RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

Garis Sempadan Jalan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

Gubernur Jawa Barat;

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

BUPATI BANGKA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. dan GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

WALIKOTA BANJARMASIN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Transkripsi:

1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan para pengguna jalan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Garis Sempadan Jalan; b. bahwa untuk terwujudnya sinergitas dan hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Garis Sempadan Jalan, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2 4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri B, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46); 10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sempadan Jalan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 61); 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117); 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 125); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT dan GUBERNUR JAWA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN JALAN.

3 Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sempadan Jalan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 61), diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 1 angka 6, dihapus. 2. Ketentuan Pasal 1 angka 12, diubah sebagai berikut : 12. Garis Sempadan Jalan adalah garis batas luar pengaman untuk dapat mendirikan bangunan di kiri dan kanan jalan di luar Ruang Milik Jalan dan di luar Ruang Pengawasan Jalan, yang berguna untuk mempertahankan daerah pandangan bebas bagi para pengguna jalan. 3. Ketentuan Pasal 1 angka 13, diubah sebagai berikut : 13. Bangunan adalah ruang, rupa, wujud dan di antaranya terdapat sesuatu yang didirikan berupa rumah, gedung, jembatan, tower, dan bangunan lain, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan Pasal 1 angka 14, diubah sebagai berikut : 14. Bangun-bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang tidak digunakan untuk kegiatan manusia. 5. Ketentuan Pasal 3, diubah sebagai berikut: Pasal 3 Tujuan pengaturan Garis Sempadan Jalan yaitu untuk menunjang terciptanya lingkungan yang teratur, dalam upaya tertib pemanfaatan lahan dari kegiatan mendirikan bangun-bangunan di Ruang Pengawasan Jalan dan Ruang Milik Jalan. 6. Ketentuan Pasal 4, diubah sebagai berikut: Pasal 4 Manfaat pengaturan Garis Sempadan Jalan, yaitu: a. menjamin fungsi Ruang Pengawasan Jalan dan Ruang Milik Jalan dari gangguan keberadaan bangunbangunan yang dapat menghalangi pandangan bebas para pengguna jalan; b. terciptanya bangunan yang teratur; dan c. pengamanan konstruksi jalan. 7. Ketentuan Pasal 5, diubah sebagai berikut: Pasal 5 (1) Fungsi Garis Sempadan Jalan adalah untuk melindungi Ruang Pengawasan Jalan dan Ruang Milik Jalan dari bangun-bangunan yang dapat mengganggu fungsi jalan.

4 (2) Peranan Garis Sempadan Jalan adalah untuk menentukan batas bagi para pemilik tanah atau persil yang berada di pinggir jalan, agar dapat menggunakan haknya untuk mendirikan bangunan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Ketentuan Pasal 6, diubah sebagai berikut: Pasal 6 Jarak Garis Sempadan Jalan, yaitu : a. Jalan Kolektor Primer, tidak kurang dari 10 (sepuluh) meter, diukur dari tepi luar Ruang Manfaat Jalan; dan b. jembatan untuk pengamanan konstruksi, tidak kurang dari 100 (seratus) meter, diukur dari tepi luar pangkal jembatan ke arah hulu dan ke arah hilir jembatan. 9. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan Bab IVA dan Pasal 7a, sebagai berikut : BAB IVA PENGECUALIAN Pasal 7a Ketentuan mengenai Garis Sempadan Jalan dikecualikan untuk cagar budaya, meliputi : a. benda cagar budaya; b. bangunan cagar budaya; c. struktur cagar budaya; d. situs cagar budaya; dan e. kawasan cagar budaya. 10. Ketentuan Pasal 8, diubah sebagai berikut : Pasal 8 Setiap orang dilarang mendirikan bangunan pada ruang Garis Sempadan Jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. 11. Ketentuan Pasal 10, diubah sebagai berikut : Pasal 10 Setiap pelanggaran atas ketentuan Pasal 8, mewajibkan kepada pelanggar untuk membongkar bangunan. 12. Ketentuan Pasal 11 ayat (1), diubah sebagai berikut : (1) Dalam hal pelanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 menolak untuk membongkar bangunan, kepada yang bersangkutan dapat dikenakan pembebanan biaya paksaan penegakan hukum, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Ketentuan Pasal 12, diubah sebagai berikut : Pasal 12 Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 8, dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

14. Judul BAB X, diubah sebagai berikut : BAB X PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 15. Ketentuan Pasal 13, diubah sebagai berikut : Pasal 13 (1) Untuk menjamin tercapainya tujuan pengaturan Garis Sempadan Jalan, dilakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap bangun-bangunan di Ruang Pengawasan Jalan. (2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk sosialisasi, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan penertiban. (3) Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan melibatkan peran masyarakat. 16. Diantara Pasal 13 dan Pasal 14, disisipkan yaitu Pasal 13a, sebagai berikut: Pasal 13a (1) Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara penerapan ketentuan mengenai Garis Sempadan Jalan dalam pendirian bangunan berikut perizinannya, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadi penyimpangan administrasi dalam pendirian bangunan dan bangunbangunan, Dinas melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Instansi terkait, untuk melakukan penertiban dan/atau pembongkaran. 17. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan Pasal 14a dan Pasal 14b, sebagai berikut: Pasal 14a Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh perizinan yang berkaitan dengan pendirian bangunan dan bangun-bangunan di Ruang Pengawasan Jalan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 14b (1) Seluruh pemanfaatan lahan di Ruang Pengawasan Jalan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini, harus disesuaikan. (2) Penyesuaian pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan. 5

6 (3) Dalam hal terdapat perizinan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini, dilaksanakan penertiban, dengan ketentuan : a. bagi yang belum melaksanakan pembangunan, perizinan disesuaikan dengan ketentuan Pasal 6; dan b. bagi yang telah melaksanakan pembangunan, wajib melaksanakan penyesuaian pada saat memproses perizinan baru. (4) Dalam hal pembangunan telah dilaksanakan namun tidak memiliki perizinan serta bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, maka pemanfaatan lahan yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal 28 Desember 2012 GUBERNUR JAWA BARAT, ttd Diundangkan di Bandung pada tanggal 28 Desember 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, ttd AHMAD HERYAWAN PERY SOEPARMAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E. Disalin Sesuai Dengan Aslinya Kepala Biro Hukum Dan HAM ttd Yessi Esmiralda, SH.,MH NIP.19560531 197603 2 002

1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN I. UMUM Jalan merupakan kebutuhan yang sangat penting sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi, pengembangan wilayah, serta sebagai prasarana penunjang utama bagi perekonomian nasional. Selain itu, jalan memiliki pula manfaat strategis yaitu antara lain menciptakan lapangan pekerjaan berskala besar, peningkatan penggunaan sumberdaya dalam negeri serta meningkatkan sektor nil dengan menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional. Sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu, jalan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang, dan jasa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan dayasaing nasional. Pertumbuhan kendaraan bermotor secara nasional mengalami peningkatan yang tinggi. Pertumbuhan tersebut tidak hanya memberikan dampak positif semata, tetapi juga berdampak negatif berupa tingginya angka kecelakaan lalulintas, polusi udara dan kerusakan jalan. Untuk menekan angka kecelakaan lalulintas, Pemerintah dan Pemerintah Daerah telah melakukan berbagai upaya penanggulangan secara komprehensif, yang mencakup upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan dan penegakan hukum. Khusus mengenai pencegahan kecelakaan lalulintas, Pemerintah Daerah telah melakukan upaya pengawasan prasarana jalan, melalui kebijakan pelarangan pendirian bangunan-bangunan pada ruang dalam jarak garis sempadan jalan guna memberikan ruang pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Garis Sempadan Jalan. Namun dalam perjalanannya, penegakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 mengalami hambatan-hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah perbedaan objek pembatasan yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, serta disharmonisasi dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, perlu dilakukan harmonisasi peraturan perundangundangan dengan berbagai peraturan perundang-undangan tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang didukung hasil kajian ilmiah yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, dengan melakukan perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Garis Sempadan Jalan.

2 II. PASAL DEMI PASAL Pasal I : Angka 1 : Pengaturan Jalan Arteri Primer merupakan kewenangan Pusat, sehingga tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini. Angka 2 : Pasal 1 angka 12 : Angka 3 : Pasal 1 angka 13 : Angka 4 : Pasal 1 angka 14 : Yang dimaksud dengan bangun-bangunan termasuk di dalamnya tiang reklame dan reklame yang dipasang pada Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), tidak termasuk portal dan/atau jenis konstruksi lainnya yang melintang di atas jalan, kecuali di wilayah perkotaan. Angka 5 : Pasal 3 : Angka 6 : Pasal 4 : Angka 7 : Pasal 5 : Ayat (1) : Ayat (2) : Angka 8 : Pasal 6 : Cara menetapkan titik Garis Sempadan Jalan secara teknis adalah sebagai berikut : Garis Sempadan Jalan C L Garis Sempadan Jalan Badan Jalan Titik Garis Sempadan Jalan Garis Sempadan Jalan Trotoar di perkotaan C L Garis Sempadan Jalan Trotoar di perkotaan Badan Jalan Titik Garis Sempadan Jalan

3 Angka 9 : Pasal 7a : Angka 10 : Pasal 8 : Angka 11 : Angka 12 : Pasal 10 : Pasal 11 : Yang dimaksud dengan Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Yang dimaksud dengan Bangunan Cagar Budaya, adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Yang dimaksud dengan Struktur Cagar Budaya, adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. Yang dimaksud dengan Situs Cagar Budaya, adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Yang dimaksud dengan Kawasan Cagar Budaya, adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum dan/atau badan publik. Ayat (1) : Yang dimaksud dengan Biaya Paksaan Penegakan Hukum yaitu sanksi tambahan dalam bentuk pembebanan biaya kepada pelanggar, di luar ketentuan yang diatur dalam Ketentuan Pidana.

4 Angka 13 : Angka 14 : Pasal 12 : Ayat (2) : Setiap perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dalam setiap ruang jalan dikenakan sanksi yang berbeda-beda, yang secara rinci diatur dalam Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Angka 15 : Pasal 13 : Ayat (1) : Ayat (2) : Ayat (3) : Angka 16 : Pasal 13a : Ayat (1) : Ayat (2) : Angka 17 : Pasal 14a : Pasal 14b : Ayat (1) : Ayat (2) : Ayat (3) : Ayat (4) :

5 Pasal II : Ketentuan ini mengatur mengenai datum berlakunya Peraturan Daerah. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 132