HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN FREKUENSI SAKIT ANGGOTA KELUARGA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TENTANG PHBS DI DESA TUNGGULO SELATAN KECAMATAN TILONG KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

Oleh: Aulia Ihsani

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

SURVEI RUMAH TANGGA SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA. Siti Novianti 1, Sri Maywati

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN FREKUENSI SAKIT ANGGOTA KELUARGA THE CORRELATION BETWEEN CLEAN AND HEALTHY LIFE STYLE WITH THE SICK FREQUENCY OF FAMILY MEMBERS Anis Prabowo STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 RT 01 RW 32 Kadipiro Banjarsari Surakarta anisprabo@gmail.com Abstrak Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Pada studi pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil sehat pratama ada 9 Rumah Tangga, sehat madya ada 11 Rumah Tangga, sehat purnama ada 3 Rumah Tangga, dan sehat mandiri ada 2 Rumah Tangga, keluarga yang termasuk sehat pratama ternyata hanya melakukan 3 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga, 3 indikator tersebut adalah menggunakan air bersih, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,dan melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tujuan untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga. Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 50 Rumah Tangga. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan Analisa data menggunakan uji Kendall s Tau. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,00 (p<0,05) yang berarti ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga. Besarnya nilai hubungan tersebut adalah negatif 0,739. SIMPULANnya adalah terdapat hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga. Semakin tinggi tingkat PHBS maka semakin rendah frekuensi sakit diantara anggota keluarga. Kata Kunci: Perilaku, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Sakit Abstract Health Research (Riskesdas) in 2010 nationally, people who have met the criteria PHBS of 38.7%. In preliminary studies conducted, showed healthy pratama were 9 Household, healthy madya were 11 Household, healthy paripurna were 3 Household and healthy Mandiri were 2 Households, families belong tohealthy pratama was only doing three indicators from the 10 indicators of PHBS that exist in the household. The third indicator was the use of clean water, births assisted by skilled health worker, and do physical activity every day. The aimof this research was to determine the corelation between Clean and Healthy Lifestyle (PHBs) with frequency of sick family members. This study used correlation with cross sectional study design. The samples used in the study was 50 household. The research instrument used questionnaire and analysis of test data using Kendall's Tau. The results of the analysis obtained by value p = 0.00 (p <0.05), which mean there was a correlation Clean and Healthy Lifestyle (PHBS) with frequency of sick family members. The value of these correlation was negative 0.739. The conclusion was that there was a coreelation between Clean and Healthy Lifestyle (PHBS) with frequency of sick family members. The higher of level PHBS, the lower of frequency PHBS sick family members. Keywords: Behavior, Behavior Clean and Healthy Lifestyle (PHBS), Sick 60

PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan (Adisasmito, 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima provinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (59,4%), Bali (53,7%), Kalimantan Timur (52,4%), Jawa Tengah (51,2%), dan Sulawesi Utara (50,4%). Sedangkan provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Gorontalo (33,8%), Riau (30,1%), Sumatera Barat (28,2%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), dan Papua (24,4%). Studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong melalui wawancara dengan 25 sampel dari 50 Rumah Tangga, didapatkan hasil sehat pratama ada 9 Rumah Tangga, sehat madya ada 11 Rumah Tangga, sehat purnama ada 3 Rumah Tangga, dan sehat mandiri ada 2 Rumah Tangga, keluarga yang termasuk sehat pratama ternyata hanya melakukan 3 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga, 3 indikator tersebut adalah menggunakan air bersih, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,dan melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anggota keluarga di Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong sebanyak 50 Rumah Tangga. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur variabel PHBS, menggunakan kuesioner PHBS yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah (2006), Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel frekuensi sakit, menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui hubungan diantara kedua variable, digunakan uji statistic Kendall s Tau HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS Frekuensi Persentase (%) Sehat Pratama 3 6,0 Sehat Madya 16 32,0 Sehat Purnama 20 40,0 Sehat Mandiri 11 22,0 Total 50 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden Perilaku Hidup Bersih dan Sehat anggota keluarga terbanyak adalah Sehat Purnama 20 responden (40,0%). 2. Indikator PHBS Tabel 2. Distribusi frekuensi responden sesuai Indikator berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anggota keluarga Indikator PHBS Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan bagi rumah tangga yang tidak/ belum pernah hamil mengerti kalau hamil harus diperiksa oleh tenaga kesehatan Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6 bulan tanpa makanan tambahan lain dan bagi rumah tangga yang tidak punya bayi mengerti tentang ASI eksklusif Balita ditimbangkan secara teratur bagi rumah tangga yang tidak punya balita mengerti tentang penimbangan balita (balita) Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari- hari Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah BAB Jumlah Freku ensi 49 98% 32 64% 16 32% 47 94% 11 22% 61

Indikator PHBS Menggunakan jamban sehat (leher angsa dengan septic-tank dan terjaga kebersihannya) Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu sekali Mengkonsumsi beraneka ragam makanan (buah dan sayur) dalam jumlah cukup dengan gizi seimbang Melakukan olahraga/ aktifitas fisik (bersepeda, berjalan kaki, mencangkul, menyapu, dan kegiatan rumah tangga lainnya) Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok atau tidak merokok di dalam rumah, rumah bebas dari asap rokok Jumlah Freku ensi 43 86% 20 40% 30 60% 47 94% 14 28% Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa, indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anggota keluarga terbanyak adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan bagi rumah tangga yang tidak/ belum pernah hamil mengerti kalau hamil harus diperiksa oleh tenaga kesehatan (98%). Sedangkan indikator yang paling sedikit dilakukan yaitu Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah BAB (22%) dan Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok atau tidak merokok di dalam rumah, rumah bebas dari asap rokok (28%). 3. Frekuensi Sakit Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan keseringan sakit anggota keluarga Keseringan sakit anggota keluarga F (%) Sangat Sering 9 18,0 Sering 30 60,0 Jarang 11 22,0 Total 50 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa frekuensi sakit anggota keluarga dalam satu bulan terakhir terbanyak adalah sering dengan 30 responden (60%). 4. Jenis penyakit Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden sesuai jenis penyakit berdasarkan keseringan sakit Jenis penyakit Jumlah Frekuensi Batuk 16 32% Demam Berdarah 2 4% Diare 22 44% Total 50 1000% Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jenis penyakit yang muncul pada satu bulan terakhir terbanyak yaitu diare (44%) dan batuk (32%). 5. Tabulasi silang PHBS dengan frekuensi sakit a. Pada responden dengan frekuensi sakit sangat sering, proporsi responden dengan kategori sehat pratama (100%) lebih besar daripada sehat madya (37,5%), sehat purnama (0%), dan sehat mandiri (0%). b. Pada responden dengan frekuensi sakit sering, proporsi responden dengan kategori sehat pratama dan sehat mandiri (0%) lebih kecil dari sehat madya (62,5%) dan sehat purnama (100%). c. Pada responden dengan frekuensi sakit jarang, proporsi responden dengan kategori sehat mandiri (100%) lebih besar daripada sehat pratama (0%), sehat madya (0%), dan sehat purnama (0%). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan semakin tinggi PHBS maka semakin rendah frekuensi sakit. Hal ini dapat dianalisis dengan hasil uji Kendall s Tau bahwa: a. Terdapat hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga. Besarnya nilai hubungan tersebut sebesar negatif 0,739. Sifat korelasi negatif menunjukkan semakin tinggi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka semakin rendah frekuensi sakit anggota keluarga, sebaliknya semakin rendah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka semakin tinggi frekuensi sakit anggota keluarga. Kekuatan hubungan dari hasil di atas termasuk dalam kategori kuat. b. Nilai signifikan atau P- value sebesar 0,000 berarti hubungan tersebut signifikan atau diterima pada probabilitas 5%. 62

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada penelitian ini mayoritas berada pada kategori sehat purnama dengan persentase 40%, dengan indikator yang paling banyak dilakukan masyarakat yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan bagi rumah tangga yang tidak/ belum pernah hamil mengerti kalau hamil harus diperiksa oleh tenaga kesehatan (98%), sedangkan indikator yang paling sedikit dilakukan yaitu mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah BAB (22%) dan anggota rumah tangga tidak ada yang merokok atau tidak merokok di dalam rumah, rumah bebas dari asap rokok (28%). Hal ini ada kemungkinan karena faktor pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat yang sudah cukup baik, dengan dibuktikannya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong tergolong cukup baik, didukung pendapat Notoatmodjo (2012) PHBS dipengaruhi oleh perilaku seseorang, dan perilaku itu sendiri terbagi menjadi tiga aspek, yakni: pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun tingkat-tingkat praktek meliputi, persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan, sedangkan menurut Notoatmodjo (2012) penyebab yang mempengaruhi PHBS adalah faktor perilaku,non perilaku fisik, sosial ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua faktor utama tersebut. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi 8. Frekuensi sakit masyarakat pada penelitian ini mayoritas sering dengan persentase 60% (dari sehat purnama 40% dan sehat madya 20%). Jenis penyakit yang sering muncul satu bulan terakhir terbanyak yaitu diare (44%) dan batuk (32%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan dan perilaku, didukung penelitian Kusumawati (2011) diare dapat terjadi karena faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, psikologi, sumber air minum, perilaku pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Gangguan penapasan seperti ISPA dengan gejala awal yaitu batuk juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku, dengan kondisi lingkungan yang mudah terkena polusi udara (asap rokok, dan debu) dan perilaku merokok di dalam rumah yang menjadi kebiasaan kepala dan anggota keluarga lainnya dapat menyebabkan gangguan pernapasan terutama ISPA. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni). Selain itu, faktor risiko yang secara umum dapat menyebabkan terjadinya ISPA adalah keadaan sosial ekonomi menurun, gizi buruk, pencemaran udara dan asap rokok 10. Hasil penelitian diatas ada hubungan yang bermakna antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga di Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong. Besarnya nilai hubungan tersebut sebesar negatif 0,739 dengan P-value sebesar 0,000. Sifat korelasi negatif menunjukkan semakin tinggi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka semakin rendah frekuensi sakit anggota keluarga, sebaliknya semakin rendah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka semakin tinggi frekuensi sakit anggota keluarga. PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/ menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan caracara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat 8. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa proporsi kejadian diare (44%) pada anggota keluarga Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong merupakan yang paling tinggi, hal ini dapat dihubungkan dengan hasil indikator PHBS yang terendah yaitu mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah BAB (22%). Menurut Hans (2008) dalam Kusumawati (2011) dalam hal ini tangan sebagai pintu masuknya 63

penyakit karena tangan yang tercemar, kuman masuk ke mulut lewat makanan yang kita pegang. Jadi tangan menjadi jembatan tersebarnya kuman dari kotoran atau tinja ke mulut yang biasa disebut kebanyakan orang fecal oral. Fecal itu tinja dan oral itu mulut. Dengan cuci tangan menggunakan sabun kita dapat memutus mata rantai penularan penyakit diare 5. Dalam penelitian ini frekuensi responden yang mengalami batuk (32%) juga tergolong tinggi, hal ini dapat dihubungkan dengan indikator PHBS tentang anggota rumah tangga tidak ada yang merokok atau tidak merokok di dalam rumah, rumah bebas dari asap rokok (28%) masih tergolong rendah, dengan demikian batuk atau gangguan pernapasan lainnya akan mudah menyerang anggota keluarga lain, karena tidak hanya perokok aktif yang dapat mengalami gangguan pernapasan tetapi perokok pasif juga dapat terkena dampak dari perilaku tersebut. Hal ini didukung dalam penelitian Trisnawati dan Juwarni (2012) pada kelompok kasus (menderita ISPA) sebagian besar perilaku merokok orang tuanya dikategorikan berat (80.4%). Pada kontrol ditemukan 39 balita (76.5%) dengan perilaku orangtua merokok kategori ringan. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan orang tua dengan semakin berat perilaku merokok orangtua maka semakin besar potensi anak balitanya menderita ISPA. Analisis WHO (2008) dalam Trisnawati dan Juwarni (2012) menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama. Menurut pusat promosi kesehatan Dinkes Metro dalam Napu (2012), PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit. Dampak PHBS yang tidak baik dapat menimbulkan suatu penyakit diantaranya adalah mencret, muntaber, desentri, typus, dan DBD. Menurut Napu (2012) PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Masalah kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya masyarakat Indonesia dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya yang tidak sejalan dengan konsep kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga di Dusun Ngembat Sari Desa Kragilan Kecamatan Gemolong didapatkan jumlah responden sebanyak 50 KK, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anggota keluarga dengan kategori sehat pratama sebanyak 6%, sehat madya sebanyak 32%, sehat purnama sebanyak 40%, dan sehat mandiri sebanyak 22%. 2. Frekuensi sakit pada penelitian ini anggota keluarga dengan tingkatan sangat sering sebanyak 18%, sering sebanyak 60%, dan jarang sebanyak 22%. 3. Ada hubungan yang bermakna antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan frekuensi sakit anggota keluarga di Dusun Ngembat Desa Kragilan Kecamatan Gemolong dengan nilai τ sebesar -0,739, dan P- value 0,000. Saran Berdasarkan SIMPULAN tersebut peneliti memberikan saran dalam meningkatkan mutu penelitian tentang PHBS sebagai berikut: Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini memberikan masukan data tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga sebagai salah satu institusi yang berkecimpung dalam dunia kesehatan yang berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat/ anggota keluarga tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. 64

Bagi anggota keluarga diharapkan seluruh anggota keluarga dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan menurunkan frekuensi sakit dengan berperilaku hidup bersih dan sehat. Bagi masyarakat Diharapkan masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Terutama dalam hal cuci tangan menggunakan sabun dan tidak merokok di dalam rumah, hal ini untuk menanggulangi masalah kesehatan terbanyak di Dusun Ngembat Sari RT 17 RW 03 Desa Kragilan Kecamatan Gemolong yaitu diare dan batuk (ISPA). REFERENSI Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2011. Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo Tahun 2010. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Gorontalo. Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta, 2007. http://www. depkes.phbs.mediafire.com. Diakses pada tanggal 3 februari 2014. Pukul 15.30 WIB. Dinkes Jawa Tengah. 2006. Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2006. Dinkes Jawa Tengah: Jawa Tengah Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012. http://kesmas.unsoed.ac.id/ sites/default/files/file-unggah/jurnal/pdf. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014. Pukul 15.30 WIB. Kusumawati, Oktania. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun di Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan. Diakses pada tanggal 13 November 2013. Pukul 19.35 WIB. Napu, Nur ain, 2012. Gambaran Perilaku Kepala Keluarga tentang PHBS di Desa Tunggulo Selatan Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango. Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Repository.usu.ac.id/bitstream/chapterII.pdf. diakses pada tanggal 23 Juni 2014. Pukul 21.15 WIB. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Trisnawati, Yuli; Juwarni. 2012. Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan 65