FORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

KATEGORISASI. Kegiatan: Modifikasi Utilisasi (centang kotak yang sesuai)

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DEKOMISIONING REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA.

FORMAT DAN ISI PROGRAM DEKOMISIONING INNR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR


RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSYARATAN TEKNIS DESAIN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

TAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 03 Tahun 2007 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

13 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INNR FORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN A. Kerangka Format Program Manajemen Penuaan BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN ORGANISASI MANAJEMEN PENUAAN A. Penapisan SSK B. Identifikasi Penuaan C. Strategi Manajemen Penuaan D. Pelaksanaan Surveilan Penuaan E. Pengumpulan Data Dan Informasi F. Evaluasi Penuaan BAB IV DOKUMENTASI DAN REKAMAN B. Kerangka Isi Program Manajemen Penuaan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, tujuan dan ruang lingkup Program Manajemen Penuaan. BAB II ORGANISASI Bab ini berisi uraian tentang penetapan organisasi dan tanggung jawab Manajemen Penuaan, yang meliputi: 1. penetapan kebijakan dari Program Manajemen Penuaan; 2. pengalokasian sumber daya yang diperlukan termasuk manusia, dana, peralatan, perlengkapan, dan metode; 3. program pelatihan perawatan yang mencakup pelatihan Manajemen Penuaan; 4. pencapaian tujuan Program Manajemen Penuaan; 5. pelaksanaan kegiatan Program Manajemen Penuaan;

14 6. koordinasi kegiatan dalam Program Manajemen Penuaan; 7. koordinasi Program Manajemen Penuaan dengan program lain yang relevan; dan 8. penyusunan laporan pelaksanaan Program Manajemen Penuaan termasuk laporan kinerja SSK Kritis. BAB III MANAJEMEN PENUAAN A. Penapisan SSK Bagian ini menguraikan metode tahapan penapisan untuk mendapatkan SSK Kritis. Contoh metode penapisan meliputi tahapan: 1. Penapisan tahap pertama: Bagian ini menguraikan daftar SSK yang penting untuk keselamatan. 2. Penapisan tahap kedua: Bagian ini mengevaluasi lebih lanjut SSK hasil penapisan tahap pertama untuk menentukan elemen yang apabila mengalami kegagalan dapat menyebabkan (langsung maupun tidak langsung) berkurangnya atau hilangnya fungsi keselamatan. 3. Penapisan tahap ketiga: Bagian ini menguraikan elemen hasil penapisan tahap kedua yang laju degradasinya memiliki potensi untuk menyebabkan kegagalan SSK berikut justifikasi bagi komponen yang tidak termasuk di dalamnya. Metode penapisan alternatif (misalnya pendekatan berbasis analisis keselamatan probabilistik/probabilistic safety analysis (PSA)) dapat digunakan selama metode tersebut sesuai dengan persyaratan keselamatan instalasi yang telah ada. Metode penapisan yang digunakan harus dijustifikasi dan didokumentasi. Berikut ini adalah contoh hasil penapisan berupa pengelompokan SSK: 1. Kelompok I (SSK Kritis): SSK yang penting untuk keselamatan, tidak redundan, tidak mudah diperbaiki, dan tidak mudah diganti. 2. Kelompok II: SSK yang penting untuk keselamatan, tetapi redundan atau mudah dilakukan inspeksi SSK atau diganti.

15 3. Kelompok III: bukan SSK yang penting untuk keselamatan tetapi tidak mudah dilakukan inspeksi SSK atau diperbaiki. 4. Kelompok IV: komponen lain. B. Identifikasi Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang: 1. identifikasi semua potensi yang menyebabkan penuaan pada SSK Kritis. 2. identifikasi mekanisme penuaan pada SSK Kritis dengan mempertimbangkan desain, bahan, kondisi operasi, persyaratan kinerja, pengalaman operasi dan hasil penelitian yang relevan untuk SSK tersebut, dan metode evaluasi penuaan terkini; dan 3. identifikasi efek penuaan pada SSK Kritis. Berikut ini adalah contoh identifikasi mekanisme penuaan: Tabel I. EFEK PENUAAN PADA KEJADIAN OPERASI TERANTISIPASI Kondisi Mekanisme Penuaan Efek/Kegagalan Banjir endapan dan kontaminasi kimia korosi - Kebakaran - panas, asap, gas reaktif - penurunan kekuatan - korosi Tabel II. EFEK PENUAAN PADA BEBERAPA LINGKUNGAN OPERASI Kondisi kelembaban, salinitas Mekanisme Penuaan Efek /Kegagalan korosi/sel galvanik - kebocora - pelepasan zat radioaktif - penurunan kekuatan - pengendapan partikel - hubung singkat

16 zat/bahan kimia reaksi kimia - produk kimia yang tidak dikehendaki - penurunan fungsi struktur angin, debu, pasir erosi dan pengendapan - perubahan kekuatan C. Strategi Manajemen Penuaan - kerusakan permukaan - kerusakan komponen Bagian ini berisi uraian tentang strategi Manajemen Penuaan yang diterapkan dalam pelaksanaan Manajemen Penuaan. D. Pelaksanaan Surveilan Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang rencana kegiatan surveilan penuaan yang dilakukan sedini mungkin dan berkesinambungan selama umur operasi instalasi. Rencana kegiatan surveilan penuaan tersebut mempertimbangkan antara lain hasil pengelompokan SSK, spesifikasi teknik, hasil identifikasi penuaan, persyaratan inspeksi inservis, persyaratan pemantauan parameter, persyaratan uji kinerja, dan pengalaman operasi. E. Pengumpulan Data Dan Informasi Bagian ini berisi uraian tentang: 1. Data dan Informasi Data dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan Manajemen Penuaan antara lain: a. data dasar, yaitu data desain dan kondisi SSK sebelum digunakan atau difungsikan; b. data riwayat operasi, yang meliputi kondisi penggunaan SSK pada batas pengoperasian, data kegagalan SSK, dan data hasil pengujian ketersediaan SSK; c. data riwayat perawatan termasuk perbaikan, dan penggantian SSK; d. data modifikasi SSK; dan e. data dan informasi hasil pelaksanaan surveilan penuaan.

17 2. Metode Pengumpulan Data dan Informasi Pada bagian ini diuraikan tentang metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam Manajemen Penuaan. Metode pengumpulan data tersebut dilakukan melalui: a. penelusuran data dan informasi dari sumber yang relevan, misalnya: 1) spesifikasi teknis dan pengujian SSK sebelum dipasang, dan data pemasangan dan hasil uji fungsi SSK setelah dipasang; 2) surveilan penuaan; 3) data operasi, perawatan dan perbaikan; dan/atau 4) penilaian keselamatan berkala. b. pelaksanaan surveilan penuaan. F. Evaluasi Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang metode evaluasi dan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan. BAB IV DOKUMENTASI DAN REKAMAN Bab ini berisi uraian tentang: 1. metode klasifikasi dokumen; 2. dokumentasi data dan informasi SSK; 3. dokumentasi seluruh rekaman kegiatan dan hasil kajian; 4. dokumentasi informasi tentang keefektifan metode pemantauan penuaan SSK; dan 5. dokumentasi lain yang terkait dengan Manajemen Penuaan. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA, AS NATIO LASMAN

18 LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INNR FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN MANAJEMEN PENUAAN A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Manajemen Penuaan BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN ORGANISASI MANAJEMEN PENUAAN A. Penapisan SSK B. Identifikasi Penuaan C. Strategi Manajemen Penuaan D. Pelaksanaan Surveilan Penuaan E. Pengumpulan Data Dan Informasi F. Evaluasi Penuaan BAB IV BAB V DOKUMENTASI DAN REKAMAN KESIMPULAN B. Kerangka Isi Laporan Pelaksanaan Manajemen Penuaan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, tujuan dan ruang lingkup Program Manajemen Penuaan, sebagaimana yang diuraikan pada Bab I Lampiran I.

19 BAB II ORGANISASI Bab ini berisi uraian tentang penetapan organisasi dan tanggung jawab Manajemen Penuaan, sebagaimana yang diuraikan pada Bab II Lampiran I. BAB III MANAJEMEN PENUAAN A. Penapisan SSK Pada bagian ini diuraikan tentang hasil identifikasi dan pengelompokan SSK dan dasar pemilihan pengelompokan yang dilakukan selama pelaksanaan Manajemen Penuaan. Berikut ini adalah contoh hasil penapisan berupa pengelompokan SSK: 1. Kelompok I (SSK Kritis): SSK yang penting untuk keselamatan, tidak redundan, tidak mudah diperbaiki atau tidak mudah diganti, misalnya hot cell dan komponennya, struktur gedung, sistem pipa pendingin utama. 2. Kelompok II: SSK yang penting, tetapi redundan atau mudah dilakukan inspeksi SSK atau diganti, misalnya catu daya darurat dan sistem ventilasi (VAC). 3. Kelompok III: bukan SSK untuk keselamatan tetapi tidak mudah dilakukan inspeksi SSK atau diperbaiki, misalnya sistem pemurnian air pendingin. 4. Kelompok IV: komponen lain, misalnya generator tambahan. B. Identifikasi Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang: 1. hasil identifikasi semua potensi yang menyebabkan penuaan pada SSK Kritis. 2. hasil identifikasi mekanisme penuaan pada SSK Kritis; dan 3. hasil identifikasi dampak penuaan pada SSK Kritis. Contoh identifikasi mekanisme penuaan diuraikan pada Bab III B Lampiran I. C. Strategi Manajemen Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang strategi Manajemen Penuaan yang telah diterapkan dalam pelaksanaan Manajemen Penuaan sebagaimana yang diuraikan pada Bab III C Lampiran I.

20 D. Pelaksanaan Surveilan Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang hasil pelaksanaan kegiatan surveilan penuaan yang dilakukan sedini mungkin dan berkesinambungan selama umur operasi instalasi, sebagaimana yang diuraikan pada Bab III D Lampiran I. E. Pengumpulan Data Dan Informasi Pada bagian ini diuraikan metode pengumpulan data, dan disajikan data yang telah dikumpulkan selama pelaksanaan Manajemen Penuaan. Uraian lebih lanjut tentang pengumpulan data ditunjukkan pada Bab III E Lampiran I. F. Evaluasi Penuaan Bagian ini berisi uraian tentang hasil evaluasi dan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, yang mencakup seluruh aspek Manajemen Penuaan, meliputi: 1. penentuan kinerja terkini dan kondisi SSK Kritis, termasuk evaluasi setiap umur terkait kegagalan atau indikasi degradasi material yang signifikan; 2. perkiraan dan justifikasi kinerja, proses penuaan masa datang, dan umur operasi yang tersisa dari komponen. Pada bagian ini juga diuraikan evaluasi dan penentuan metode yang efektif untuk menghambat dan memitigasi penuaan SSK Kritis dengan mempertimbangkan pengalaman operasi instalasi yang relevan dan hasil penelitian melalui Manajemen Penuaan. Metode yang efektif untuk menghambat dan memitigasi penuaan SSK Kritis tersebut meliputi: 1. perawatan SSK Kritis termasuk frekuensi dan prosedur; 2. penggantian sebagian SSK Kritis; 3. penggantian SSK Kritis secara berkala; 4. modifikasi SSK Kritis; dan 5. perubahan kondisi operasi dan penerapan yang mempengaruhi laju degradasi SSK Kritis. BAB IV DOKUMENTASI DAN REKAMAN Bab ini berisi uraian tentang dokumentasi dan rekaman sebagaimana yang diuraikan pada Bab IV Lampiran I.

21 BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan pelaksanaan Manajemen Penuaan, terutama terkait dengan kondisi keselamatan pengoperasian fasilitas instalasi. Kesimpulan tersebut meliputi juga perkiraan sisa umur SSK Kritis, akar masalah (root causes), dan tindakan yang akan dilakukan, bila hasil pelaksanaan Manajemen Penuaan digunakan untuk keperluan perpanjangan izin operasi instalasi. Kesimpulan tersebut memuat juga perkiraan sisa umur operasi instalasi dan tindakan yang akan dilakukan, bila hasil pelaksanaan Manajemen Penuaan digunakan untuk keperluan perpanjangan izin operasi instalasi. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA, AS NATIO LASMAN