Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan Pertanian, Kanal, Konflik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode, Pendekatan, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di Jln Raden Saleh, Kampus II Universitas Negeri Gorontalo, Kota

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. baru saja diadakan pemilihan kepala dusun atau biasa disebut Dukuh, disini. menjabat yakni pada usia dukuh 65 tahun.

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan sebuah penelitian ilmiyah untuk mencapai tujuan yang sudah di. akan menghasilkan suatu penelitian yang maksimal.

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana peneliti berusaha

BAB III METODE PENELITIAN. Saebani (2008 : 123) menyatakan sebagai berikut: Penelitian dilakukan di MAN Yogyakarta 3, yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena terikat dengan nilai-nilai yang dibawa peneliti dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, melalui pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink ingin tahu yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terselesaikannya suatu penelitian. Adapun penelitian ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan untuk dapat memperoleh sumber data yang valid, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian keterpinggiran perempuan Hindu pekerja Hotel Berbintang Lima,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan

Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dan faktor-faktor yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Suwawa Kabupaten Bone Bolango selama ± 6

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian, data dan jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dalam pelaksanaan zakat sebagai pengurang pajak penghasilan.

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam

BAB III METODE PENELITIAAN. Brebes Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan diwilayah tersebut karena

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2012:3) bahwa,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. Alokasi waktu dalam penelitian ini berlangsung selama 2 bulan sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang

BAB III METODE PENELITIAN. alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN. kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. baik. Begitu pula dengan penelitian ini, sehingga tujuan dari penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. Dengan pengambilan sampel secara purposive random sampling yakni

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk mengetahui

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jalan Wates-Yogya KM 02, Kecamatan Pengasih,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran , yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. ditujukan untuk menganalisis secara mendalam dan mendeskripsikan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. ibu rumah tangga yang belum memahami benar bagaimana status gizi yang baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab III ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut: (1) Pendekatan

seperti pendapat Masyhuri dan Zainuddin (2008; 19) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penelitian yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan

Transkripsi:

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian (Suatu Penelitian di Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila) Deliana Dj. Yusuf NIM 281 409 079 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. A B S T R A K Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang proses alih fungsi lahan pertanian menjadi kanal, keadaan petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan pertanian menjadi kanal, dan dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi kanal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat petani di Kelurahan Oluhuta yang terkena kebijakan alih fungsi lahan dan salah satu pejabat Biro Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Proses alih fungsi lahan pertanian di Kelurahan Oluhuta belum berjalan dengan baik karena kurangnya perencanaan yang matang dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari sejak awal tidak ada sosialisasi dari pemerintah sehubungan dengan pembangunan kanal yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. (2) Sebagian besar petani lahan sawah merasa kesulitan dengan adanya alih fungsi lahan yang menyebabkan berkurangnya pendapatan petani, terlebih lagi justru lebih menyulitkan kehidupan petani penggarap dan buruh tani yang menggantungkan kebutuhan hidup keluarganya pada lahan pertanian. Lain halnya dengan petani lahan kebun yang merasa untung karena sebelumnya lahan kebun yang tidak membuahkan hasil, tetapi dengan adanya ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah sudah dijadikan sebagai modal. (3) Alih fungsi lahan pertanian mengakibatkan semakin menyempitnya lahan pertanian dan juga menimbulkan konflik antara pihak pemerintah, aparat kepolisian, dan juga masyarakat yang tidak mau menyerahkan lahannya untuk dialih fungsikan menjadi kanal. Sebagai saran untuk Pemerintah bahwa dalam melaksanakan pembangunan agar di upayakan untuk tidak menggunakan lahan pertanian. Karena hal ini dapat mengakibatkan alih fungsi lahan yang tentunya dapat mengancam kehidupan petani yang menggantungkan kebutuhan hidup keluarganya pada lahan pertanian. Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan Pertanian, Kanal, Konflik

Pendahuluan Luas lahan sawah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 2.020 hektar dan lahan bukan sawah seluas 53.211 hektar. Berdasarkan data tentang keadaan luas areal lahan baik sawah maupun bukan sawah di wilayah Bone Bolango terlihat bahwa kondisi luas lahan sangat mendukung masyarakat khususnya masyarakat petani dalam melakukan usaha dalam bidang pertanian 1. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan dinamika pembangunan, telah menggeser pemanfaatan lahan, yang akhirnya menimbulkan kompleksitas permasalahan lahan yang semula berfungsi sebagai lahan pertanian, berangsurangsur berubah menjadi lahan non pertanian. Proses alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, selain menghilangkan kesempatan reproduksi pangan dan aktifitas pertanian lainnya, juga semakin mengurangi kesempatan usaha yang pada akhirnya mengancam pendapatan petani. Kemudian dengan terjadinya alih fungsi lahan tersebut luas lahan sawah semakin menyempit, hal tersebut sangat memprihatinkan, sebab kondisi perubahan fungsi pertanian ke non-pertanian sangat signifikan, sehingga proses alih fungsi tersebut sangat membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat petani pada umumnya. Fenomena yang selama ini terjadi menunjukkan bahwa pada dasarnya proses pembangunan di pedesaan di tandai dengan berbagai perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat misalnya berubahnya sektor pertanian ke sektor non pertanian. 2 Aktivitas pembangunan yang berlangsung di segala bidang, menyebabkan peningkatan kebutuhan jumlah lahan yang tidak sedikit. Pembangunan ini pada akhirnya menyebabkan lahan yang dapat dimanfaatkan semakin terbatas, Negara Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris akan kehilangan identitasnya, jika program yang dicanangkan hanya terfokus pada proses pembangunan infrastruktur belaka, kondisi demikian pula yang terjadi terjadi dalam pembangunan kanal di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango 1 2 Dari data BPS tahun 2011, Rauf A. Hatu, 2010. Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Perkebunan Tebu Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Perubahan Sosial Petani Di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo). Disertasi. Malang: Program Doktor Ilmu Pertanian Minat Sosiologi Pedesaan. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Hlm, 2

yang dimulai pada tahun 2007 silam. Pembangunan Kanal Tamalate-Bone merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah untuk menanggulangi banjir yang setiap tahun melanda Kota Gorontalo dan daerah sekitarnya. Sebagaimana yang diketahui bahwa pembangunan kanal tentunya membutuhkan lahan yang tidak sedikit jumlahnya. Hal yang dilakukan oleh pemerintah secara konseptual, memang sangatlah progres, namun demikian, dengan pembuatan kanalisasi sangat membutuhkan lahan yang cukup luas dan ini akan berakibat pada peng-alihfungsian lahan-lahan milik petani yang masih produktif untuk dijadikan laha pertanian, hal ini akan memunculkan permasalahan yang cukup kontradiktif di kalangan petani. Berdasarkan penjelasan Pejabat Biro Pemerintahan Provinsi, pembangunan Kanal Tamalate-Bone yang terdapat di Kecamatan Kabila membutuhkan lahan seluas 142.500 meter persegi. Namun dalam kenyataannya pembangunan kanal tersebut belum terselesaikan dengan baik karena masih adanya penolakan keras dari masyarakat di Kelurahan Oluhuta yang tidak mau memberikan lahannya untuk dijadikan sebagai area pembangunan kanal. Lahan yang digunakan untuk pembangunan kanal di Kelurahan Oluhuta terdiri dari lahan sawah seluas 26.314,15 meter persegi dan luas lahan bukan sawah 58.900 meter persegi. Situasi ini tentunya menimbulkan kerisauan dan kesulitan bagi petani yang tentunya dapat mengancam pendapatan petani yang akhirnya ancaman tersebut arusnya ke masalah ekonomi masyarakat, selain itu juga dapat menyebabkan menyempitnya luas lahan pertanian. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif karena merupakan suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. 3 Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif untuk memberikan gambaran terhadap persoalan-persoalan yang di angkat dalam penelitian ini sekaligus 3 Djam an Satori Dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hlm 25

penjelasan masalah tentang fenomena yang ditemukan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Daerah ini menarik diteliti karena merupakan daerah alih fungsi lahan. Dimana sebelumnya lahan tersebut merupakan area perladangan/persawahan milik masyarakat, namun dengan adanya kebijakan pemerintah dalam menanggulangi banjir maka daerah tersebut dijadikan sebagai area pembangunan kanal. Penelitian tentang Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan terhitung sejak penyusunan proposal skripsi sampai dengan penyusunan hasil penelitian. Fase terpenting dalam penelitian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu : a. Observasi Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku subjek secara luas, mampu menangkap berbagai macam interaksi. Syaodih N menyatakan bahwa observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan Margono mengungkapkan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan data secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 4 Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat penuh karena kedudukan antara peneliti dengan yang diteliti dipisah oleh satu dinding pemisah yang hanya meneruskan informasi satu arah saja. Subjek merasa tidak sedang diamati. b. Wawancara Dalam penelitian ini wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian 4 Djam an Satori Dan Aan Komariah. Ibid. Hlm 104-105

dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya. 5 Dalam melakukan penelitian mengenai dampak alih fungsi lahan pertanian, peneliti melakukan teknik wawancara guna memperoleh informasi yang mendalam mengenai masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan secara informal mengingat bahwa subyek telah mengenal peneliti, sehingga memungkinkan kegiatan ini dapat berinteraksi secara alamiah. Pelaksana tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini sejumlah 20 orang, yakni masyarakat petani di Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila yang terkena dampak alih fungsi lahan pertanian dan juga salah satu pejabat Biro Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Informan dipilih karena memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan. Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti menggunakan alat bantu antara lain : buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data, tape recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan, dan kamera digunakan untuk memotret ketika peneliti sedang berbicara dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data. Analisis data dalam melakukan penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Nasution menyatakan analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. 6 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data diantaranya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. 7 5 Ibid Hlm 129 6 Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hlm 89 7 Tjepjep Rohendi Rohidi. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia. Hlm 16-18

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis tetapi merupakan bagian dari analisis. Pilihanpilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya. 2. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan-berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. 3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian berlangsung. Verivikasi dilakukan penganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. singkatnya makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya dan kegunaannya. Pembahasan Sejarah Oluhuta berawal dari perjalanan Raja Ilahudu dari Suwawa (Biluhudu) pada tahun 859 M. Kelurahan Oluhuta merupakan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan luas wilayahnya 9800 km 2. Kelurahan Oluhuta merupakan Kelurahan dataran rendah dan sepertiga wilayahnya merupakan areal persawahan. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan

Oluhuta sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Poowo Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Luwohu, Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tumbihe, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Padengo 8. Kelurahan Oluhuta memiliki kelompok tani dengan kelas kemampuan pemula. Kelompok tani tersebut terdiri dari kelompok tani padi sawah, kelompok tani jagung, dan kelompok wanita tani yang mengusahakan pengelolaan pasca panen juga pemanfaatan pekarangan. Tabel 1. Data Kelompok Tani Nama Jumlah Jenis No Kelompok Pengurus Anggota Usaha Hektar Ekor Tani 1. Sertak 1 Abd. Tanaman Hisam Pangan/ 20,45 35 Nasaru Sawah 2. Bina Tani Zubair 25 Jagung 15 Harun 3. Mawar Putih Wini 10 1,43 Isima Sumber : Kantor Kelurahan Oluhuta, 2012 Data pada tabel 6 diatas menunjukkan bahwa kelompok tani masih berkelas kemampuan pemula, maka perlu dilakukan kegiatan pembinaan untuk mengembangkan fungsi kelompok tani. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan kelas-kelas kelompok tani. A. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Berdasarkan hasil penelitian dilakukan di Kecamatan Kabila dengan mengambil lokasi di Kelurahan Oluhuta bahwa Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, telah terjadi alih fungsi lahan untuk pembangunan Kanal Tamalate-Bone, guna menanggulangi bahaya banjir yang 8 Sumber : Kantor Kelurahan Oluhuta, 2012

sering melanda Kota Gorontalo. Proses alih fungsi lahan tersebut membutuhkan lahan seluas kurang lebih 14 Ha yang seluruhnya berada di Kecamatan Kabila yaitu masing-masing Desa Poowo, Poowo Barat, Oluhuta Utara, dan Kelurahan Oluhuta. Dari ke empat lokasi tersebut terdapat kurang lebih 152 bidang tanah yang akan dialih fungsikan untuk pembangunan kanal tersebut. Alih fungsi lahan untuk pembangunan kanal di Kabupaten Bone Bolango dilakukan melalui musyawarah. Kegiatan musyawarah antara panitia dan para pemegang hak atas tanah dipimpin oleh Ketua Panitia Provinsi Gorontalo. Kelurahan Oluhuta menimbulkan kontradiksi yang cukup besar dalam proses alih fungsi lahan. Hal ini karena sebagian besar masyarakat menolak lahannya dialih fungsikan untuk pembangunan kanal. Penolakan tersebut ditandai dengan permohonan/sikap tertulis yang diajukan kepada Gubernur. Pokok dari penolakan tersebut yaitu, masyarakat memohon agar Pemerintah Provinsi Gorontalo dapat memindahkan lokasi pembangunan kanal di luar wilayah Kecamatan Kabila ke tempat yang layak untuk pembangunan kanal, yakni daerah yang sering rawan banjir. Hal ini juga disertai dengan alasan penolakan pembangunan kanal, yaitu sebagai berikut : 1. Pidato/instruksi Presiden kepada Gubernur, Bupati, dan Walikota se Indonesia untuk tidak menjadikan lahan pertanian/sawah untuk pembangunan 2. Biayanya tinggi dan tidak akan menjamin Kota Gorontalo terbebas dari banjir kiriman 3. Dari tahun ke tahun, dampak sosial/kerugian yang ditimbulkan akan dirasakan oleh rakyat secara turun temurun 4. Secara sistematis, pembangunan kanal hanya akan menyengsarakan masyarakat, sebab baik pemilik lahan pertanian/sawah maupun petani penggarap yang menggantungkan kehidupan keluarganya akan kehilangan sumber mata pencaharian, serta tempat tinggal dan harta warisan

5. Secara teknis, kanal tidak layak dibangun di wilayah Kecamatan Kabila, sebab dal galiannya melebihi kedalaman Sungai Bone. Dalam hal ini perbedaan ketinggian/elevasi tanah antara dataran tertinggi di Kelurahan Oluhuta dengan permukaan air Sungai Bone pada saat surut tidak lebih dari 2 (dua) meter 6. Sesuai hasil survei dengan menggunakan alat canggih, bentuk elevasi tanah di bagian Selatan (muara kanal) lebih tinggi dari Utara (titik 0) 7. Pada saat terjadi banjir di bagian Utara, air dari lima anak sungai dengan kapasitas debit air yang besar akan disalurkan ke kanal dan di alihkan ke Sungai Bone. Hal ini justru akan memperburuk kondisi wilayah pesisir sepanjang Sungai Bone 8. Besar kemungkinan kanal dengan fasilitas wisata baharinya akan menjadi pusat transaksi esek-esek serta tempat maksiat disamping menjadi sarana pembuangan sampah dan tinja secara besar-besaran. Sumber : Dokumen Formasi Masyarakat Kelurahan Oluhuta Adapun solusi yang di berikan masyarakat kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo diantaranya : 1. Tindak tegas para pembabat hutan dan berantas illegal logging 2. Relokasi hunian penduduk dan tempat usaha yang ada di bantaran sungai 3. Perlebar/normalisasi Sungai Bone dan Delta di Muara Sungai (pelabuhan)serta semua anak sungai termasuk jembatan lintas/saluran air yang tersumbat di Kota Gorontalo 4. Fungsikan kembali lima saluran air yang melintasi jalan raya utara area persawahan ke selatan Sungai Bone mulai dari Eks. RSU Aloei Saboe hingga pasar minggu suwawa 5. Buatkan saluran yang baru ukuran lebar 1,5 sampai dengan 2 M melintasi jalan raya pada setiap jarak 800-1000 M, dan saluran pembuangan langsung (drainase) ke Sungai Bone dengan lebar 0,80-100 cm, mulai dari Kelurahan Ipilo depan eks RSU Aloei Saboe hingga pasar minggu suwawa. Sumber : Dokumen Formasi Masyarakat Kelurahan Oluhuta

Akan tetapi, alasan penolakan alih fungsi lahan dan solusi yang diberikan oleh masyarakat tidak membuahkan hasil/tanggapan positif dari pihak pemerintah. Pemerintah justru bersikeras untuk tetap melanjutkan pembangunan kanal tersebut. Sehingga hal ini menimbulkan konflik antara pemerintah dan warga pemilik lahan. B. Keadaan Petani Sebelum Dan Sesudah Alih Fungsi Lahan Pertanian Alih fungsi lahan pertanian saat ini sudah menjadi permasalahan yang cukup meresahkan masyarakat petani. Petani yang pada mulanya tergolong cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, namun seiring dengan bergulirnya waktu, alih fungsi lahan pertanian mengakibatkan keadaan petani semakin memburuk dan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Seperti halnya lahan pertanian di Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila yang di alih fungsikan menjadi area pembangunan kanal. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa lahan pertanian yang dialih fungsikan yaitu sejumlah 38 (tiga puluh delapan) petak, yaitu terdiri dari 19 (sembilan belas) petak lahan sawah dengan luasan 2,631415 Ha dan 19 (sembilan belas) petak lahan kebun seluas 5,8900 Ha. Hal ini tentunya dapat menyulitkan petani, mengingat bahwa sebagian besar masyarakat di Kelurahan Oluhuta menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian. Dari data yang diperoleh di Kelurahan Oluhuta, penulis melihat bahwa sebagian besar masyarakat merupakan petani lahan sawah sekaligus sebagai penggarap. Kebanyakan dari petani memiliki lahan sawah lebih dari satu petak, ditambah lagi dengan sawah milik orang lain yang digarap. Sehingga dengan adanya hasil panen setiap tiga bulan sekali cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil panen tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sisanya sebagai persediaan untuk makan selama tiga bulan sebelum panen tiba. Saat ini, penghasilan petani sudah berkurang setelah adanya alih fungsi lahan. Hasil panen yang biasanya diterima enam belas karung bahkan ada yang mencapai satu ton, kini tidak ada lagi. Yang lebih menyedihkan yaitu kehidupan buruh tani yang hanya menggantungkan hidupnya pada lahan sawah milik petani yang lahannya terkena kebijakan alih fungsi. Belum lagi petani yang diperhadapkan

dengan sulitnya mencari lahan sawah pengganti yang telah musnah. Olehnya itu, uang ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah sebagian besar digunakan untuk memperbaiki rumah. Adapun untuk petani yang hanya memiliki satu petak lahan dan telah musnah, uang ganti rugi atas penjualan tanah digunakan sebagai modal. Kondisi tersebut lebih banyak dialami oleh petani lahan kebun. Dalam hal ini, semua dikembalikan lagi kepada petani. Jika petani pandai memanfaatkan uang ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah, walaupun ganti rugi yang diberikan sangat rendah, tetapi bila digunakan dengan semestinya, tentu akan mendapatkan hasil yang baik. Namun jika petani hanya memanfaatkannya untuk hal-hal yang tidak penting, maka jelas dikemudian hari akan merasa rugi. Selama ini, hampir setiap pemilik tanah, khususnya bagi petani yang terkena alih fungsi lahan merasa dirinya tertekan, dimulai dari tekanan berupa uang ganti rugi yang tidak wajar, sulitnya mencari lahan baru sebagai pengganti lahan sawah/kebun yang telah musnah untuk tetap melanjutkan hidup keluarga petani, masih di tambah lagi dengan menyempitnya lahan pertanian. Setiap petani yang terkena alih fungsi lahan, pasti selalu mengharapkan tingkat kehidupan yang lebih baik, atau paling tidak sama dengan kondisi sebelumnya. Apabila para korban alih fungsi lahan ternyata akan menghadapi kehidupan yang lebih rendah dari sebelum lahannya di alih fungsikan tentu akan terjadi gejolak sosial demi mempertahankan keberadaan hidupnya. C. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila, penulis melihat bahwa dampak alih fungsi lahan pertanian yaitu : Pertama; Dengan adanya alih fungsi lahan maka secara langsung memusnahkan lahan pertanian yang mengakibatkan semakin menyempitnya lahan pertanian, berkurangnya pendapatan petani, bahkan menghilangkan mata pencaharian buruh tani Kedua; Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk membangun kanal di Kecamatan Kabila, yang sebagian besar lahan yang di gunakan merupakan areal pertanian. Maka, hal tersebut tentunya menimbulkan sentimen masyarakat

terhadap pemerintah, karena pemerintah dianggap tidak memikirkan kehidupan masyarakat petani khususnya di Kelurahan Oluhuta Ketiga; alih fungsi lahan mengakibatkan terjadinya konflik antara pemerintah dan masyarakat yang tidak mau menyerahkan lahannya, selain itu juga pihak keluarga yang saling merebutkan uang ganti rugi harga jual tanah. Penutup Simpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1) Proses alih fungsi lahan di Kecamatan Kabila, khususnya di Kelurahan Oluhuta belum berjalan dengan baik, karena kurangnya perencanaan yang matang dari Pemerintah dan hanya berkesan mengutamakan formalitas daripada realitas. Karena sejak awal tidak ada sosialisasi dari pihak Pemerintah sehubungan dengan pembangunan kanal yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Sehingga masyarakat yang tidak memahami dengan maksud dari pembangunan kanal, menolak hal tersebut 2) Sebagian besar petani lahan sawah merasa kesulitan dengan adanya alih fungsi lahan yang menyebabkan berkurangnya pendapatan petani, terlebih lagi justru menyulitkan kehidupan petani penggarap dan buruh tani yang menggantungkan kebutuhan hidup keluarganya pada lahan pertanian, selain itu juga masyarakat yang diperhadapkan dengan sulitnya mencari lahan sawah yang baru. Sedangkan bagi petani lahan kebun merasa untung karena pada awalnya lahan kebun miliknya yang tidak membuahkan hasil,

tetapi dengan adanya ganti rugi dari pihak pemerintah sudah dijadikan sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari 3) Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian tentunya memusnahkan lahan pertanian yang mengakibatkan semakin menyempitnya lahan pertanian. Selain itu, munculnya sentimen masyarakat terhadap pemerintah dan juga mengakibatkan terjadinya konflik antara pihak pemerintah, aparat kepolisian dan masyarakat. Saran Memperhatikan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut : 1) Pemerintah sebagai pengambil kebijakan diharapkan kiranya dalam melaksanakan program-program pembangunan khususnya yang mengakibatkan alih fungsi lahan agar dapat mensosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat, sehingga program-program pembangunan yang dilaksanakan nantinya dapat berjalan dengan baik 2) Diharapkan kepada pemerintah bahwa dalam melaksanakan pembangunan agar dapat di upayakan untuk tidak menggunakan lahan pertanian. Karena hal ini dapat mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian yang tentunya dapat mengancam kehidupan petani yang menggantungkan kebutuhan hidup keluarganya pada lahan pertanian 3) Selayaknya pemerintah memberikan perlindungan kepada warganya, terutama para korban alih fungsi lahan pertanian. Kepekaan pemerintah

untuk mengantisipasi semua permasalahan sangat dituntut terutama untuk kejadian-kejadian yang sifatnya membawa kesengsaraan dan keresahan terhadap masyarakat petani.

DAFTAR PUSTAKA Hatu, Rauf. 2010. Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Perkebunan Tebu Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Perubahan Sosial Petani Di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo). Disertasi. Malang: Program Doktor Ilmu Pertanian Minat Sosiologi Pedesaan. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Satori, Djam an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tjepjep Rohendi Rohidi. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Badan Pusat Statistik, tahun 2011

CURICULUM VITAE 1. Riwayat Hidup Nama : Deliana Dj. Yusuf NIM : 281 409 079 Fakultas Jurusan/Prodi : Ilmu Sosial : Sosiologi Tempat/Tanggal Lahir : Gorontalo, 24 Desember 1991 Agama Alamat : Islam : Kel. Padengo, Kec. Kabila, Kab. Bone Bolango 2. Riwayat Pendidikan A. Pendidikan Formal Lulus Sekolah Dasar Negeri Padengo Tahun 2003 Lulus SLTP Negeri 1 Kabila Tahun 2006 Lulus SLTA Negeri 1 Kabila Tahun 2009 Tingkat Perguruan Tinggi Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Sosiologi B. Pendidikan Non Formal Menjadi peserta Pembinaan Belajar di Kampus Tahun 2009 Menjadi peserta Bakti Sosial di Kecamatan Tilamuta Tahun 2009 Menjadi peserta PKL di Sulawesi Utara, Manado Tahun 2011 Menjadi peserta KKS di Kecamatan Lemito Tahun 2012