II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ciri Morfologi Bondol Peking (Lonchura punctulata L.) Warna umum bulu bondol peking adalah coklat, dengan tubuh bagian atas

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Perlukah Bagi Siswa?

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

RANCANG BANGUN DAN PERHITUNGAN PERHITUHGAN DAYA PADA MESIN PEMOTONG GELONDONGAN KERUPUK PULI DENGAN PENGGERAK CONVEYOR RANTAI

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

Menjelaskan pengertian distribusi binomial, mengidentifikasi eksperimen binomial dan menghitung probabilitas binomial, menghitung ukuran pemusatan

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mc Naughton dan Wolf (1992) tiap ekosistem memiliki

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PIHAK YANG TERLIBAT & PROSEDUR PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

KOMPETENSI, SERTIFIKASI DAN AKREDITASI PERPUSTAKAAN. The Power of PowerPoint thepopp.com 1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

Penyusunan Rencana Aksi Inventarisasi Emisi Kabupaten/Kota Secara Online

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Dukungan IMACS Terhadap Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Diskusi Regional Forum KTI September 2011 MATARAM - NTB

SRI REDJEKI KALKULUS I

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

(R)EVOLUSI DESA:! DARI DESA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI MENUJU INDONESIA SEHAT DAN PINTAR! Oleh: Budiman Sudjatmiko!

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

MATRIKS IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS DI KOTA BEKASI

TINJAUAN PUSTAKA Burung Pemakan Biji-bijian

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

Algoritma dan Flowchart

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya. Oleh : Oki Hidayat

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA Hama Burung

Abraham Maslow ( )

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

PENUNTUN PRAKTIKUM ORNITHOLOGI DISUSUN OLEH: DR. ERNI JUMILAWATY, M.SI

Memahami tujuan penggunaan basis data Memahami elemen-elemen Basis Data Mampu mengidentifikasi tabel dan atribut dalam suatu basis data

Pemberantasan Korupsi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Martabat Bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Rancangan Percobaan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

IV. METODE PENELITIAN

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri Morfologi Bondol Peking (Lonchura punctulata L.) Warna umum bulu bondol peking adalah coklat, dengan tubuh bagian atas berwarna coklat, tangkai bulu warna putih dengan tenggorokan berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawah berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Bondol peking yang masih remaja, tubuh bagian bawahnya berwarna kuning tua tanpa sisik. Iris coklat, paruh berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan kaki berwarna hitam keabu-abuan. Menurut Coates dan Bishop (2000), burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh. Perut bagian bawah sampai pantat berwarna putih. Burung muda dengan dada dan perut kuning tua sampai agak coklat kotor. Iris mata berwarna coklat gelap paruh khas pipit berwarna abuabu kebiruan kaki berwarna hitam keabu-abuan (MacKinnon, 1995). Burung jantan tidak berbeda dengan betina dalam penampakannya seperti yang terlihat pada Gambar 1. 4

The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again. 5 Gambar 1. Lonchura punchulata L. (Anonim, 2008) Bondol peking atau pipit peking (Lonchura punctulata L.) adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintikbintik, menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya. Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit peking, orang Sunda menamainya piit peking atau manuk peking, meniru bunyi suaranya (MacKinnon, 1995). B. Habitat Menurut Restal (1996), Bondol secara keseluruhan memiliki habitat yang beragam seperti padang rumput yang luas, hutan alami, hutan masyarakat, lahan pertanian, perkebunan, dan daerah pemukiman. Burung Bondol umumnya memiliki sifat yang sama yaitu menyesuaikan dengan cepat terhadap habitat yang dikunjunginya (Restal, 1996). Bondol peking memiliki habitat yang tidak tetap. Hampir di semua habitat burung tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik di perkotaan maupun di hutan buatan (Restal, 1996)

6 Bondol peking masih dapat dijumpai di lingkungan pedesaan dan perkotaan, terutama di dekat persawahan atau tegalan (Coates dan Bishop, 2000). Habitat dapat menunjukkan tempat berkembangnya suatu kelompok organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas, mencakup lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Resosoedarmo et. al., 1990). Komponen habitat satwa terdiri dari komponen fisik dan biotik. Secara terperinci, komponen fisik terdiri dari air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang, sedangkan komponen biotik terdiri dari vegetasi, mikro dan makro fauna, serta manusia. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari sejumlah komponen habitat tersebut (Alikodra, 1990). Cara hidup burung, seperti juga hewan-hewan lain sebagian besar ditentukan oleh ciri-ciri habitatnya. Ada spesies yang serba bisa secara mencolok dapat hidup di berbagai macam habitat, sedangkan burung lain ada yang hanya dapat hidup dalam suatu kombinasi situasi hidup, atau bergantung hanya pada satu faktor esensial, seperti adanya pangan nabati tertentu. Semakin besar spesialisasi, semakin kecil saingannya dengan spesies-spesies lain, yang secara keseluruhan mempunyai tuntutan yang sama terhadap lingkungan. Dalam lingkungan seekor burung, dapat saja ada spesies-spesies burung lain, tetapi setiap spesies menempati daerah ekologinya sendiri (Anonim, 1989). Dalam Odum (1994) hal ini di maksud dengan niche atau relung ekologi, yaitu di mana organisme memiliki peran fungsional di dalam lingkungan dan masyarakatnya. Ekologi burung dapat di teliti secara langsung dari segi jenis makanan, perilaku mencari makan atau dinamika populasinya. Pengetahuan penting

7 mengenai habitat dapat dikumpulkan sedikit demi sedikit dari sensus yang baik. Memahami asosiasi antara habitat atau penggunaannya oleh suatu jenis sangat mendasar untuk mengetahui status konservasinya. Persyaratan hidup suatu jenis burung mungkin bersumber pada beberapa ciri habitat yang independen (Bibby et al., 2000). B.1. Struktur habitat Struktur habitat dapat diartikan ke dalam beberapa sumber untuk beberapa keperluan burung yang berbeda; foraging sites, nesting sites dan perlindungan dari elemen-elemen lingkungan dan predator merupakan kemungkinan-kemungkinannya. Bagian penting dari struktur habitat burung dikemukakan MacArthur dalam kepadatan spesies. MacArthur mengukur struktur habitat dengan membuat plot-plot kepadatan vegetasi dibandingkan dengan jumlahnya, disebut foliage profile (Cody, 1985). B.2. Pemilihan Habitat Burung merupakan spesies mobile dan memiliki daerah jelajah (home range) yang luas. Luasnya daerah yang dijelajahi hanya lokasilokasi spesifik yang digunakan sebagai habitat yaitu tempat berkembang biak, mencari makan, dan berlindung (Cody, 1985). Menurut Cody, (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan habitat dipengaruhi oleh struktur morfologi, perilaku, kesuksesan mempertahankan makanan dan tempat berlindung. Rangsangan pemilihan habitat kemungkinan besar

8 datang dari komponen-komponen pendukung suatu wilayah, tempat pencarian makanan atau bersarang, dan atau kehadiran spesies lain. Setiap faktor dapat bekerja terpisah, sebagai satu kesatuan sistem yang saling mendukung atau bekerja secara sienergi. B.3. Habitat paling disukai Semua naturalis mengetahui bahwa spesies tertentu ditemukan pada habitat tertentu pula. Merupakan sebuah petunjuk jika terlihat banyak spesies burung dalam satu hari, beraktivitas dalam satu lingkaran, untuk mengunjungi variasi dari tipe-tipe habitat. Dalam teori, asosiasi antar spesies hewan dengan habitat tertentu dapat digambarkan: (1) secara pasif dengan matinya semua individu yang terjadi pada lokasi yang tidak sesuai, atau (2) secara aktif dengan pemilihan anggota dari suatu spesies pada lingkungan tertentu. Secara bebas hewan mobile seharusnya dapat mengidentifikasi tempat yang sesuai dengan kharakteristik hidupnya. Sebuah studi telah mengkonfirmasi bahwa hewan seperti telur dan larva invertebrata laut memiliki kemampuan untuk membedakan antara habitat, memilih untuk tinggal di suatu tempat dan menghindari tempat lain (Alcock, 1984) B.4. Pemanfaatan habitat

9 Penggunaan habitat pada burung berbeda berdasarkan jenis burung tersebut, burung membagi habitat menjadi beberapa teritori, dimana masing-masing teritori memiliki fungsi berbeda. Banyak klasifikasi teritori yang dibagi berdasarkan fungsi dan teritori tersebut. Modifikasi teritori menurut Mayr (1935) dan Nice (1941), dibagi menjadi 7 tipe teritori, diantaranya: 1. Teritorial musim kawin, bersarang, tempat makan (mating, nesting, dan feeding territory) 2. Teritorial musim kawin dan bersarang (mating dan nesting territory) 3. Teritorial musim kawin (mating territory) 4. Daerah bersarang yang sangat terbatas (narrowly restricted nesting territory) 5. Teritorial tempat makan (feeding territory) 6. Teritorial musim dingin (water territory) 7. Teritorial berlindung (roosting territory) B.5. Variabel Habitat Hubungan suatu jenis dengan habitatnya sangat kompleks. Memilih habitat yang perlu di catat sangat sulit, akan bergantung pada waktu yang dimiliki, tipe burung yang akan diteliti, kisaran habitat yang digunakan dan ancaman yang mungkin dihadapi (Bibby et al., 2000). a. Kepadatan daun

10 Presentase penutupan tumbuhan pada berbagai strata bervariasi di habitat-habitat yang berbeda, tetapi jika diperkirakan dengan akurat, akan berguna untuk mendeskripsikan distribusi burung (Bibby et al., 2000). b. Tinggi pohon dan diameter pohon Ketinggian pohon dan diameter pohon adalah ciri-ciri habitat yang penting. Ketinggian pohon dan diameter pohon dapat di ukur secara langsung dengan menggunakan meteran gulung (Bibby et al., 2000). c. Arsitektur pohon Selain ukurannya, bentuk pohon merupakan ciri penting untuk memperkirakan distribusi burung-burung. Pohon yang digunakan baik untuk bersarang maupun beristirahat termasuk dalam satu dari kelompokkelompok berikut: 1. Percabangan lebih tinggi dari pertengahan tinggi pohon (A). Pohon-pohon yang tumbuh di hutan primer tajuknya rapat. Pohonpohon ini cenderung memiliki cabang utama di atas pertengahan tinggi pohon. 2. Percabangan di bawah pertengahan tinggi pohon (B). Pohon-pohon yang tinggi di hutan dengan tajuk terbuka biasanya bercabang di bawah pertengahan tinggi pohon.

The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again. 11 3. Percabangan di atas pertengahan tinggii pohon tetapi ada luka (C). Pohon-pohon yang mempunyai bekas luka dari cabang-cabang yang jatuh cenderung khas untuk hutan yang sedang tumbuh kembali. Pohon-pohon ini tumbuh di bawah tajuk yang menutup setelah ada pohon tumbang atau penebangan pohon. 4. Percabangan vertikal di bawah pertengahan tinggi pohon (D). Pohon-pohon inii memiliki cabang lebih rendah, tetapi tumbuh vertikal ke arah tajuk yang menutup. Gambar 2. Arsitektur Pohon Torquebiau (1986) dan Jones dkk. (1995). Keterangann gambar : A: percabangan lebih tinggi dari pertengahan tinggi pohon B: percabangan di bawah pertengahan tinggi pohon. C: percabangan di atas pertengahan tinggi pohon tetapi ada luka D: percabangan vertikal di bawah pertengahan tinggi pohon d. Pencatatan Jenis Pohon Dan Bentuk Tajuk Beberapa situasi di mana pencatatan jenis pohon mungkin sangat berguna padaa studi yang cukup pendek. Beberapa jenis tertentu, seperti paruh bengkok atau enggang, mungkin hanyaa bersarang pada beberapa

12 jenis pohon tertentu dan kepadatannya hanya dicatat, dan dapat dihubungkan dengan kemelimpahan burung (Bibby et al., 2000). Menurut Sutarni (1997), bentuk tajuk dari berbagai jenis tanaman peneduh dapat di kelompokkan sebagai berikut: 1. Columnar : bentuk yang tinggi ramping, ujungnya membulat. 2. Fasigiate : bentuk tinggi ramping, ujungnya meruncing 3. Globular : bentuk membulat 4. Horizontal : bentuk yang menyebar 5. Semi globular : bentuk setengah membulat 6. Picturesque : bentuknya menarik atau eksotis 7. Pyramidal : bentuk kerucut 8. Weeping : bentuk ranting-rantingnya merunduk 9. Bentuk yang tidak teratur Menurut Sharma et. al., (2004), habitat di India hampir sama dengan di Indonesia. Habitat India banyak memiliki pepohonan, lahan pertanian, hutan masyarakat, hutan kota, adanya irigasi di daerah pertanian, padang rumput dan banyak terdapat perbukitan. Menurut Sharma et. al., (2004) habitat tersebut sering digunakan sebagai tempat berkembangbiak juga mencari makan. Hasil penelitian Sharma et. el., (2004) menyebutkan Bondol peking di dalam hutan selalu memilih pohon berduri atau pohon besar dalam meletakkan sarangnya dan letak sarangnya selalu di luar tajuk pohon (Acasia nilotica). Di dalam wilayah perkotaan sarang Bondol selalu terdapat di semak belukar seperti Thuja orientalis, Polyanthea longifolia.

13