STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU HOTEL.

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2012 SERI B.8

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU,

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PAJAK HOTEL BUPATI WAJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR : 02 TAHUN 2006

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2002 T E N T A N G PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA. Nomor : 8 Tahun 2005 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BATANG HARI MINUT : PERATURAN BUPATI BATANG HARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1997 T E N T A N G PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 21 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2009 SERI : B NOMOR : 1

-2- MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET. Menetapkan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR : 3 TAHUN 2002 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 12 TAHUN 2004 T E N T A N G PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 02 TAHUN 2011

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 SERI B.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 3 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KEBUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PAJAK RESTORAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2009

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

BUPATI BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA. Nomor : 6 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI B.3 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2000 Seri A

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR

SALINAN PAJAK PENERANGAN JALAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2004 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 SERI B.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK HOTEL

BUPATI TANGERANG, 3. Undang...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2009 ( DICABUT ) TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA DPPKAD KABUPATEN PEMALANG NOMOR : 971.11/1437/DPPKAD TANGGAL : 16 DESEMBER 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU HOTEL. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara pelayanan penyelesaian pendaftaran objek pajak baru jenis pajak hotel oleh wajib pajak. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Data objek pajak hotel; 2. Data wajib pajak hotel; 1

F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek pajak hotel dengan menggunakan SPTPD kepada Kepala DPPKAD melalui Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan usaha dimulai, SPTPD diambil sendiri oleh Wajib Pajak atau Kuasanya di DPPKAD, SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dengan melampirkan : a. Fotocopy identitas diri (KTP/SIM); b. Fotocopy akte pendirian perusahaan bagi Badan Usaha; c. Surat izin dari instansi yang berwenang. 2. Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD mengkoreksi kelengkapan persyaratan apabila persyaratan sudah lengkap, menyampaikan permohonan Pendaftaran objek pajak hotel Kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan menugaskan Petugas Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan penelitian lapangan. 4. Petugas Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan penelitian lapangan, serta membuat konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi beserta berkas permohonan pendaftaran. 5. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 6. Kepala Bidang Pendapatan menelaah dan memberikan paraf pada konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 7. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila suadah sesuai dengan ketentuan kemudian menandatangani Berita Acara Penelitian Lapangan, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk dilakukan pemutakhiran basis data. 8. Kepala Bidang Pendapatan menerima Berita Acara Penelitian Lapangan dan menugaskan Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan pemutakhiran basis data. 9. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menugaskan Petugas Pendataan untuk melakukan pemutakhiran basis data. 10. Petugas Pendataan melakukan pemutakhiran basis data. 2

II. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAPORAN OBJEK PAJAK HOTEL. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara pelaporan objek pajak hotel oleh Wajib Pajak guna diperoleh data pajak hotel sebagai bahan penetapan pajak terutang. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Data objek pajak hotel; 2. Data wajib pajak hotel; F. Prosedur Kerja 1. Wajib pajak melaporkan atas omzet pelayanan yang disediakan oleh hotel meliputi motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh), dengan mengisi SPTPD disampaikan kepada DPPKAD paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya masa pajak, Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada satu hari kerja berikutnya. 3

2. Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD meneliti meneliti SPTPD dari wajib pajak dan apabila sudah lengkap dan benar menyampaikan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan mempelajari SPTPD Pajak Hotel dari wajib pajak, apabila telah sesuai kemudian memerintahkan Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan penghitungan atas Pajak Hotel yang terutang. III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDATAAN OBJEK PAJAK HOTEL. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara pendataan objek pajak hotel oleh petugas pemungut pajak guna diperoleh basis data pajak hotel. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Data objek pajak hotel; 2. Data wajib pajak hotel; 4

F. Prosedur Kerja 1. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan inventarisasi objek pajak hotel yang belum didaftarkan. 2. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan pendataan. 3. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD melaporkan hasil pendataan pajak hotel kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti hasil pendataan pajak hotel dan menugaskan Petugas pendataan untuk melakukan penyusunan basis data pajak hotel. 5. Petugas pendataan menyusun data pendaftaran objek pajak hotel dan hasil pendataan objek pajak hotel yang belum didaftarkan menjadi basis data pajak hotel. 6. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi mengajukan laporan penyusunan basis data pajak hotel kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 7. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada laporan penyusunan basis data pajak hotel, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 8. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada laporan penyusunan basis data pajak hotel, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 9. Kepala DPPKAD mempelajari laporan penyusunan basis data pajak hotel dan apabila sudah sesuai kemudian untuk dilakukan pemutakhiran basis data. 10. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan retribusi melakukan pemutakhiran basis data. IV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH (SKPD) HOTEL A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPTPD) dari Wajib Pajak. 5

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). F. Prosedur Kerja 1. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menerima berkas Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) jenis pajak hotel yang telah dikoreksi dari petugas pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi. 2. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan penghitungan atas jumlah pendapatan / omzet hotel yang dilaporkan dengan SPTPD oleh wajib pajak untuk diketahui pajak hotel yang terutang. 3. Petugas penetapan membuat nota perhitungan pajak terutang wajib pajak hotel, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf pada nota perhitungan pajak terutang wajib pajak hotel, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 6

5. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan menandatangani nota perhitungan pajak terutang wajib pajak hotel, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). 6. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). 7. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) dan mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 8. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 9. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan menetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak. 10. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) kepada wajib pajak sebagai dasar pembayaran pajak. V. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK HOTEL A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan pembayaran pajak hotel oleh Wajib Pajak. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 2. Bendahara Penerima DPPKAD. 3. Wajib Pajak 7

D. Formulir yang Digunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Setor Pajak Daerah (SSPD). F. Prosedur Kerja 1. Wajib pajak membayar pajak terutang harus dilakukan sekaligus dan lunas di Kas Daerah melalui Bendahara Penerima DPPKAD atau tempat lain yang ditunjuk, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak, dengan menggunakan SSPD. 2. Wajib pajak menyerahkan SKPD pajak hotel kepada Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi, kemudian Petugas Pelayanan menerbitkan SSPD untuk melakukan pembayaran di Kas Daerah melalui Bendahara Penerima DPPKAD. 3. Bendahara Penerima DPPKAD menerima pembayaran pajak hotel dari wajib pajak kemudian menyerahkan lembar 1 kepada wajib pajak dan lembar 2 SSPD dan Surat Tanda Bukti Pembayaran kepada Petugas pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Petugas Pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi mencatat pada buku register pajak hotel untuk bahan evaluasi penerimaan. 5. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas waktu pembayaran jatuh pada satu hari kerja berikutnya. 6. Apabila pembayaran masa pajak terutang dilakukan setelah berakhirnya masa pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan ditagih dengan STPD. VI. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELAYANAN PERMOHONAN UNTUK PEMBAYARAN ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK HOTEL A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan permohonan untuk pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran dari Wajib Pajak. 8

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang F. Prosedur Kerja 1. Kepala DPPKAD atau pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. 2. Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang kepada Kepala DPPKAD, dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy SKPDKB, SKPDKBT atau STPD. 3. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian dan menelaah permohonan wajib pajak untuk dijadikan bahan dalam persetujuan perjanjian angsuran dan / atau penundaan pembayaran. 9

4. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian dan menelaah permohonan wajib pajak kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang untuk dijadikan bahan dalam persetujuan perjanjian angsuran dan / atau penundaan pembayaran. 5. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas penetapan untuk membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang. 6. Petugas penetapan membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang dari wajib pajak dan mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 7. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang dari wajib pajak, kemudian menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 8. Kepala Bidang Pendapatan meneliti konsep laporan hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang dari wajib pajak, kemudian menyampaikan kepada Kepala DPPKAD. 9. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang dari wajib pajak, kemudian memberi keputusan untuk disetujui atau ditolak, dalam hal disetujui diangsur/ditunda, untuk diterbitkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD dan Wajib Pajak, dalam hal ditolak untuk diterbitkan surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang. 10. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang 11. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang. 10

12. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas penetapan untuk membuat konsep Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang. 13. Petugas penetapan membuat konsep Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 14. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang, kemudian menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 15. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang, kemudian menyampaikan kepada Kepala DPPKAD. 16. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila sudah sesuai, menandatangani Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diserahkan kepada pemohon. 17. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyerahkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD dan Wajib Pajak atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang kepada pemohon. 18. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan Petugas penetapan untuk menyerahkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD dan Wajib Pajak atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang kepada pemohon. 11

19. Petugas penetapan menyerahkan Surat Perjanjian Angsuran dan/atau Surat Perjanjian Penundaan Pembayaran` yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD dan Wajib Pajak atau surat penolakan permohonan untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak terutang dari wajib pajak kepada pemohon. 20. Selama Wajib Pajak membayar angsuran dan/atau menunda pembayaran pajak terutang tidak menunda kewajiban pembayaran pajak bulan berikutnya. VII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELAYANAN PENAGIHAN PEMBAYARAN PAJAK HOTEL A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan penagihan pembayaran oleh petugas penagih kepada Wajib Pajak yang telah jatuh tempo tidak / kurang bayar. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). 12

E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). F. Prosedur Kerja 1. Petugas Penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menginventarisir wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran tidak melunasi pajak terutang. 2. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 3. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 4. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 5. Kepala DPPKAD mempelajari laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan STPD. 6. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun STPD. 13

7. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat STPD. 8. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep STPD dan mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 9. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep STPD, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 10. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai dengan ketentuan menandatangani konsep STPD, kemudian untuk dilakukan penagihan. 11. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menatausahakan STPD kemudian melakukan penagihan kepada wajib pajak hotel yang tidak / kurang bayar. VIII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK HOTEL TERUTANG A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian atas permohonan dari Wajib Pajak yang mengajukan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak hotel terutang. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak 14

D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Surat Keputusan Pengurangan 2. Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia serta melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah dengan mencantumkan alasan secara jelas kepada Kepala DPPKAD. 2. Kepala DPPKAD menugaskan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian berkas permohonan dan kelengkapan berkas dan menelaah untuk bahan pertimbangan keputusan. 3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian berkas permohonan dan kelengkapan berkas serta menelaah permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel untuk bahan pertimbangan keputusan, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan. 4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel. 5. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak hotel, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 15

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak 11. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 14. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila sudah sesuai, menandatangani Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon. 15. Petugas penetapan menyampaikan Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. IX. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT ATAU STPD, SKPDN ATAU SKPDLB. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan untuk melakukan pembetulan atas SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dari Wajib Pajak. 16

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Keputusan Pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kepada Kepala DPPKAD dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah Surat Ketetapan Pajak Daerah diterima, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya, dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan sebagai bahan keputusan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 17

3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 8. Kepala DPPKAD mempelajari hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 18

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai menandatangani surat keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kepada wajib pajak paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkan. 15. Wajib pajak harus melunasi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Keputusan Pembetulan Ketetapan Pajak diterbitkan. X. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK HOTEL YANG TIDAK BENAR A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pembatalan ketetapan pajak hotel yang tidak benar. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak 19

D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) E. Dokumen yang Dihasilkan Surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan pajak hotel. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembatalan ketetapan pajak secara tertulis didukung oleh novum atau fakta baru yang meyakinkan kepada Kepala DPPKAD dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian dan menelaah terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian dan menelaah terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 5. Petugas Penetapan melakukan penelitian administrasi dan membuat membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kasi Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Kepala DPPKAD. 20

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak 11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai menandatangani surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatan ketetapan pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan pajak. 15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Penolakan pembatalan ketetapan pajak. XI. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK HOTEL. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi yang diajukan oleh Wajib Pajak. 21

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) 3. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administasi. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang secara tertulis kepada Kepala DPPKAD dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya dan harus mencantumkan alasan yang jelas dengan pernyataan kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya, dengan melampirkan SKPD dan STPD yang telah diisi dan ditandatangani wajib pajak. 22

2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian administrasi tentang kebenaran dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan. 3. Kepala Bidang Pendapatan penelitian administrasi tentang kebenaran dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan. 5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi keputusan menyetujui atau menolak, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan dalam hal telaahan pertimbangan disetujui, maka segera diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD, dan dalam hal telaahan pertimbangan ditolak, maka segera menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD. 23

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi. 10. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi, kemudian menugaskan kepada Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan. 11. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai kemudian menandatangani konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, selanjutnya untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi. 15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi administrasi. 24

XII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran dari Wajib Pajak B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak. 2. Informasi Kesalahan Surat Keputusan Keberatan. E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). F. Prosedur Kerja 1. Pengembalian kelebihan pembayaran disebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak yang telah disetorkan ke Kas Daerah atau Bendahara Penerima DPPKAD berdasarkan : a. Perhitungan dari Wajib Pajak; b. Surat Keputusan Keberatan atau Surat Keputusan pembetulan, pembatalan dan pengurangan ketetapan, dan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi; c. Putusan Banding atau putusan peninjauan kembali; d. Kebijakan pemberian pengurangan, keringanan, dan/atau pembebasan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan. 25

2. Kelebihan pembayaran pajak yang sudah disetor dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak melalui restitusi dengan cara, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak mengajukan permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran secara tertulis yang dibubuhi materai cukup kepada Bupati melalui Kepala DPPKAD paling lambat 3 (tiga) bulan sejak saat timbulnya kelebihan pembayaran pajak, dengan melampirkan dokumen : a. identitas penduduk/ktp pemohon; b. SPTPD, untuk masa pajak yang menjadi dasar permohonan; c. asli tanda bukti pembayaran pajak; d. uraian perhitungan pajak menurut Wajib Pajak. 3. Kepala DPPKAD dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan harus memberikan Keputusan 4. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk mengadakan penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya oleh Wajib Pajak. 5. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian atau pemeriksaan. 6. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian atau pemeriksaan. 7. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 8. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 26

9. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 10. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, apabila sudah sesuai kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). 11. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). 12. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) 13. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 14. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 15. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai, menandatangani konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 16. Petugas Penetapan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) kepada wajib pajak pemohon. KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN PEMALANG ttd NI WAYAN ASRINI, SH, M.Si. Pembina Utama Muda NIP. 19630910 199201 2 001 27