BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008 : 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bagi para investor untuk melakukan aktifitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

TEORI DEVIDEN (DIVIDEND THEORY)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Devidend Payout Ratio. being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan penulis adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Profitabilitas sering dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Debt To Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sesuai dari judul skripsi ini yaitu pengaruh likuiditas, leverage,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gitman (2003:570) mengatakan bahwa dividen payout ratio indicates

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Lukas Setia Atmaja (2010:110) menyebutkan ada lima

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan dalam menjalankan usahanya selain untuk memperoleh

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen Menurut Sartono (2008 : 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan mengenai dividen mengacu kepada pilihan perusahaan apakah akan membagikan dividen dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lainnya, berapa besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan. Kebijakan dividen perusahaan dapat berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan pertimbangan perusahaan pada waktu itu dan berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dalam melaksanakan kebijakan dividennya,

8 perusahaan dapat menggunakan satu dari alternatife kebijakan dividen mengenai pola pembayaran dividen berikut: a) Rasio pembayaran dividen konstan Dalam kebijakan ini, dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan konstan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, walaupun dividend payout ratio konstan, umlah nominal dividen per saham akan berfluktuasi sesuai dengan variasi pendapatan setelah pajak perusahaan. b) Dividen per saham konstan Kebijakan ini merupakan kebalikan dari kebijakan rasio pembayaran dividen konstan. Dalam kebijakan ini, perusahaan menetapkan besaran dividen per saham yang konstan dari tahun ke tahun. Jadi, walaupun pendapatan setelah pajak perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, akan tetapi besarnya dividen per saham yang dibagikan perusahaan akan tetap sama. c) Dividen kecil dan teratur plus ekstra akhir Dalam kebijakan ini, perusahaan membagikan dividen yang kecil untuk tiap lembar sahamnya secara teratur. Apabila nantinya pada akhir tahun laba perusahaan mengalami peningkatan maka terdapat ekstra dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. 2.1.2. Teori Kebijakan Dividen Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen diantranya yaitu (Sartono, 2008) : 1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen)

9 Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang. 2. The Bird in Hand Theory Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner yang berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. 3. Tax Pteferance Theory Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi dari pada dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi.

10 Selain teori diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah (Brigham, 1999) : 1. Information Content or Signaling Hypothesis Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan nirmal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan norma diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. 2. Clientele Effect Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

11 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen : (Sartono, 2008) (1) Kebutuhan Dana Perusahaan Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. (2) Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. (3) Kemampuan Meminjam Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar akan

12 memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen. (4) Keadaan Pemegang Saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar. (5) Stabilitas Dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.

13 2.1.4. Pola Pembayaran Dividen Tunai Menurut Sartono (2008) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara lain : 1. Kebijakan Dividen yang Stabil Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlembar saham yang dibayarkan dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan permanen, barulah besaran dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan mengharapkan dividen ekstra ini.

14 3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan. 4. Kebijakan dividen yang fleksibel Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan posisi dan kebijkan finansial perusahaan tiap bulan. 2.1.5. Syarat Pembayaran Dividen Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Legalitas Dividen Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara yang berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada menekankan pada solven atau tidaknya suatu perusahaan sebelum perusaah mengadakan pembagian dividen dan ada yang menekankan bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto, bahkan ada yang menggunakan kombinasi keduanya. 2. Kondisi Keuangan Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih daripada legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada kondisi ekonomi tertentu, terutama likuiditas. Jadi, sebelum dividen

15 diumumkan manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen dividen. 2.1.6. Kendala Pembagian Dividen Kendala-kendala dalam pembagian dividen : 1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit sering kali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang tidak dapat dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga dan rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan. 2. Ketidakcukupan Laba Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca. Pembatasan ini disebut impairment of capital rule, dirancang untuk melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri persoalannya.

16 3. Ketersediaan Dana Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai. Jadi, kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal ini biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh pinjaman. 4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar. 2.2. Pengertian Profitabilitas Menurut Arilaha (2009), berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Profitabilitas adalah pengembalian atas investasi modal yang merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang dan berguna untuk analisis likuiditas jangka pendek (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2010). Bringham and Houston (2006) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian

17 besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki sumber dana dari dalam yang lebih sehingga tidak perlu menggunakan hutang banyak. Selain itu, dengan bertambahnya laba ditahan, maka rasio hutang dengan sendirinya akan lebih kecil. Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuaan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analisis. Alat analisis keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perbandingan, analisis trend, analisis leverage, analisis break even, analisis rasio keuangan dan lain-lain.

18 Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif, yang menunjukkan hubungan antara satu unsure dengan unsure lainnya dalam laporan rugi-laba dan neraca. Disamping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial perusahaan yang memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Sartono (2008) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, maka profitabilitas sebagai berikut : 1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) yang dihitung dari laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut : NPM = Laba Bersih Total Penjualan Dimana semakin tinggi net profit margin, maka semakin baik operasi perusahaan. 2. Hasil pengembalian modal (return on assets) dengan perhitungan sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Total Aset Pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam mengahsilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan perhitungannya adalah semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan perusahaan.

19 3. Hasil pengembalian modal sendiri (return on net worth) merupakan rasio bersih setelah pajak terhadap modal sendiri mengukur tingkat pengembalian dari pemegang saham. ROE = Laba Bersih Modal Sendiri 4. ROI (Return On Investment) menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. 2.3. Pengertian Leverage Bambang Riyanto (2011) menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan membayar semua hutang-hutangnya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang mana ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang secara sistematik. Suharli (2007) terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi dan leverage keuangan. Leverage operasi menunjukkan seberapa besar biaya tetap digunakan dalam operasi perusahaan, sedangkan leverage keuangan adalah penggunaan hutang yang menunjukkan sampai seberapa jauh hutang dan ekuitas digunakan dalam struktur modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan

20 tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Jenis Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya hutang yang harus dibayarkan perusahaan. 2.4. Pengertian Growth Pertumbuhan perusahaan (growth) dapat menunjukkan peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Maria Ulfa (2009) menyatakan bahwa growth merupakan tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan asset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu pertimbangan para investor dalam menanamkan investasinya. Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan profitabillitas yang tinggi di masa depan, diharapkan laba lebih persisten, sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan) memiliki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat kebutuhan perusahaan untuk membiayai ekspansinya. Perusahaan yang

21 berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun. Alat ukur pertumbuhan perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah pertumbuhan asset. Asumsinya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengadakan pengembangan usaha. Hal ini dapat dilihat dari perubahan asset perusahaan. Growth dapat dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan total asset perusahaan dari suatu ke periode berikutnya. 2.5. Insider Ownership Insider Ownership merupakan presentase saham yang dimiliki manajemen. Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Bringham (2006) pengertian insider ownership adalah sebagai berikut : presentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki manajer dan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Secara matemati, nilai kepemilikan manajerial ini diperoleh dari presentase saham perusahaan yang dimiliki dewan direksi dan komisaris. Insider ownership diukur dengan membagi total saham yang dimiliki komisaris dan direksi terhadap total saham.

22 2.6. Penelitian Terdahulu Tabel 1. Ringkasan penelitian terdahulu No Peneliti Masalah yang diteliti Hasil 1 Hatta (2002) Menguji bagaimana pengaruh pertumbuhan asset, insider ownership, free cash flow dan Ukuran perusahaan terhadap DPR 2 Heti (2006) Menguji pengaruh insider ownership, institutional ownership, dispersion of ownership, dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen 3 Arilaha dan (2009) Islamiyah Menguji pengaruh free cash flow, profitabilitas, Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya pertumbuhan asset yang berpengaruh signifikan terhadap DPR sementara ketiga variabel lainnya yaitu insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Insider ownership berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen, institutional ownership, tingkat pertumbuhan dan risiko perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, serta dispersion of ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas berpengaruh positif

23 likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen 4 Sariwati (2011) Menguji bagaimana pengaruh insider ownership, free cash flow, dan profitabilitas terhadap dividend payout ratio (DPR) dan signifikan, sedangkan likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend an leverage berpengaruh negatif. Bahwa insider ownership dalam perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap DPR. 2.7. Kerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian yaitu : Profitabilitas H 1(+) Leverage Growth Insider Ownership H 2(-) H 3(-) H 4 (-) Kebijakan Dividen Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diketahui kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

24 periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan menggunakan Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen. Dari hubungan analisis penilaian Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen tersebut, jika kebijakan dividen perusahaan itu bagus, semakin tinggi deviden maka semakin besar membayar dividen. Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership dapat dilihat dari segi mana perusahaan mampu memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang baik dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan dividen. 2.6.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai kebehasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Menurut Partington (1989) dalam Arilaha (2009), rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Stabilitas keuntungan adalah penting untuk mengurangi risiko

25 apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk mendorong dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada investor. Profitabilitas mutlak diperlukan perusahaan apabila hendak membayar dividen. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Suharli (2007) dan Arilaha (2009), Hatta (2002) yang terbukti bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen. Namun dalam penelitian Raharja (2007) dan Prihantoro (2003) mengemukakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. H 1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 2.6.2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen Asimetri informasi menyebabkan pendanaaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan, karena itu perusahaan lebih memprioritaskan dana internal daripada eksternal. Apabila dana internal tidak mencukupi, maka perusahaan dituntut untuk melakukan pendanaan eksternal yang biasanya lebih mengutamakan pendanaan utang daripada saham. Sehingga leverage perusahaan digunakan untuk pembayaran dividen agar dapat menjaga performa dan signal perusahaan bagi investor. Menurut Bringham dan Enhardt (dalam Suharli dan Harahap, 2004) semakin besar leverage perusahaan maka cenderung untuk membayar dividennya lebih rendah

26 dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan secara eksternal. Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya yang akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibagikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Prihantoro, 2003). Namun, bertentangan dengan Suharli dan harahap (2004) dimana leverage tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan mengenai jumlah pembagian dividen. H 2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 2.6.3. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen Sulistiyowati.,et al (2010) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan) memilki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat kebutuhan perusahaan uuntuk membiayai ekspansinya. Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham. Penelitian Suharli dan Harahap (2004), Marpaung dan Hadianto (2009), Prihantoro (2003), Raharja

27 (2007) serta Hatta (2002) tidak menemukan adanya pengaruh antara pertumbuhan dengan kebijakan dividen. H 3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 2.6.4. Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen Di dalam perusahaan terdapat kepemilikan orang dalam perusahaan yang terlibat secara langsung dengan informasi perusahaan dan disebut dengan Insider Ownership, yaitu pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan yang mempunyai akses langsung terhadap informasi di dalam perusahaan (Sariwati, 2011). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Demsey dan Laber (1992) seperti dikutip Heti (2006) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring perusahaan yang berarti perusahaan cenderung membayar dividen tinggi jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi dimasa depan yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Hasil penelitian Sariwati (2011) menunjukkan variabel insider oenership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR),

28 sedangkan Heti (2006) hasil penelitiannya menunjukan bahwa insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H 4 : Insider Ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen