BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN TETAP BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARAA BARAT

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

KEPALA DESA GEMBLEB KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DESA GEMBLEB NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA SEWA TANAH KAS DESA

BUPATI KAMPAR PROVINSI RIAU

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI NATUNA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB V IMPLIKASI TERHADAP LEMBAGA KELURAHAN DAN HAK ULAYAT ATAS TANAH EKS DESA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN PADA LINGKUP PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN KARANGGAYAM DESA LOGANDU

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN/KOTA BOJONEGORO PERATURAN KEPALA DESA PEJAMBON NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

Ditetapkan di Malili pada tanggal 29 April 2015 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M.

PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOM OR 51 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ALOKASI DANA DESA (ADD) KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... x. DAFTAR SINGKATAN (AKRONIM)...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2009

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO N O M O R 2 7 T A H U N 2008 TENTANG PETUNJUK

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa dengan pemerintahannya selama ini tidak mengalami perubahan yang cukup berarti.

PERATURAN BUPATI KARAWANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 22 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 52 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

NOMOR : 03 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 14 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 13

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN BAGI PEMERINTAHAN DESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

NOMOR : 05 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGHASILAN PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia saat ini di dasarkan pada Undang-Undang

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI BATANG HARI NOMOR 3 TAHUN 2014 NOMOR TAHUN 2014

KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang Desa bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang selama ini diperuntukkan bagi gaji pamong desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa, mempunyai hak atas tanah yang diberikan oleh desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika dilain waktu yang bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai pamong Desa maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah Desa. 1 Namun peraturan di atas saat ini tidak berlaku lagi sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 tentang Desa (Belanja Desa) pasal 100 yang mengatur pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100% menjadi hak Kepala Desa, namun sekarang dengan adanya UU desa yang baru munculnya kebijakan bahwa tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah APBDes digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai pelaksanaan pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa dan perangkat lainnya, yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa. 2 1 PP-72-2005-Tentang-Desa 2 PP-43-2014-Tentang-Desa 1

2 Dengan munculnya PP yang baru yakni PP 43 tahun 2014, yang sama sekali kurang berpihak terhadap Perangkat Desa menjadikan mereka kurang menyetujui adanya PP 43 tahun 2014 tersebut. Begitu juga masalah tunjangan mereka yang semakin tidak jelas, Perangkat Desa merasa dengan adanya PP 43 tahun 2014 tersebut gaji mereka semakin menurun dan kurang menjamin. 3 UU Desa No 6 Tahun 2014 tentang desa yang di dalamnya memiliki hak dalam mengatur dan mengurus masyarakat serta mewujudkan apa yang menjadi hak masyarakat. Maka dari itu keberadaan Desa seharusnya dilindungi agar Desa tersebut dapat maju dan mampu menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, baik untuk anggaran rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah tanah bengkok. Tanah bengkok terdapat dalam struktur hukum adat tanah di Jawa. Tanah bengkok mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 4 1. Tanah tersebut merupakan bagian dari tanah desa 2. Tanah tersebut diberikan kepada warga desa yang sedang menjabat sebagai pamong desa 3 Khoirun Nashirin, Wawancara, Kepuh Kiriman, pada tanggal 9 Juni 2015. 4 Silvia Kumalasari. Kajian Yuridis terhadap pengelolaan tanah bengkok sebagai salah sumber pendapatan desa berdasarkan UU No 6 tahun 2014 tentang desa, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2014), 20.

3 3. Pemberian tanah tersebut hanya sementara waktu selama yang bersangkutan menjabat kepala desa atau perangkat desa 4. Maksud dari pemberian tanah tersebut sebagai upah untuk memenuhi dan menghidupi diri dan keluarganya. Problem yang saat ini muncul adalah pada PP No. 43/2014 tentang peraturan pelaksanaan UU tentang desa, terutama pada pasal 100 huruf (b), yakni paling banyak 30% dari nilai anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun tetangga dan rukun warga. Berlakunya ketentuan ini mengakibatkan sebagian penerimaan Kepala Desa dan Perangkat Desa menurun karena seluruh penerimaan desa (termasuk dari tanah bengkok) harus dicatat dalam rekening kas desa sesuai pasal 91 PP No. 43/2014. Berawal dari sini Perangkat Desa merasakan keresahan, karena tanah bengkok yang dulunya seutuhnya dikelola oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa sekarang berbanding terbalik hanya beberapa saja diperuntukkan Pamong Desa. Hal ini menjadikan Kepala Desa dan Perangkatnya merasa kurang begitu dijamin dan diabaikan, dan merasa kurang begitu diperhatikan masalah tunjangannya. Tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa masing-masing kas Desa berbeda satu sama lain. Sekretaris Desa masih berhak mendapatkan tunjangan dari kas Desa. Sebab Sekretaris Desa yang sudah mengantongi SK PNS hanya

4 mendapatkan gaji pokok saja dari APBD. Kepala Desa dan Perangkat Desa non PNS yang justru mendapatkan tunjangan dari APBD. 5 Jika tanah bengkok dipotong 70 persen, maka penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa akan sama saja atau malah semakin kecil dari sebelum ada tunjangan yang bersumber dari bantuan desa yang dikucurkan pemerintah pusat. Aparat Desa merasa kebijakan Pemerintah yang baru ini merugikan mereka karena gaji Aparat Desa menurun. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. 6 Dengan adanya kebijakan baru bahwa tanah begkok tidak lagi seutuhnya menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa maka hal ini akan mempengaruhi kinerja Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa dan Perangkat Desa menjadi kurang semangat kerja karena ditariknya tanah bengkok, sebab tanah bengkok merupakan salah satu penyebab semangatnya Kepala Desa dalam bekerja, tanah bengkok juga menjadi andalan pendapatan Kepala Desa. Dalam berita Jatim ratusan Kepala Desa dan Perangkat Desa se-sidoarjo termasuk Kecamatan Waru, meluruk Pendopo Delta Wibawa Kabupaten Sidoarjo. Para Kades dan Perangkatnya yang tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa (PKD) Kabupaten Sidoarjo itu menuntut kesejahteraan dan kebijakan dalam soal perijinan pembangunan dan lainnya, melibatkan desa. Di antara tuntutan PKD itu, 5 http://mataairradio.com/teknologi/kades-dan-perangkat-desa-kembali-pertanyakan-tunjangan (diakses minggu, 14 juni 2015, 13:59) 6 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, pengertian dan masalah (Jakarta: PT Prestasi kerja karyawan, 2006), 34.

5 segera ditetapkannya Perbup tentang tata cara pengalokasian alokasi dana desa sesuai PP No 43 tahun 2014. Perangkat Desa juga menuntut agar tanah bengkok pengelolaannya harus dikembalikan ke Desa. 7 Dengan demikian Aparat Desa berharap tanah bengkok dikembalikan kepada mereka, karena Aparat Desa merasa pendapatannya menurun semenjak munculnya kebijakan baru tersebut. Aparat Desa ingin mengelola tanah bengkok kembali karena tanah bengkok merupakan salah satu sumber penghasilan yang terjamin bagi mereka maka dari itu Aparat Desa melakukan aksi demo. Dalam penelitian ini mengapa kami memilih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, karena dalam Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat beberapa Kepala Desa dan perangkat desa yang menolak kebijakan pemerintah pada pasal 100 PP 43 tentang Belanja Desa mengenai tanah bengkok yang 70% diperuntukkan kepada masyarakat dan juga pembangunan desa sedangkan 30% untuk Kepala Desa beserta Perangkat Desa. Di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat beberapa Perangkat Desa yang menolak isi UU Desa tersebut sehingga muncul kelompok demo yang melakukan aksinya, seperti yang dilakukan beberapa Perangkat Desa di Kecamatan Waru karena Perangkat Desa menuntut agar pengelolaannya tanah bengkok dikembalikan ke Desa. Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini menuntut masalah pengelolaan tanah bengkok harus dikembalikan ke desa karena untuk ganjaran Kepala Desa dan Perangkat Desa. 7 http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/233159/ratusan_kades_sidoarjo_demo_tuntut_keseja hteraan.html (diakses kamis 21 mei 2015, 07:22)

6 Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai Tanah Bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis menyajikan rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014? 2. Bagaimana kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015? 3. Seberapa besar pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014 2. Mendeskripsikan kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015

7 3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di KecamatanWaru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. D. Manfaat penelitian Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis paparkan beberapa manfaat dari peneilitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang khususnya tentang politik. Secara akademis, penelitian ini diharapkan juga mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya dan khususnya kepada mahasiswa Prodi Filsafat Politik Islam. 2. Manfaat Praktis Pada segi praktis, manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah mampu memberikan landasan berpikir dalam menanggapi pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo. E. Batasan Masalah Penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian Pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 sebagai berikut:

8 1. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai tanah bengkok pasca adanya UU No Desa 6 tahun 2014. Pada PP No 72 tahun 2005, disebutkan bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang seutuhnya diperuntukkan bagi gaji Pamong Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa sebaliknya dalam UU No 6 tahun 2015 PP 43 bahwa tanah bengkok 70% diperuntukkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mendanai pelaksanaan pembangunan sedangkan 30% menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa yakni penghasilan tetap dan tunjangan. 2. Kinerja perangkat desa yang dimaksud di sini adalah kinerja dalam hal memberikan pelayanan umum seperti pembuatan KTP, pembuatan sertifikat tanah, pembuatan KK, pembuatan akte kelahiran. 3. Perangkat Desa yang dimaksud di sini adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Keuangan, Kepala Dusun, Kasi Tramtib, Kasi Yanmu, Kasi Bang, Kasi Kesra dan BPD. F. Definisi Operasional Persepsi Perangkat Desa :Persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu. 8 Perangkat Desa 8 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi CV. Andi Offset, 2003), 54.

9 yang dimaksud disini adalah bagian dari unsur Pemerintah Desa yang terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya yang merupakan Aparatur Pemerintah Desa di bawah naungan Kepala Desa. Jadi yang dimaksud Persepsi Perangkat Desa merupakan suatu kesan Perangkat Desa terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu. Tanah Bengkok :Lahan garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga desa namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolahnya. 9 Kinerja Perangkat Desa :Suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan 9 http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_bengkok (diakses pada 15 April 2015, 12:17)

10 kesungguhan serta waktu. 10 Jadi Kinerja Perangkat Desa merupakan suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. G. Sistematika Pembahasan BAB I : Pendahuluan. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah,, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II : Landasan Teori. Dalam bab ini akan membahas mengenai Teori Persepsi, Teori Kinerja, Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis. BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian dan Indikator, Jenis Data dan Sumber Data (Data Kualitatif dan Data Kuantitatif), Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan Dokumentasi) Analisis Data BAB IV :Penyajian Data. Pada bab ini akan membahas mengenai Deskripsi Lokasi Penelitian, Struktur Organisasi Kecamatan Waru, Karakteristik Responden, Penyajian Data dan Pengujian Hipotesis BAB V : Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian. Pada bab ini nantinya akan menganalisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014, Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, dan Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai 10 Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen Dasar, pengertian dan masalah (Jakarta: PT Prestasi kerja karyawan, 2006) 34

11 tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. BAB VI : Penutup. Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN