PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

BAB II LANDASAN TEORI

DISTRIBUSI KELEMBABAN UDARA DENGAN METODE PEMANAS 60, 70, 80, 90 WATT TERHADAP VARIASI KECEPATAN UDARA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II STUDI PUSTAKA

PERANCANGAN KONDENSOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER ½ PK SIKLUS UDARA TERTUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis penggunaan water cooled condenser pada mesin pengkondisian udara paket (AC window)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

m laju aliran massa kg/det UNJUK KERJA SISTEM AIR-COOLED CHILLER DENGAN EVAPORATOR JENIS SPIRAL MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 Syaiful 1)

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

ROTASI Volume 7 Nomor 1 Januari

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

KAJI EKSPERIMENTAL APLIKASI KATUP EPR TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI MULTI EVAPORATOR

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU. Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT

PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK PEMBEKUAN IKAN PADA KONTAINER KAPASITAS 8 TON

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB V ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Maka persamaan energi,

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Transkripsi:

Penggunaan Water Heating Pada Mesin Pengkondisian Udara Sebagai Alat Pengendali Kelembaban Udara PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT Wardoyo Teknik Mesin Universitas Proklamasi 45 Jalan Proklamasi No.1 Babarsari, Depok, Yogyakarta Abstract This research was aimed to observe the performance of water heating as an air moisture controller device in a hospital surgery room. The way the research was outside air in 27 degrees until 30 degrees celcius and moisture of 60 until 70 percent made suitable with requirement conditions determined for surgery room in the hospital i.e. 19 until 24 degrees celcius and moisture of 45 until 60 percent. To make that condition, the surgery room was equipped with air conditioner machine and water heating as an air moisture controller device. Hot water was circulated in water heating and air moisture was measured by a hygrometer. Out of this research it obtained: measuring moisture value higher than theoretic moisture value. Calorie volume in water heating increased with water volume that was constant so that water heating could control air moisture. There was a suitability in an air moisture ratio and calorie volume in water heating so that air moisture in surgery room could be measured as requirements. Keywords : water heating, air moisture Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengamati kinerja water heating sebagai alat pengendali kelembaban udara di dalam ruang operasi rumah sakit. Cara penelitian yaitu udara luar pada suhu 27 sampai dengan 30 derajat celcius dan kandungan kelembaban 60 sampai 70 persen dibuat sesuai dengan kondisi persyaratan yang ditentukan untuk ruang operasi di rumah sakit yaitu suhu 19 sampai 24 derajat celcius dan kelembabannya 45 sampai dengan 60 persen. Untuk membuat kondisi tersebut ruang operasi dilengkapi mesin pengkondisian udara dan water heating sebagai alat pengendali kelembaban udara. Air panas disirkulasikan pada water heating dan kelembaban udara diukur dengan hygrometer. Dari penelitian ini didapatkan antara lain: nilai kelembaban pengukuran lebih tinggi dari nilai kelembaban teoritis. Jumlah kalor pada water heating meningkat dengan volume air yang konstan maka water heating dapat mengendalikan kelembaban udara. Rasio kelembaban udara ada kesesuaian dengan jumlah kalor pada water heating sehingga kelembaban udara di ruang operasi dapat diatur sesuai persyaratan. JURNAL ANGKASA 65

Wardoyo Kata kunci: water heating, kelembaban udara 1. Pendahuluan Kesegaran udara banyak dibutuhkan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, baik kesegaran udara di dalam ruang maupun kesegaran udara di luar ruang. Untuk membuat kesegaran udara di dalam ruang digunakan mesin pengkondisian udara. Mesin pengkondisian udara disebut juga mesin refrigerator yaitu mesin yang menggunakan refrigran sebagai fluida kerjanya. Penelitian ini kajiannya adalah penggunaan water heating pada mesin pengkondisian udara sebagai alat pengendali kelembaban udara di dalam ruang operasi di rumah sakit. Water heating merupakan suatu proses memanaskan udara yang dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/ dipersyaratkan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan air panas yang disirkulasikan dan kelembaban udara diukur dengan hygrometer. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Dr. Sarjito Yogyakarta. Adapun bahan dan alat sebagai berikut. 1. Bahan Bahan yang digunakan adalah udara luar suhu 27 o sampai dengan 30 o C dan tekanan 1 atm. 2. Alat Alat yang digunakan adalah water heating seperti pada Gambar 1. Type water heating Ukuran : 285 x 198 x 20 Kontraksi : pipa tembaga Ø 0,5 alur tembaga 33 bh kisi-kisi alumunium 0,1 mm body galvanis plat Bahan water heating Air putih yang diproses dengan pemanasan dari discharge kompresor. Pemakaian water heating Berfungsi untuk mengendalikan kelembaban udara. Berikut ini gambar water heating yang digunakan dalam penelitian. Gambar 1. Alat Sirkulasi Water Heating 66 Volume VII, Nomor 2, November 2015

Penggunaan Water Heating Pada Mesin Pengkondisian Udara Sebagai Alat Pengendali Kelembaban Udara 3. Cara Penelitian Cara penelitian meliputi antara lain : A. Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu melakukan persiapan yaitu dengan mengecek semua komponen alat yang dipakai untuk penelitian termasuk alat-alat ukur yang digunakan. B. Pelaksanaan Penelitian Berikut ini gambar instalasi alat penelitian : Gambar 2. Skema Instalasi Alat Penelitian Keterangan gambar: 1. Kompresor 2. Coil kondesor 3. Coil water heating 4. Expansi 5. Pompa sirkulasi 6. Water heating 7. Filter udara luar 8. Recovery 9. Fan supply 10. Ruang operasi 11. Water cooling 12. Evaporator cooling 13. Pompa sirkulasi water cooling Cara kerja instalasi alat penelitian Udara luar pada temperatur 27 o C-30 o C dengan kandungan kelembaban 60% sampai 70%. Untuk memenuhi persyaratan bahwa suhu dan kelembaban pada ruang operasi di rumah sakit dengan standar yang telah ditentukan yaitu suhu 19 o C-24 o C kelembaban 45% sampai 60%. Untuk membuat kondisi tersebut, maka dilengkapi dengan air conditioner dan pengendalian kelembabannya dengan sistem water heating. Melalui proses sebagai berikut: 1.Compresor bekerja dengan siklus refrigerasi, proses discharge menekan panas. 2. Coil kondensor panasnya dihisap blower dibantu dengan udara bebas, sebagian panas disalurkan. 3. Water heating diatur sistem automatic dengan suhu 35 o C On, suhu 50 o C Off, disirkulasikan menggunakan 5. pompa coil water heating AHU disini terjadi proses pencampuran udara luar JURNAL ANGKASA 67

Wardoyo water cooler dan udara recovery + suhu 24 o C melalui filter udara yang disusun ketiga main filter supply, exhause free filter return 9. Supplay blower fan 10. ke ruangan operasi dengan melalui hepa filter suhu 19 o C-24 o C kelembaban tercapai 45%-60%, kondisi normal dan memenuhi standar tata udara ruang operasi. 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 3.1 Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibuat tabel data sebagai berikut : A. Data Ruang Operasi I Tabel 1. Data Pengamatan Ruang Operasi I Waktu Suhu Ruang Tekanan Udara Ruang Kelembaban Pagi 22 o C 1 K.Pa 73% Siang 22 o C ½ K.Pa 71% Sore 22 o C 1 ½ K.Pa 73% Malam 22 o C ½ K.Pa 72% Data Penelitian Water Heating I Tabel 2. Data Pengamatan Water Heating I Waktu Temperatur Air Tekanan Air Kalor (Panas) Pagi 38 o C/22 o C 2,3 bar 1200 watt Siang 40 o C/22 o C 3,4 bar 1350 watt Sore 43 o C/24 o C 3,6 bar 1575 watt Malam 41 o C/23,5 o C 3,6 bar 1462 watt Data Ruang Operasi II Tabel 3. Data Pengamatan Ruang Operasi II Waktu Suhu Ruang Tekanan Udara Ruang Kelembaban PAGI 21 o C 1 K.Pa 72% SIANG 23 o C 1 K.Pa 71% SORE 24 o C ½ K.Pa 69% MALAM 23 o C 1 K.Pa 69% 68 Volume VII, Nomor 2, November 2015

Penggunaan Water Heating Pada Mesin Pengkondisian Udara Sebagai Alat Pengendali Kelembaban Udara Data Penelitian Water Heating II Tabel 4. Data Pengamatan Water Heating II Waktu Temperatur Air Tekanan Air Kalor (Panas) Pagi 45 o C/22 o C 3,6 bar 1687 watt Siang 47 o C/22 o C 3,5 bar 1875 watt Sore 46,5 o C/23,5 o C 3,3 bar 1725 watt Malam 45,5 o C/23 o C 3,2 bar 1687 watt Data Ruang Operasi III Tabel 5. Data Pengamatan Ruang Operasi III Waktu Suhu Ruang Tekanan Udara Ruang Kelembaban Pagi 21 o C 1 K.Pa 72% Siang 22,5 o C ½ K.Pa 71% Sore 23,5 o C 1 ½ K.Pa 70% Malam 23 o C ½ K.Pa 68% Data Penelitian Water Heating III Tabel 6. Data Pengamatan Water Heating III Waktu Temperatur Air Tekanan Air Kalor (Panas) Pagi 43 o C/22 o C 3,4 bar 1575 watt Siang 46,5 o C/22 o C 3,3 bar 1837 watt Sore 46 o C/22,5 o C 3,3 bar 1762 watt Malam 45 o C/23 o C 3,2 bar 1650 watt B. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan (pengolahan) data hasil penelitian antara lain : 1. Kelembaban Relatif Teoritis (Qr) pada temperatur yang sama JURNAL ANGKASA 69

Wardoyo Kelembaban mutlak udara lembab Qr = 100% (1) Kelembaban mutlak udara jenuh 2. Rasio Kelembaban (W) s W 0,622 (2) P P i P 5 Dengan P 5 = Tekanan parsial uap air dalam keadaan jenuh. P i = P a + P 5 P a = Tekanan udara luar (1 atmosfir) 3. Jumlah Kalor (Q) pada Water Heating Q = U.A.ΔT (3) A = πd.l Dengan U = koefisien perpindahan kalor konveksi menyeluruh A = luas penampang pipa water heating D = diameter pipa water heating L = panjang pipa water heating ΔT = perbedaan temperatur Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik untuk membuat pembahasan antara 1. Grafik perbandingan kelembaban pengukuran dengan kelembaban teoritis. Tabel 7. Perbandingan kelembaban pengukuran dengan kelembaban teoritis. No Teoritis Pengukuran 1. 2. 3. 4. 38.36 % 15.50 % 17.8 % 30.56 % 73 % 71 % 73 % 72 % Gambar 3. Perbandingan kelembaban pengukuran dengan kelembaban teoritis. Dari gambar grafik perbandingan antara kelembaban teoritis dan kelembaban pengukuran ada perbedaan prosentase total kelembaban, hal ini kelembaban teoritis lebih 70 Volume VII, Nomor 2, November 2015

Penggunaan Water Heating Pada Mesin Pengkondisian Udara Sebagai Alat Pengendali Kelembaban Udara rendah jika dibanding dengan kelembaban pengukuran, ini disebabkan adanya kemungkinan faktor yang tidak diperhitungkan. 2. Grafik hubungan antara kelembaban terukur (Øp) dengan rasio kelembaban (W) Tabel 8. Hubungan antara kelembaban pengukuran (Øp) dengan rasio kelembaban (W) No ØP W 1. 2. 3. 4. 73 % 71 % 73 % 72 % 0.00566 0.00308 0.00924 0.00308 Gambar 4. Hubungan antara kelembaban pengukuran (Øp) dengan rasio kelembaban (W) Dari grafik ini kelembaban pengukuran dengan rasio kelembaban ada kesesuaian karena ada pengaruh jumlah kalor yang sama dari Water Heating sehingga kelembaban udara di ruang operasi dapat diatur sesuai yang diinginkan. 3. Grafik hubungan antara kalor (Q) dengan kelembaban terukur (Øp) Tabel 9. Hubungan antara kalor (Q) dengan kelembaban terukur (Øp) No Q (kw) ØP 1. 2. 3. 4. 1200 1350 1425 1462 0,73 0,71 0,73 0,77 JURNAL ANGKASA 71

Wardoyo Gambar 5. Hubungan antara kalor (Q) dengan kelembaban terukur (Øp) Dari grafik hubungan antara kalor dengan kelembaban pengukuran. Terlihat dengan meningkatnya jumlah kalor yang ditransfer diiringi dengan harga persentase kelembaban yang sama besarnya, hal ini berarti jumlah kalor dapat mengendalikan laju kelembaban. 4. Grafik hubungan antara kalor (Q) dengan uap jenuh air Tabel 10. Hubungan antara kalor Q dengan uap jenuh air No Q (kw) Uap jenuh g/m 3 T (C o ) 1. 2. 3. 4. 1200 1350 1425 1462 17.3 17.3 17.3 17.3 22 o C 22 o C 22 o C 22 o C Gambar 6. hubungan antara kalor (Q) dengan uap jenuh air Dari grafik hubungan antara kalor dengan uap jenuh air. Terlihat semakin meningkat harga kalor yang ditransfer diiringi dengan harga uap jenuh air yang sama hal ini disebabkan volume air Water Heating yang konstan (tetap). 72 Volume VII, Nomor 2, November 2015

Penggunaan Water Heating Pada Mesin Pengkondisian Udara Sebagai Alat Pengendali Kelembaban Udara 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa penelitian maka dapat dibuat kesimpulan antara lain sebagai berikut : 1. Nilai kelembaban pengukuran lebih tinggi jika dibanding dengan nilai kelembaban teoritis, hal ini kemungkinan adanya faktor-faktor yang tidak diperhitungkan. 2. Jumlah kalor yang semakin meningkat dalam Water Heating dapat mengendalikan laju kelembaban udara. 3. Rasio kelembaban udara ada kesesuaian dengan jumlah kalor yang sama dari Water Heating, sehingga kelembaban udara di ruang operasi dapat diatur sesuai yang diinginkan. 4. Dengan harga uap jenuh air yang sama dan volume air yang konstan diiringi laju kalor yang meningkat berarti Water Heating dapat mengendalikan (mengontrol) kelembaban udara dalam ruang operasi. Daftar Pustaka Arismunandar, W., Saito, H., 2005, Penyegaran Udara, Cetakan ketujuh, Pradnya Paramita, Jakarta. Arora, C.P., 1983, Refrigeration and Air Conditioning (in S1 Units), Mc Graw-Hill, New Delhi. Carrier, 1965, Hand Book of Air Conditioning System Design, Mc Graw-Hill, New York. Cangel, Y.A., Boles, M.A., 1989, Thermodinamics an Engineering Approach, Singapura. Gunawan, R., 1988, Pengantar Teori Teknik Pendinginan (Refrijerasi), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta. Harjanto, G., 1976, Pesawat Pendingin/Pemanas, Teknik Mesin Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Holman, J.P., 1980, Thermodunamics, Edisi ketiga, Mc Graw-Hill, New York. Holman F., Jasjfi, E., 1997, Perpindahan Kalor, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta. Holman F., Prijono, A., 1997 Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta. Prasetyono, D.S., 2004, Pedoman Lengkap Teknik Memperbaiki Kulkas dan AC, Cetakan ketiga, Absolut, Yogyakarta Putra, N., 2005, Kenaikan Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Film Pada Kondensor Silinder Vertikal Dengan Nanofluida Al203-Air sebagai Fluida Pendingin, Teknik Mesin Universitas Indonesia, Jakarta. Stoecker, W.F., Jones, J.W., 1982, Refrigeration and Air Conditioning, Edisi kedua, Mc Graw-Hill, New York. Stoecker, W.F., 1989, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Sumanto, 2004, Dasar-Dasar Mesin Pendingin, Edisi kelima, Andi Offset, Yogyakarta. JURNAL ANGKASA 73

Wardoyo 74 Volume VII, Nomor 2, November 2015