BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

perusahaan emiten dan underwriter (penjamin emisis efek). Sedangkan untuk

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. melakukan IPO (Initial Public Offerings) yang dilakukan di pasar perdana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jeff Madura (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sekarang ini dijadikan alternatif pendanaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

Repositori STIE Ekuitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan perusahaan kepada masyarakat/publik (go public).

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan meningkatkan skala perusahaan, maka perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif yang bersifat memaparkan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era milenium seperti sekarang ini, dunia perekonomian berkembang secara pesat baik perekonomian di dalam negeri maupun secara global. Banyak perusahaan yang ingin memperluas usahanya, perluasan usaha dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang dilakukan perusahaan maka tambahan modal yang cukup besar pun sangat diperlukan perusahaan. Perusahaan dapat mendapatkan modal dalam berbagai cara diantaranya modal yang berasal dari pinjaman atau dengan cara menerbitkan saham baru. Jika alternatif kedua yang dipilih, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperolehnya, antara lain dengan menjual saham biasa kepada pemegang saham yang sudah ada, menjual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan), menambah saham lewat deviden yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan), menjual langsung kepada pemilik tunggal (biasanya investor institusi) secara privat (private placement), atau menawarkan kepada publik. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek disebut Go Public. Proses penawaran dan permintaan saham perusahaan terjadi dalam suatu mekanisme yang disebut pasar modal. Perusahaan dapat memperoleh modal di pasar modal dengan cara emisi saham. Menurut Sundjaja & Barlian (2001: 44) bahwa:

2 Pasar modal (capital market), terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang. Pasar modal terbentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik utang maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Fahmi, I et al (2009: 16) mengatakan bahwa Pasar modal (capital market) adalah sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang diperdagangkan. Pasar modal juga merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar modal menjadi alternatif sumber dana disamping perbankan bagi pembiayaan-pembiayaan kegiatan operasi perusahaan melalui penjualan saham maupun penerbitan obligasi oleh perusahaan yang membutuhkan dana. Bentuk nyata dari pasar modal berupa Bursa Efek. Seperti yang dikemukakan oleh Sundjaja et al (2001:45) bahwa Bursa Efek adalah organisasi yang menyediakan tempat pemasaran dimana perusahaan dapat meningkatkan dananya melalui penjualan sekuritas baru dan pembeli dapat menjual kembali sekuritasnya. Setelah perusahaan memutuskan untuk menjadi go public maka perusahaan harus mengawalinya dengan proses penawaran saham perdana. Penawaran saham perdana tersebut yang biasanya disebut Initial Public Offering (IPO). Berdasarkan data yang diambil dari pojok bursa efek ITB, jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan IPO periode tahun 2006 2010 terlihat pada tabel 1.1

3 Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang melakukan IPO Periode Tahun 2006-2010 Tahun Jumlah perusahaan yang melakukan IPO 2006 12 perusahaan 2007 22 perusahaan 2008 19 perusahaan 2009 13 perusahaan 2010 23 perusahaan Jumlah 89 perusahaan Sumber: Pojok Bursa Efek ITB (Data sudah diolah) Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah perusahaan yang go public dengan melakukan IPO dari tahun 2006 2010 mengalami fluktuasi. Namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan go public, yaitu hampir 55% dari tahun sebelumnya. Dengan banyaknya perusahaan yang go public maka persaingan pun akan semakin besar, perusahaan akan berlomba-lomba mencari investor untuk menanamkan modalnya melalui tahapan pertama perusahaan yang disebut IPO. Kegiatan IPO untuk suatu perusahaan sering kali diwarnai dengan adanya fenomena yang umum terjadi di pasar modal yaitu dengan adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO yang biasa disebut underpricing (Yolana dan Martani, 2005). Fenomena underpricing dapat pula dilihat dari data jumlah perusahaan yang melakukan IPO dan harga saham mengalami underpricing. Seperti terlihat pada tabel 1.2 1. Underpricing adalah selisih antara harga saham di pasar sekunder hari pertama lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham di pasar perdana.

4 Tabel 1.2 Daftar Lembaga Perbankan Yang Mengalami Underpricing Periode 2006 2010 IPO NAMA IPO CLOSE KODE DATE PERUSAHAAN PRICE PRICE KET 15/12/06 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 115 157 Underpricing 06/01/06 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 160 235 Underpricing 07/10/06 BBKP Bank Bukopin Tbk 350 380 Underpricing 07/03/07 MCOR Bank Windu Kenjhana International Tbk 200 225 Underpricing 04/10/07 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 150 205 Underpricing 08/01/08 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 1.008 1.300 Underpricing Bank Tabungan 12/03/08 BTPN Pensiunan Nasional 2.850 2.975 Underpricing Tbk. 17/12/09 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 800 820 Underpricing Bank Pembangunan 08/07/10 BJBR Daerah Jawa Barat dan B Tbk 600 830 Underpricing 13/12/10 BSIM Bank Sinarmas Tbk 150 180 Underpricing Sumber:Pojok Bursa Efek ITB (Data sudah diolah) Pada tabel ini memperlihatkan bahwa terjadi underpricing pada seluruh perusahaan pada penawaran perdana yang dilakukan perusahaan-perusahaan perbakan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 2010. Dalam rentan waktu lima tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010 lembaga perbankan yang melakukan IPO sebanyak sepuluh perusahaan. Berdasarkan data tersebut, semua perusahaan mengalami underpricing. Hal ini mengindikasikan bahwa saham perusahaan perbankan pada saat penawaran perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2006 2010 mengalami tingkat underpricing yang tinggi. Berdasarkan alasan di atas penelitian ini akan memfokuskan pada sektor industri perbankan untuk diteliti besarnya tingkat underpricing-nya.

5 Untuk mengetahui underpricing saham yang dialami ketika melakukan penawaran perdana atau IPO, maka elemen yang diperlukan adalah adanya harga ketika IPO dan harga penutupan. Harga penutupan yang digunakan adalah harga penutupan hari pertama di pasar sekunder. Hal ini dperkuat dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ardiyansyah, 2004. Ardiyansyah, (2004:367) berpendapat bahwa: Return awal yang digunakan dalam penelitiannya yakni selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan (closing price) pada pasar sekunder dibagi dengan harga penawaran perdana (offering price). Return awal yang dimaksud adalah return perusahaan pada hari pertama kali melakukan IPO di pasar sekunder, dengan tujuan untuk melihat perilaku para investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar perdana BEJ. Dengan menggunakan harga ketika IPO dan harga penutupan di hari pertama di pasar sekunder, maka return awal akan diketahui, apakah Return tersebut underpricing atau overpricing. Kondisi underpricing adalah kondisi yang tidak baik bagi perusahaan emiten, harga saham yang ditawarkan pada saat IPO seharusnya terjual sesuai harga yang ditawarkan sehingga tidak terdapat selisih harga. Di satu pihak, underpricing menguntungkan investor tetapi di pihak lain akan merugikan emiten karena dana yang dikumpulkan tidak maksimal. Kondisi underpricing menunjukkan adanya underestimate atas nilai pasar sahamnya. Hal ini terjadi karena perusahaan menetapkan harga saham pada saat pasar perdana terlalu rendah dibandingkan nilai saham itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang dijelaskan oleh Nasirwan (2000:574) yang menyatakan bahwa:...baik informasi akuntasi maupun non akuntasi dibutuhkan oleh para investor ataupun calon investor dalam proses pembuatan keputusan investasi di pasar modal sehingga dimungkinkan kedua informasi tersebut baik informasi

6 akuntansi maupun informasi non akuntansi merupakan faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap terjadinya underpricing. Maka dari itu menurut Rodono, A (2002: 198) memaparkan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi underpricing diantaranya yaitu: 1. Debt to Equity Ratio (DER) 2. Profitabilitas 3. Earning Per Share (EPS) 4. Ukuran Perusahaan 5. Umur Perusahaan 6. Reputasi Auditor 7. Reputasi Underwriter 8. Presentasi saham yang ditawarkan 9. Sentimen Pasar 10. Kekuatan Intervensi (Forced Offering) 11. Likuiditas 12. Proporsi Utang. Pada saat perusahaan melakukan IPO, umumnya investor memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus yang memuat rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan maupun non keuangan. Menurut pendapat Kim, et. al, 1995 dalam Misnen, 2004 bahwa Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik dapat membantu para investor dalam menentukan investasinya. Kinerja keuangan adalah aspek yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan untuk penyertaan modal bagi para investor. Para investor akan menjadikan kinerja keuangan perusahaan sebelum IPO sebagai acuan dalam mempertimbangkan investasinya. Apabila kinerja keuangan perusahaan sebelum IPO baik, maka

7 investor akan tertarik untuk berinvestasi. Ketertarikan investor didasari oleh harapan yang besar akan kinerja keuangan perusahaan setelah IPO. Para investor akan berasumsi bahwa apabila kinerja keuangan sebelum IPO baik maka perusahaan emiten akan dapat mempertahankan kinerja keuangannya sampai setelah IPO. Apabila kinerja keuangan perusahaan sebelum IPO baik maka akan mempengaruhi harga saham perdana ketika perusahaan emiten melakukan IPO. Ketika harga saham saat IPO tinggi dibandingkan dengan harga saham di pasar sekunder maka tidak akan terjadi underpricing dan sebaliknya apabila harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan harga saham di pasar sekunder maka akan terjadi underpricing. Dari uraian tersebut sangat jelas bahwa kinerja keuangan perusahaan emiten akan berdampak pula pada tingkat underpricing. Pentingnya kinerja keuangan perusahaan emiten sebagai aspek yang dipertimbangkan oleh investor dan pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat underpricing, kinerja keuangan perusahaan pun dapat dinilai dengan cara menilai rasio keuangan perusahaan. Salah satu rasio keuangan perusahaan yang dapat digunakan adalah rasio profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan modal sendiri. ROE (Return On Equity) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan, yang diasumsikan atas dana yang telah ditanamkan oleh para investor pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana atau IPO. Dengan tingginya profitabilitas (ROE)

8 perusahaan, maka akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan karena dengan tingginya ROE investor berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang besar pula. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran atas saham di pasar sekunder yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan saham tersebut. Penelitian tentang tingkat underpricing dan harga saham dihubungkan dengan informasi pada prospektus merupakan hal yang menarik bagi peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Maka dari itu dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang emiten. Emiten akan menggunakan informasi keuangan yang dimilikinya untuk mengetahui perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi atas saham perusahaan emiten. Sebelumnya riset-riset mengenai pengaruh informasi keuangan dan informai non keuangan terhadap initial return atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun Indonesia (Beatty, 1989;Carter dan Manaster, 1990; Ritter, 1991; Kim, Krinsky dan Lee, 1995; Chisty, Hasan dan Smith, 1996; Trisnawati,1999; Daljono, 2000; Chandradewi, 200l Nasirwan, 2000, Ardiansyah, 2004, Yolana C, 2005). Meskipun banyaknya studi tentang underpricing telah dilakukan, namun penelitian di bidang ini masih dianggap masalah yang menarik untuk diteliti karena adanya inkonsistensi hasil penelitian, ketidak-konsistenan hasil penelitian dapat terlihat diantanya adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2000), hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap initial

9 return. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Yolana (2005), mengungkapkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh secara simultan terhadap underpricing. Serta kebanyakan penelitian lebih memfokuskan pada informasi non keuangan. Informasi non keuangan yang dijadikan fokus penelitian antara lain seperti reputasi undewriter, reputasi auditor, umur perusahaan, dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai rasio keuangan yang mungkin mempengaruhi underpricing. Hal inilah yang mendorong penelitian dilakukan di bidang ini. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini menggunakan variabel rasio keuangan guna mengukur tingkat underpricing. Variabel rasio keuangan yang digunakan di sini adalah rasio profitabilitas yang di ukur dengan ROE. Alasan mengapa ROE digunakan sebagai rasio profitabilitas tidak menggunakan ROA sebagai ukuran rasio profitabilitas yaitu karena peneliti ingin mengetahui seberapa besar laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang fenomena underpricing. Maka peneliti mengangkat masalah tersebut dengan judul Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tingkat Underpricing Pada Saat Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 2010. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat permasalahan underpricing dari sudut pandang perusahaan emiten. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu

10 1. Bagaimana gambaran profitabilitas perusahaan perbankan satu tahun sebelum melakukan Go Public. 2. Bagaimana tingkat Underpricing perusahaan perbankan pada saat Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 2010. 3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap tingkat Underpricing pada saat Initian Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 2010. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang Profitabilitas dan pengaruhnya terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran profitabilitas perusahaan perbankan keuangan satu tahun sebelum melakukan IPO. 2. Untuk mengetahui tingkat underpricing perusahaan perbankan pada saat Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap tingkat underpricing pada saat Initian Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 2010.

11 1.4 Kegunaan Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Memberikan kontribusi pemikiran dan diharapkan bisa sebagai dasar acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang menejemen keuangan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal. b. Bagi Emiten Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan didalam melakukan penawaran perdana di BEI untuk memperoleh harga yang baik, agar saham yang ditawarkan dapat terjual semua. c. Bagi Masyarakat umum Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai bahan untuk mengamati kinerja pasar modal dengan melihat efisiensi pasar modal yang digambarkan dengan kinerja perusahaan berdasarkan pada laporan keuangannya.