BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Pembiayaan Murabahah Pada Sektor. Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB IV ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN DANA TALANGAN QORD WAL IJAROH UNTUK BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI PADA BMT NU SEJAHTERA KANTOR OPRASIONAL MANGKANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) An-Nuur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB V PEMBAHASAN. syari ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya di dunia, termasuk dalam bidang perekonomian. Semua ketentuanketentuan

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG A. Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera Mangkang Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok BMT, yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit unit. 1 pembiayaan merupakan aktifitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha lembaga keuangan syariah. 2 Pembiayaan itu sendiri dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, yaitu pembiayaan berdasarkan pola bagi hasil (mudharabah) dan musyarakah (Investment financing), pembiayaan berdasarkan pola jual beli Murabahah (mark up sale), Salam dan Istishna (Manufacture sale), pembiayaan berdasarkan pola sewa Ijarah (leasing), Ijarah wa Iqtina (Trade Financing), pembiayaan berdasarkan pola pinjaman Qardh (talangan). 3 Dalam praktiknya BMT NU Sejahtera Mangkang hanya memiliki satu produk pembiayaan saja, yaitu pembiayaan murabahah atau mark up sale. 1 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 160. 2 http://digilib.uin-suka.ac.id/6873/1/bab%20i,%20v.pdf 3 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 39. 64

65 Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah mutahiya bittamlik; c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 4 Pembiayaan itu sendiri pada dasarnya tidak terlepas dari adanya berbagai macam risiko. Salah satu risiko yang mungkin terjadi yaitu terjadinya pembiayaan macet, artinya nasabah/anggota sudah tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk mengangsur pembiayaan yang di keluarkan oleh pihak BMT atas dirinya. Hal ini juga merupakan suatu problem yang di alami oleh Lembaga Keuangan Syariah yaitu Baitul Maal wa Tamwil (BMT) NU Sejahtera Mangkang. 4 www./uu No. 21 Tahun 2008/Perbankan.com

66 Pembiayaan murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. 5 Pembiayaan murabahah itu sendiri tidak terlepas dari berbagai macam risiko. Salah satu risiko yang mungkin terjadi yaitu adanya pembiayaan macet yang memungkinkan nasabah tidak dapat mengangsur pembiayaan tersebut. Adapun penyebab pembiayaan itu menjadi macet adalah adanya faktor sebagai berikut: 1. Faktor intern (berasal dari pihak lembaga keuangan/bmt) kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah. kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan sidestreaming). perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. proyeksi penjualan terlalu optimis. proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor. aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable. lemahnya supervisi dan monitoring. 5 Ibid, hlm. 81-82

67 terjadinya erosi mental : kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat BMT sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek lembaga keuangan yang sehat. 2. Faktor ekstern karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya). melakukan side streaming penggunaan dana. kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha. usaha yang dijalankan relatif baru. bidang usaha nasabah telah jenuh. tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis. Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera Mangkang yang berasal dari faktor intern (pihak BMT) yaitu kurangnya prinsip-prinsip pembiayaan (5c) yang diterapkan kepada anggota/calon anggota. Salah satu bentuk dari kurangnya penerapan 5c yaitu evaluasi terhadap keuangan dan kondisi nasabah, karena kinerja dari BMT didasarkan pada salah satu dari empat unsur pembiayaan yaitu kepercayaan dari pihak BMT NU Sejahtera Mangkang kepada anggota/calon anggota. Sedangkan yang berasal dari faktor ekstern (pihak nasabah) yaitu managemen nasabah yang kurang teratur, artinya kebanyakan nasabah kurang bisa mengalokasikan pendapatan dengan

68 baik, cuaca yang tidak menentu sehingga mengakibatkan usaha dan penghasilan nasabah tidak berkembang, musibah yang datangnya tidak terduga yang terjadi pada nasabah ataupun keluarga nasabah. 6 salah satu nasabah yang peneliti gunakan sebagai sample yaitu Bapak Suburdi yang beralamat di desa Ngebruk, Mangunharjo Kecamatan tugu. Bapak Suburdi mengalami tunggakan selama 10 bulan yang dikarenakan usaha tambak udang dan kepiting dari Bapak Suburdi gagal panen karena faktor cuaca hujan dan tambak mengalami kebanjiran sehingga banyak udang dan kepiting yang hilang terseret arus banjir, sedangkan tambak itu bukan milik sendiri melainkan sewa dari orang lain, memiliki dua anak yang masih sekolah dan istrinya hanyalah seorang buruh cuci. B. Analisis penyelesaian pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera Mangkang Murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli cicilan. Pada perjanjian murabahah atau mark-up, BMT membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain, penjualan barang oleh BMT kepada nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit. 7 6 Wawancara dengan Bp. Moh. Soleh Staff Bag. Penagihan Tanggal 27 Januari 2014. 7 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999), hlm. 64

69 Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profitnya (keuntungan yang diperoleh). 8 Pembiayaan murabahah itu sendiri tidak terlepas dari berbagai macam risiko. Salah satu risiko yang mungkin terjadi yaitu adanya pembiayaan macet yang memungkinkan nasabah tidak dapat mengangsur pembiayaan tersebut. Hal tersebut juga terjadi di BMT NU Sejahtera Mangkang. 28 dari 105 nasabah pembiayaan murabahah dari BMT tersebut tidak memenuhi kewajibannya untuk mengangsur pembiayaan yang telah dilakukan pihak lembaga keuangan atas dirinya yang disebabkan adanya beberapa faktor. Dalam hal pembiayaan macet pihak lembaga keuangan perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Untuk menyelesaikan permasalahan pembiayaan macet tersebut BMT NU Sejahtera Mangkang senantiasa berpedoman dengan prinsip-prinsip hukum Islam yang ada. upaya penyelamatan pembiayaan macet yang dilakukan pihak lembaga keuangan didasarkan atas keputusan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah republik Indonesia No: 91/kep/M.KUKM/IX/2004 BAB IX pasal 27 tentang pengendalian risiko dan juga Standar Operasional Prosedur (SOP) KJKS. 2003), hlm. 161. 8 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia,

70 Teknik-teknik yang digunakan oleh BMT sebagai KJKS untuk mengendalikan risiko pembiayaan adalah Preventif (Pencegahan) dengan melakukan penagihan intensif terhadap semua nasabah/anggota yang memiliki kewajiban untuk mengangsur pembiayaan yang dilakukan di BMT NU Sejahtera Mangkang, terlebih kepada nasabah yang sudah lebih dari 3 bulan tidak memenuhi kewajibannya untuk mengangsur pembiayaan tersebut. Karena jika sudah lebih dari 3 bulan berarti sudah bisa dikategorikan sebagai pembiayaan macet. teknik selanjutnya yang digunakan yaitu Kuratif (Penyelesaian) melalui Penjadualan kembali (Rescheduling) dengan Memperpanjang jangka waktu pembiayaan, dalam hal ini nasabah diberikan keringanan oleh pihak BMT dalam masalah jangka waktu pembiayaan. Contohnya perpanjangan jangka waktu pembiayaan yang diberikan oleh pihak BMT kepada Bapak Suburdi salah satu nasabah dari BMT NU Sejahtera Mangkang dari 6 bulan menjadi satu tahun. Memperpanjang jangka waktu angsuran, Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini pihak BMT NU Sejahtera Mangkang memberikan jangka waktu angsuran pembiayaan diperpanjang pembayarannya. contohnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. sehingga Bapak Suburdi selaku debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. Dengan berpedoman pada firman Allah SWT yang terdapat dalam QS. Al- Baqarah ayat 280:

71!"# % 0123 -. %&' ()*+ $ 45678 wahai kaum mukmin, jika peminjam dalam kesulitan untuk mengembalikan pinjamannya kepada kalian, hendaklah dia diberi tempo sampai mendapatkan kemudahan untuk membayar. 9 Teknik selanjutnya yang dilakukan di BMT NU Sejahtera Mangkang adalah menggunakan Barang jaminan saat pembiayaan berlangsung. Barang jaminan tersebut di lelang atau di jual untuk menutupi kekurangan angsuran dari pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah. Hasil dari pelelangan atau penjualan tersebut sepenuhnya di pakai untuk melunasi kekurangan angsuran nasabah, dengan ketentuan jika hasil dari pelelangan atau penjualan tersebut lebih untuk melunasi angsuran pembiayaan maka akan di kembalikan kepada nasabah dan jika kurang nasabah tetap harus bertanggung jawab atas kekurangan tersebut. Pelelangan atau penjualan barang jaminan tersebut tentunya atas persetujuan dari nasabah. 9 Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur an Tarjamah Tafsiriyah Memahami Makna Al- Qur an Lebih Mudah, Cepat dan Tepat, (Yogyakarta: Ma had An-Nabawi, 2012), hlm. 56