan hidup. Ketidakseimbangan antara pelayanan sosial yang tersedia dan permasalahan yang ada, berpengaruh kepada pelayanan lansia. Lansia yang terlantar semakin mudah kita saksikan di sekitar kita. Ketelantaran lansia juga disebabkan oleh kondisi yang berubah, sehingga merubah pola dan kegiatan anggota keluarga yang berdampak kepada pelayanan kesehatan bagi lansia. Keterlantaran lansia juga

7 disebabkan oleh semakin memudarnya nilai-nilai dan penghargaan kepada lanjut usia. Namun di sisi lain, untuk mengatasi salah satu dari berbagai persoalan lanjut usia mengenai kesehatan lansia dan pelayanan sosialnya, pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial mengupayakan suatu wadah atau sarana untuk menampung orang lanjut usia dalam satu institusi yang disebut Panti Werdha. Pada awalnya institusi ini dimaksudkan untuk menampung lanjut usia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari kebutuhan makan, minum, sampai kebutuhan aktualisasinya. Dalam mengetahui permasalahan diatas, peneliti mengambil lokasi penelitian pada Panti Jompo Werdha Hana Bandar Lampung sebagai tempat penelitian karena Panti Jompo ini merupakan salah satu Panti Jompo yang dimiliki yayasan di Bandar Lampung dan sudah memberikan pelayanan bagi lanjut usia. Panti Werdha Hana merupakan Panti Jompo yang memberikan pelayanan bagi lanjut usia dan tempat dimana lanjut usia tersebut memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial dari para pengasuh/pekerja sosial yang sudah berpengalaman. Para pengasuh di Panti Jompo ini diharapkan mampu memperhatikan dengan baik para lansia, sehingga diharapkan dapat membuat rasa nyaman dan memudahkan lanjut usia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosialnya.

8 Mengingat pentingnya masalah ini, penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai hambatan yang dihadapi lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Hambatan apa sajakah yang dihadapi lanjut usia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial pada Panti Jompo Werdha Hana Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan yang dihadapi para lanjut usia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial pada Panti Jompo Werdha Hana Bandar Lampung. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, berguna untuk menambah pengetahuan pada sosiologi dan menjadi referensi bagi penelitian sosiologi, khususnya sosiologi kesehatan dan sosiologi kependudukan.

9 2. Secara praktis, hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menyusun program kegiatan dari dinas/instansi berkaitan dengan penangananan penduduk lansia (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BKKBN).