KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE)

REPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republ

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PAS KECIL UNTUK KAPAL KURANG DARI 7 GROSSE TONNAGE

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder

NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR

2014, No.1090 NOMOR PM 71 TAHUN 2013 Contoh 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

DOKUMEN YANG HARUS ADA DI KAPAL

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III KESELAMATAN PELAYARAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

KESELAMATAN PELAYARAN DI TINJAU DARI UU NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN. Jumaizi Stimart-AMNI ABSTRAKSI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nom

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : KM 73 Tahun 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU MENTERI PERHUBUNGAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TAT A KERJA KANTOR PELABUHAN BATAM

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

KAJIAN TEKNOLOGI KAPAL DAN POLA PELAYANAN PELAYARAN- RAKYAT SEBAGAI MASUKAN UNTUK PEMBERDAYAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

Laporan Investigasi Kecelakaan Kapal Laut

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

SURAT EDARAN Nomor: 581/SJ/PS.210N1I TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT SURVIVAL CRAFT AND RESCUE BOAT (SCRB)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 997 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL

: Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 s/d 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 JAKARTA-10110 TEL. : 3811308,3505006,3813269,3447017 3842440 Pst. : 4213,4227,4209,4135 TLX : 3844492, 3458540 Fax : 3811786, 3845430, 3507576 SURAT EDARAN Nomor : 0<v\. QOVaA/PV:- TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN PENAMBAHAN KAPASITAS KAPAL PENGANGKUT PENUMPANG DALAM MENGHADAPI HARI BESAR NASIONAL 1. Dasar: a. Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran; b. Keputusan Presiden No. 43 tahun 1979 tentang Mengesahkan "Protocol on Space Requirements For Special Trade Passenger Ships, 1973, Sebagai Hasil International Conference On Space Requirements For Special Trade Passenger Ships, 1963, Yang Telah Diadakan Di London, Pada Tanggal 30 Juli 1973, (STP 73); c. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan; d. KM. 65 Tahun 2008 tentang Standar Kapal Non-Konvensi Berbendera Indonesia; 2. Sehubungan dengan adanya kebutuhan untuk menghitung kapasitas penumpang pada saat menghadapi hari besar, Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, maka kapal penumpang dan kapal ferry ro-ro dalam menghitung kapasitas penumpang harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal sebagai berikut: a. jumlah tambahan penumpang pada ruangan yang masih bisa digunakan harus memenuhi perhitungan sebagai berikut: TEMPAT LAMA PELAYARAN PERUNTUKAN RUANGAN MINIMUM SETIAP PENUMPANG Geladak Cuaca (Hanya selama musim cuaca baik) Geladak Atas Kurang dari 24 jam 0.74m 2 (8 kaki persegi) 24 jam keatas tetapi kurang dari 72 jam 1.12m 2 (12 kaki persegi) Kurang dari 24 jam 0.74m 2 (8 kaki persegi) 24 jam keatas tetapi kurang dari 72 jam 1.12m 2 (12 kaki persegi) Model Takah 02 Mentaati/

Geladak - Antara Atas Geladak - Antara Bawah Kurang dari 24 jam 24 jam keatas tetapi kurang dari 72 jam Kurang dari 24 jam 24 jam keatas tetapi kurang dari 72 jam 0.88m2 (9.5 kaki persegi) 1.12m 2 (12 kaki persegi) 0.88m 2 (9.5 kaki persegi) 1.40m 2 (15 kaki persegi) b. Ruangan yang akan dimanfaatkan harus memenuhi persyaratan antara lain: 1) Terlindung dari cuaca buruk; 2) Memiliki ventilasi yang cukup; 3) Terpisah dari ruangan yang menimbulkan panas misalnya kamar mesin, dapur dll; 4) Ketentuan lainnya yang berkaitan dengan persyaratan untuk ruang penumpang. c. Ruangan untuk Mandi Cuci kakus (MCK) harus tersedia dengan perhitungan untuk jumlah pelayar diatas kapal sesuai dengan persyaratan pada peraturan Scheepen Verordening (SV) 1935; d. Alat penolong terkait Survival Craft seperti Sekoci Penolong, Inflatable Life Raft (ILR) ataupun Rigid Life Raft harus dapat menampung minimal 125% dari jumlah total pelayar dan Sekoci Penyelamat untuk kapal tertentu yang sesuai persyaratan; e. Baju penolong (Life Jacket) orang dewasa minimal harus berjumlah 105% dari jumlah total pelayar ditambah baju penolong anak-anak minimal harus berjumlah 10% dari jumlah total pelayar. Apabila dalam suatu kesempatan diketahui bahwa jumlah penumpang anak-anak yang ikut dalam perjalanan lebih dari 10% jumlah total pelayar, maka jumlah baju penolong ukuran anak-anak yang harus ada diatas kapal minimal harus sejumlah penumpang anak-anak yang diangkut; f. Apabila terjadi perubahan konstruksi yang dilakukan untuk perhitungan jumlah penumpang yang dapat ditampung, maka harus dilakukan perhitungan stabilitas, perhitungan kecepatan evakuasi darurat dan sesuai dengan persyaratan lainnya yang berlaku; g. Harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal antara lain termasuk keselamatan konstruksi, perlengkapan dan radio, stabilitas, garis muat kapal, keamanan, manajemen keselamatan, pengawakan dan pencegahan pencemaran dari kapal yang telah ditetapkan; h. Nahkoda kapal harus melaksanakan "self assessment" terkait memungkinkan atau tidaknya kapal menambah penumpang yang dilaporkan kepada pejabat pemeriksan keselamatan kapal sebelum

3. Kapal pengangkut penumpang yang akan mengajukan perhitungan ulang kapasitas penumpang dalam menghadapai hari besar nasional dapat mengajukan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang diberikan kewenangan; 4. Contoh perhitungan kapasitas penumpang terlampir; 5. Dengan diterbitkannya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Dirjen Hubla No. 49/DPP/DK-10 tanggal 12 Juli 2010 tentang Kapal Penumpang PT. Pelni dan Ferry Ro-ro Yang Digunakan Untuk Angkutan Lebaran dinyatakan tidak berlaku lagi; 6. Demikian disampaikan, untuk menjadi perhatian dan pelaksanaannya. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : L Juni 2016 A.N. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT SALINAN Surat Edaran ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Perhubungan RI; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Direktur Jenderal Perhubungan Laut; 5. Kepala Badan PSDM 6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 7. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 8. Para Kepala Bagian di Lingkungan Sekretariat Direktorat jenderal Perhubungan Laut; 9. Para Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 10. Direktur Utama PT. Biro Klasifikasi Indonesia; 11. Direktur Utama PT. PELNI; 12. KETUA DPP INSA; 13. KETUA DPP GAPASDAP.

CONTOH PERHTUNGAN LAPOPvAN HASIL PELAKSANAAN SURVEY KAPAL PT.PELNI KM. BINAIYA DALAM RANGKA DISPENSASI PENUMPANG PERMANENT. Tempat Pemeriksaan : Galangan Kapal DKB (Dok Kodja Bahari) Tg Priuk Hari /Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 27 April 2006 Dasar Pelaksanaan Tugas : 1. Surat Permohonan PT. PELNI nomor Dir. 10/A/I/2006 tanggal 13 Januari 2006 perihal Permohonan Dispensasi Penumpang. 2. Surat Perintah Pelaksanaan Tugas (SPPT) Nomor UK.194/1/8/DK-06 tanggal 19 Januari 2006 tentang Tim Perhitungan Dispensasi Kapal Penumpang PT. PELNI Dari Direktur Perkapalan Dan Kepelautan. 3. Surat PT PELNI Nomor Dir. 120/A/IV/2006 tanggal 17 April 2006. 4. Surat Direktur Perkapalan Dan Kepelautan nomor PK 650/57/6/DK-06 tentang Koordinasi Pelaksanaan Survey Kapal Penumpang PT PELNI. 1

DATA - DATA KAPAL KM.BINAIYA LOA(length Over All) LPP (Length Between P.P) Breadth Moulded Mean Draught Gross Tonnage Dead Weight 99.80 M 90.50 M 18.00 M 4.20 M 6400 GRT 1450 Metr. Tons Jumlah Penumpang Normal (akomodasi Penumpang / Pelayar ) Penumpang Kelas I =14 Orang Penumpang Kelas II = 40 Orang Penumpang Kelas Ekonomi =916 Orang Total Jumlah Penumpang = 970 Orang - ABK Kapal = 87 Orang Total Jumlah Pelayar = 1057 Orang Jumlah Alat-alat Penolong Pada dispensasi sebelumnya - ILR 23 Unit - Life Boat 8 Unit Jumlah Penumpang Tambahan pada dispensasi sebelumnya Tambahan Penumpang Kelas Ekonomi Total Jumlah Penumpang Total Jumlah Pelayar = 355 Orang = 1325 Orang =1412 Orang Jumlah Alat-alat Penolong Pada dispensasi sebelumnya ILR 41 Unit dengan kapsitas 1025 Orang Life Boat 8 Unit dengan kapasitas 756 Orang Total Kapasitas 1781 Orang

HASIL PENGUKURAN RUANGAN KM. BINAIYA mempunyai 8 deck, namun Pengukuran ruangan hanya dilakukan pada ruangan yang ditempati penumpang yaitu di deck 2, deck 3, deck 4, deck 5,deck 6 dan deck 7. Jumlah Penumpang yang ada di sebelumnya adalah jumlah penumpang setiap deck yang dipasangi bangku-bangku tidur. Maka Pengukuran Ruangan untuk dispensasi penambahan penumpang ini dilakukan terhadap ruangan-ruangan yang tidak dipasangi bangku-bangku tidur ( Detail pengukuran dapat dilihat terlampir)

PERHITUNGAN LUAS RUANGAN UNTUK PENAMBAHAN PENUMPANG DECK Deck 2 Deck 3 Deck 4 Deck 5 Deck 6 Deck 7 5.93 1.26 7.43 70.75 20.69 4.70 0.75 1.26 1.57 0.74 25.07 1.28 2.04 2.86 0.74 14.75 1.90 22.57 2.07 6.29 3.90 3.92 13.01 1.68 3.90 4.37 3.92 26.02 1.98 4.30 19.55 17.49 26.02 1.95 4.30 3.90 17.49 2.94 1.82 5.16 2.93 17.64 2.70 5.16 2.42. 1.68 11.66 19.72 2.00 2.46 15.27 19.72 2.34 24.75 7.26 2.42 24.75 2.80 2.91 1.19 2.80 1.29 2.42 3.98 1.19 7.88 0.53 1.33 6.80 0.53 0.65 3.94 0.65 22.30 4.61 1.65 6.97 60.03 129.68 158.25 158.68 92.23 4.70 Dalam Satuan Luas M 2 4

Sesuai dengan Peraturan STP(Konvensi Internasional tentang Persyaratan Ruangan untuk kapal-kapal angkutan penumpang) 71/73 Pasal 11 menyebutkan aturan untuk ruanganruangan yang tdk dipasangi bangku-bangku tidur, harus diukur untuk akomodasi penumpang sedemikian itu dengan ukuran yang ditetapkan dalam tambahan I, dengan memperhatikan tempat ruangan-ruangan ini dan lama pelayaran. Maka untuk menentukan jumlah penumpang yang dapat tertampung ditiap ruangan dideck yaitu A deck = Total Luas ruangan (M 2 ) Dalam Satuan Orang 1,1 M 2 Per Orang Maka 1. Deck 2= 60.03 / 1.12 = 53.60 = 53 Orang 2. Deck 3 = 129.68/ 1.12 = 115.79 =115 Orang 3. Deck 4= 158.25 / 1.12 = 141.29 = 141 Orang 4. Deck 5 = 158.68 / 1.12 = 141.68 = 141 Orang 5. Deck 6 =92.23 / 1.12 = 82.35 = 82 Orang 6. Deck 7 = 4.7/1.12 4.20 =4 Orang 5

HASIL PERHITUNGAN PENAMBAHAN PENUMPANG ( Deck 2 s/d deck 7 ) Ruangan Jumlah Jumlah Penumpang Baru Penumpang Lama Deck 2 53 37 Deck 3 115 86 Deck 4 141 97 Deck 5 141 81 Deck 6 82 54 Deck 7 4 TOTAL 536 355 Maka jumlah dispensasi tambahan penumpang adalah 536 orang. Dimana terdapat peningkatan 181 orang Orang Dari dispensasi sebelumnya (355 Penumpang) 6

RANGKUMAN PERHITUNGAN PENAMBAHAN PENUMPANG,ILR DAN LIFE BOAT PENGUKURAN RUANG PENAMBAHAN TAMBAHAN LAMA TAMBAHAN BARU A/ 1.12 A/0.88 Keterangan DECK 1 DECK 2 Luas = 60.03 M 2 37 DECK 3 Luas = 129.68 M 2 86 DECK 4 Luas = 158.25 M 2 97 DECK 5 Luas = 158.68 M 2 81 DECK 6 Luas = 92.23 M 2 54 Deck 7 53.60 (53) 115.79 (115) 141.29 (141) 141.68 (141) 82.35 (82) 4.20 (4) Luas = 4.7 M 2 68.22 147.36 179.83 180,31 104,80 5.34 TOTAL 355 536 686 Rekapitulasi dgn pembagian A /l. 1 Deck 2 =53 Deck 3 =115 Deck 4 =141 Deck 5 =141 Deck 6 = 82 Deck 7 = 4 Total Kap. Penambahan Penumpang =536 Kapasitas Penumpang Sebelumnya = 970 Total Kapasitas Penumpang =1506 Crew = 87 Total Pelayar = 1593 Orang Perhitungan ILR Tersedia: Depan kiri = 10 Unit Depan Kanan = 10 Unit Belakang Kiri = 15 Unit Belakang Kanan = 16 Unit Total =51 Unit Total ILR = 51 Unit Kapasitas setiap unit @ = 25 Orang Kapasitas ILR = 1275 Orang Kap. Life Boat = 756 Total Alat Penolong telah Tersedia = 2031 Orang Total Alat Penolong yg harus ada, untuk sejumlah = 1593 x 125% = 1991.25 = 1992 Orang 7

KESIMPULAN HASIL PERHITUNGAN > Jumlah ILR tersedia 51 Unit ILR dengan kapasitas 1275 Orang > Jumlah Life Boat tersedia 8 Unit dengan kapasitas tetap 756 Orang Sehingga tersedia alat keselamatan = 1275 + 756 = 2031 > Total penumpang setelah penambahan = 1506 Orang > Total awak kapal termasuk Nakhoda = 87 Orang > Total Pelayar = 1593 Orang Jumlah Kapasitas ILR dan Lifeboat yaitu 2031 Orang ( 125% Pelayar) > Sedangkan untuk Life Jacket Sesuai Peraturan SOLAS 1974 Ch. Ill Maka: Lifejacket total yg harus tersedia = 1593 x 125% = 1992 orang (Crew+ Awak+anak-anak) Lifejacket Crew = 87 Orang x 100% = 87 Orang Lifejacket dewasa yang harus tersedia = 1593 x (100% +5%) = 1673 (Crew+Awak) Lifejacket untuk anak-anak minimal = 1506 x 10% = 151 (Anak-anak) Jakarta, 27 April 2006 Tim Survey Perhitungan Dispensasi Penumpang KM. TIDAR 1. Capt Dahlan MT NIP 2. Ir. Abednego. S NIP 2 3. Ir. M. Syaiful NIP 3 8