STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

- 5 - k. memfasilitasi

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Peluang Jabatan Widyaiswara Utama Berkembang di Lembaga Diklat Pemerintah Daerah Oleh: Irwan Widyaiswara Muda BKPP Aceh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 19 TAHUN 2000 (19/2000) TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

Sekilas tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN Umum

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Uji Kompetensi Pejabat Fungsional Medik Veteriner; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahu

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

III. PENGAWAS BENIH IKAN

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 132/Permentan/OT.140/12/2014 TENTANG PEDOMAN UJI KOMPETENSI PEJABAT FUNGSIONAL MEDIK VETERINER

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KENAIKAN JABATAN/PANGKAT GURU. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas 2017

PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2014, No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA Irfan Choiruddin*) ABSTRAK Terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 14 tahun 2009 menimbulkan kegelisahan di kalangan Widyaiswara. Hal ini dikarenakan perhitungan angka kredit di beberapa kegiatan menjadi semakin kecil apabila dibandingkan dengan peraturan yang sebelumnya. Akibatnya beberapa Widyaiswara harus berhenti karena tidak dapat memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan dalam peraturan tersebut. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan sumbangan pemikiran bagi para Widyaiswara sekaligus usulan pembinaan karir Widyaiswara bagi pimpinan Lembaga Diklat Pemerintah. Dengan pembagian tugas atau beban mengajar yang proporsional dan perencanaan kegiatan yang baik bagi setiap Widyaiswara di setiap jenjang diharapkan tidak terjadi kembali pemberhentian Widyaiswara karena tidak dapat memenuhi angka kredit. I. PENDAHULUAN Salah satu pilar dalam pembangunan nasional adalah sumber daya manusia. Untuk mewujudkan terciptanya sumber daya manusia aparatur yang mempunyai kompetensi tinggi dalam penyelenggaraan negara, tentu diperlukan Lembaga Diklat Pemerintah yang mampu menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sinergi yang baik antara penyelenggara diklat yang handal dan Widyaiswara serta peserta diklat yang mempunyai motivasi belajar yang baik. Sebagai tulang punggung dari lembaga diklat pemerintah Widyaiswara haruslah kompeten dan profesional. Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk mendidik, mengajar,dan/atau melatih PNS pada lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) pemerintah.pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 14 Tahun 2009, Bab V tentang Jabatan dan Pangkat, Pasal 7, ayat 1 disebutkan bahwa jenjang jabatan fungsional Widyaiswara terdiri dari 4 jenjang yaitu : Widyaiswara Pertama, Widyaiswara Muda, Widyaiswara Madya, dan Widyaiswara Utama. Selanjutnya pada ayat 2 diatur lebih lanjut bahwa jenjang pangkat Widyaiswara adalah sebagai berikut : Widyaiswara Pertama adalah 1. Penata Muda, golongan ruang III/a 2. Penata Muda tingkat I, golongan ruang III/b. Widyaiswara Muda adalah 1. Penata, golongan ruang III/c 2. Penata tingkat I, golongan ruang III/d Widyaiswara Madya adalah 1. Pembina, golongan ruang IV/a 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b 59

3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c Widyaiswara Utama adalah 1. Pembina Utama madya, golongan ruang IV/d 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e Sebagaimana jabatan fungsional yang lainnya, Widyaiswara menggunakan angka kredit untuk menentukan prestasi kinerja. Artinya dari angka kredit itulah seorang Widyaiswara akan diangkat dalam jenjang jabatan tertentu. Oleh karena itu selain profesionalitas dan kompetensi, angka kredit menjadi hal yang penting bagi Widyaiswara.Apabila angka kredit Widyaiswara tidak tercapai sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang undangan maka Widyaiswara dapat diberhentikan dari jabatannya. II. PERMASALAHAN Seringkali Widyaiswara mengeluh karena kesulitan mendapatkan angka kredit. Ada permasalahan lain, Widyaiswara sudah sering mengajar tetapi masih kesulitan untuk mendapatkan angka kredit yang bisa memenuhi persyaratanuntuk dapat naik pangkat ataupun naik jabatan sehingga Widyaiswara tersebut harus berhenti di tengah jalan karena diberhentikan. Hal hal diatas seringkali menghambat Widyaiswara untuk mengembangkan karirnya. Penulisan ini bermaksud untuk memberikan usulan pola pengembangan karir Widyaiswara dengan mempertimbangkan pencapaian angka kredit setiap jenjang jabatan Widyaiswara. Harapan dari penulis bahwa pola pengembangan karir Widyaiswara tersebut akan dapat menjawab permasalahan permasalahan diatas. III. PENETAPAN ANGKA KREDIT Secara umum kegiatan Widyaiswara dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan unsur utama dan kegiatan unsur penunjang. Untuk unsur utama dibagi lagi 3 sub unsur utama yaitu Pendidikan, Pengembangan dan Pelaksanaan Diklat dan Pengembangan Profesi. Pada Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 3 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya disebutkan bahwa jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi oleh Widyaiswara untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi adalah sebagai berikut: 1) Paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama. 2) Paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. 3) Dari total keseluruhan angka kredit yang harus dikumpulkan seorang Widyaiswara untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi maka dibutuhkan paling rendah 30% (tiga puluh persen) berasal dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat. 4) Dari jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud pada butir (1) (jumlah total keseluruhan angka kredit yang harus dikumpulkan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi), maka paling rendah 30% (tiga puluh persen) harus berasal dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat yang berada dalam lingkup unsur Utama. 5) Memenuhi angka kredit dari unsur pengembangan profesi sebagai berikut: 60

a. Widyaiswara Pertama yang akan naik pangkat menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan Widyaiswara Muda pangkat Penata golongan ruang III/c, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 4 (empat) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi. b. Widyaiswara Muda yang akan naik pangkat menjadi Penata Tingkat I golongan ruang III/d sampai dengan Widyaiswara Madya pangkat Pembina golongan ruang IV/a, dari angka kredit kumulatifyang disyaratkan paling rendah 8 (delapan) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi. c. Widyaiswara Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b sampai dengan Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 12 (dua belas) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi. d. Widyaiswara Madya yang akan naik pangkat menjadi Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d sampai dengan Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 16 (enam belas) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi Hal diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut, angka kredit yang dibutuhkan oleh seorang Widyaiswara Pertama dengan ruang golongan III/b untuk naik jabatan menjadi Widyaiswara Muda atau naik pangkat menjadi III/c adalah 100. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa dari kegiatan unsur utama harus dapat mengumpulkan paling sedikit atau minimal 80. Sedangkan dari kegiatan unsur penunjang maksimal atau paling banyak 20. Asumsi angka kredit dari unsur utama 80, maka 30% dari 80 atau 24 harus diperoleh dari kegiatan sub unsur utama yang kedua yaitu pengembangan dan pelaksanaan Diklat. Sedangkan sub unsur pengembangan profesi harus memenuhi paling sedikit angka kredit 4. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Perhitungan Angka kredit Widyaiswara Pertama III/b untuk naik pangkat. No UNSUR PROSENTASE ANGKA KREDIT 1 Unsur Utama 52 Pendidikan Pengembangan dan 80 % Minimal 24 30% Pelaksanaan Diklat Pengembangan Profesi 4 Minimal 4 2 Unsur Penunjang 20 % Maksimal 20 Penunjang Tugas Diklat 61

Angka kredit yang tercantum pada tabel 1harus dicapai, agar dapat naik pangkat. Dengan asumsi kenaikan pangkat dapat dicapai dalam empat tahun, maka angka kredit dalam tabel harus dibagi empat. Sehingga dapat dihitung sebagaimana dalam tabel 2 : Tabel 2 Perhitungan Angka kredit tiap tahun untuk Widyaiswara Pertama III/b untuk naik pangkat No UNSUR PROSENTASE ANGKA KREDIT 1 Unsur Utama Pendidikan 13 Pengembangan dan Pelaksanaan 80 % Minimal 6 30% Diklat Pengembangan Profesi 4 Minimal 1 2 Unsur Penunjang Maksimal 5 20 % Penunjang Tugas Diklat Apabila kita uraikan lebih detail maka kita akan dapatkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seorang Widyaiswara selama satu tahun. Penulis telah melakukan analisis dengan menggunakan metode diatas untuk setiap level jabatan Widyaiswara, dan diperoleh formulasi data sebagai berikut : Tabel 3 selama satu tahun untuk Widyaiswara Pertama Volume Angka Kredit Total Mengikuti Diklat 1,33 (40 JP) 1 ( per 30 JP) 1,33 Pembuatan GBPP dan SAP 7 0,1 0,7 Pembuatan Bahan Tayang 7 0,1 0,7 Pembuatan Bahan Ajar 7 0,1 0,7 Tatap muka (Asumsi setiap mata diklat 6 42 0,025 1,05 JP) Pembuatan Modul 2 0,6 1,2 Menulis Karya Tulis Ilmiah 1 1,5 1,5 Pembuatan panduan kediklatan 2 1,5 3 Mengikuti seminar 2 1 2 TOTAL 12,18 Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa agar dapat memenuhi ketentuan untuk naik pangkat setiap 4 tahun, Widyaiswara Pertama harus mendapatkan kesempatan untuk mengajar sejumlah 7 mata diklat dengan asumsi setiap mata diklat adalah 6 jam pelajaran. Atau mengajar 1 mata diklat dengan frekuensi 7 kali atau dengan variasi mengajar 2 atau mata diklat dengan frekuensi tertentu sehingga mendapatkan 7 kali mata diklat. Selain kewajiban mengajar sebagaimana uraian diatas, Widyaiswara Pertama harus membuat modul 2 kali setiap tahun atau 1 per 62

semester. Dan untuk penulisan karya tulis ilmiah, Widyaiswara Pertama harus membuat 1 tulisan setiap tahun. Begitu juga untuk pembuatan panduan kediklatan, diharapkan dapat membuat 2 kali setiap tahun atau 1 panduan tiap semester. Untuk keikutsertaan dalam diklat diharapkan Widyaiswara Pertama mendapat kesempatan 1 kali dalam setahun. Dan bisa ditugaskan untuk mengikuti seminar 1 kali tiap semester atau dua kali dalam setahun. Pada tabel 4 merupakan formulasi kegiatan untuk pencapaian angka kredit bagi Widyaiswara Muda agar dapat naik pangkat setiap 4 tahun.keikutsertaan diklat diharapkan Widyaiswara Muda mendapat penugasan mengikuti diklat dengan durasi120 JP. Widyaiswara Muda harus dapat penugasan untuk mengajar sejumlah 16 mata diklat setiap tahun atau 8 mata diklat setiap 6 bulan atau 1 semester. Sedangkan pembuatan modul, karena kompetensinya telah meningkat, maka diharapkan dapat membuat 4 modul setiap tahun atau 2 modul tiap semesternya.sedangkan untuk karya tulis, Widyaiswara Muda harus mampu membuat 3 buah karya tulis setiap tahun. Panduan kediklatan diharapkan dapat disusun oleh Widyaiswara Muda sejumlah 3 setiap tahun. Dan tentu mendapat penugasan mengikuti seminar 3 kali setahun. Tabel 4 selama satu tahun untuk Widyaiswara Muda Volume Angka Kredit Total Mengikuti Diklat 3 (120 JP) 1 ( per 30 JP) 4 Pembuatan GBPP dan SAP 16 0,1 1,6 Pembuatan Bahan Tayang 16 0,1 1,6 Pembuatan Bahan Ajar 16 0,1 1,6 Tatap muka (Asumsi setiap mata diklat 6 96 0,025 2,4 JP) Pembuatan Modul 4 0,6 2,4 Menulis Karya Tulis Ilmiah 3 1,5 4,5 Pembuatan panduan kediklatan 3 1,5 4,5 Mengikuti seminar 3 1 3 TOTAL 25,6 Setelah mencapai Widyaiswara Madya, maka tanggung jawabnya semakin berat. Karena beban mengajar lebih banyak yaitu 26 mata diklat setahun atau 13 persemester. Untuk kesempatan diklat diharapkan mendapat penugasan mengikuti diklat dengan durasi 80 JP per tahunnya.untuk pembuatan modul targetnya adalah 4 setiap tahun. Untuk penulisan karya tulis dan panduan kediklatan diharapkan dapat menghasilkan 3 buah setiap tahunnya. Sedangkan untuk penugasan seminar diharapkan dapat mengikuti 3 seminar setahun. Dengan melaksanakan semua kegiatan dalam tabel, Widyaiswara Madya dapat naik pangkat setiap 5 tahun. 63

Tabel 5 selama satu tahun untuk Widyaiswara Madya Volume Angka Kredit Total Mengikuti Diklat 2 (80 JP) 1 ( per 30 JP) 2,67 Pembuatan GBPP dan SAP 26 0,1 2,6 Pembuatan Bahan Tayang 26 0,1 2,6 Pembuatan Bahan Ajar 26 0,1 2,6 Tatap muka (Asumsi setiap mata 156 0,025 3,9 diklat 6 JP) Pembuatan Modul 4 0,6 2,4 Menulis Karya Tulis Ilmiah 3 1,5 4,5 Pembuatan panduan kediklatan 3 1,5 4,5 Mengikuti seminar 3 1 3 TOTAL 30,27 Setelah mencapai jabatan Widyaiswara Utama dengan pangkat IV/D tentunya angka kredit yang harus dikumpulkan agar dapat mencapai pangkat IV/E semakin berat. Karena jumlah angka kredit yang harus dikumpulkan adalah 200. Oleh karena itu menawarkan strategi sebagaimana tercantum pada tabel 6. Sebenarnya setelah mencapai Widyaiswara Utama, diharapkan semakin produktif untuk menghasilkan karya tulis dalam bentuk buku, sehingga akan mendapatkan angka kredit yang besar sekaligus sebagai media untuk mentransfer pengetahuan. Tapi mengingat persyaratan dari LAN untuk menulis buku masih berat, maka penulis masih menawarkan jalan lain dengan strategi yang terangkum dalam tabel 6. Tentu saja pengumpulan angka kredit tersebut hanya bisa dicapai dalam waktu lima tahun. Bagi yang sudah mencapai jabatan Widyaiswara Utama dengan pangkat IV/E maka dibutuhkan angka kredit 25 setiap tahun sampai dengan masa purna tugas pada usia 65 tahun. Tabel 6 selama satu tahun untuk Widyaiswara Utama, pangkat IV/D Volume Angka Kredit Total Mengikuti Diklat 3 (120 JP) 1 ( per 30 JP) 4 Pembuatan GBPP dan SAP 30 0,1 3 Pembuatan Bahan Tayang 30 0,1 3 Pembuatan Bahan Ajar 30 0,1 3 Tatap muka (Asumsi setiap mata 180 0,025 4,5 diklat 6 JP) Pembuatan Modul 4 0,6 2,4 Menulis Karya Tulis Ilmiah 6 1,5 9 Pembuatan panduan kediklatan 4 1,5 6 Mengikuti seminar 3 2 6 TOTAL 40,9 64

IV. PENUTUP Strategi di atas tentu tidak statis. Penulis hanya memperhitungkan dari kegiatan kegiatan yang wajib dipenuhi oleh setiap Widyaiswara. Strategi di atas masih sangat mungkin dikembangkan dengan menambahkan kegiatan yang lain dengan harapan Widyaiswara akan semakin bersemangat dalam mengemban tugasnya. Tentu hal tersebut membutuhkan dukungan penuh dari Pimpinan Lembaga Diklat Pemerintah gar Widyaiswara lebih berdaya lagi tanpa dibayang bayangi ketakutan tidak dapat mengumpulkan angka kredit. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2010 Nomor 2 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya *) Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pusdiklat Migas. 65