BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Hukum Adat. Perkataan adat adalah istilah yang dikutip dari bahasa Arab, tetapi boleh dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

ANALISIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI TERTUA DALAM PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG SAIBATIN. (Lisa Hulen Handayani, Adelina Hasyim, M.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari hari, hal itu terbukti manusia sebagai individu ternyata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB IV HUKUM DAN SISTEM PE WARISAN ADAT

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK. A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hukum menurut pendapat para ahli hukum : E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

1 PENDAHULUAN. dengan julukan Sang Bumi Ruwa Jurai yang berarti satu bumi yang didiami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

SELAYANG PANDANG TENTANG ANAK DAN PENGANGKATAN ANAK. Oleh : Suwardjo. Dosen Fakultas Hukum Universitas surakarta. ABSTRAKSI

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan adat, termasuk dalam hal pewarisan. Indonesia memiliki berbagai macam bentuk waris di antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan adat. Masing-masing hukum tersebut memiliki karakter yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu bangsa Indonesia dikatakan Bhineka (berbedabeda daerah dan suku bangsa), Tunggal Ika (tetapi tetap satu jua, yaitu dasar dan sifat ke-indonesiaannya). Adat bangsa Indonesia yang Bhenika Tunggal Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang. 1 Sampai saat ini terdapat tiga sistem hukum yang mengatur tentang kewarisan yang berlaku di Indonesia, yaitu: hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris BW. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki berbagai macam adat dan suku bangsa, hingga saat ini Indonesia belum memiliki suatu unifikasi hukum waris yang bersifat nasional. Tetapi apabila sifat kekeluargaan yang ada pada waris adat, dibandingkan dengan sifat kekeluargaan yang terdapat pada orang-orang Tionghoa dan Eropa yang tunduk pada waris BW, maka ada perbedaannya, yaitu yang terpenting adalah 1 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), hal. 13. 1

2 terletak pada adanya Pasal 1066 BW yang tidak terdapat dalam hukum adat di antara orang-orang Indonesia asli. 2 Bentuk dan susunan masyarakat hukum yang merupakan persekutuan hukum adat, para anggotanya sebagian besar masih tetap hidup dengan hukum adatnya masing-masing berdasarkan ikatan teritorial dan ikatan genealogis atau campuran antara keduanya, yaitu yang bersifat genealogis teritorial. Masyarakat atau persekutuan hukum yang bersifat genealogis adalah suatu kesatuan masyarakat yang teratur dan para anggotanya terikat pada satu garis keturunan yang sama dari satu leluhur, baik secara langsung karena hubungan darah (keturunan) atau secara tidak langsung karena pertalian perkawinan atau pertalian adat. Pasal 1066 BW ini menentukan, adanya hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari harta warisan, sedangkan hukum adat di antara orang-orang Indonesia asli, harta warisan itu tidak diubah-ubah dan tidak boleh dipaksakan untuk dibagi antara ahli warisnya. Sejak istilah adatrecht yang kemudian diterjemahkan menjadi hukum adat dalam bahasa Indonesia yang diketemukan oleh Snouck Hurgronye dan diperkenalkan oleh Van Vollenhoven ke dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai istilah teknis yuridis, maka hukum adat itu diartikan sebagai hukum yang berlaku menurut perasaan masyarakat berdasarkan kenyataan. 3 2 R.Wirjono Prodjodikoro, Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Sumur Bandung, 1980), hal. 12. 3 Hilman Hadikusuma, Hukum Adat dan Pembangunan, (Teluk Betung: Grafika Karya, 1976), hal. 6-7.

3 Pasal 172 KHI (Kompilasi Hukum Islam) ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau pengamalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya. Dalam pasal 176-191 KHI tentang besarnya bagian harta waris untuk ahli waris yang sesuai dengan ketentuan pembagian harta warisan yang terdapat dalam surat an-nisa ayat 11-12 dan 176. 4 Salah satu keanekaragaman budaya yang berbeda tersebut dapat kita lihat salah satunya pada masyarakat adat Lampung. Provinsi Lampung adalah salah satu daerah transmigrasi di Indonesia yang dibuka sejak tahun1905. Lampung adalah salah satu tempat dimana orang dapat melihat menganut sistem kekeluargaan patrilinial yaitu sistem kekeluargaan yang menganut sistem kebapakan, mulai dari lingkungan hidup bermasyarakat ataupun dalam ruang lingkup keluarga. Karena hukum waris adat dipengaruhi sistem kekeluargaan seperti dijelaskan di atas, maka sudah tentu terdapat perbedaan antara masyarakat adat yang satu dengan masyarakat adat lainnya di Indonesia. Perbedaan ini terutama terhadap siapa yang menjadi pewaris, siapa yang menjadi ahli waris terhadap harta yang ditinggalkan. Demikian pula pada masyarakat adat suku Lampung yang dibagi dalam dua golongan adat yang dikenal selama ini, yaitu beradat Lampung Pepadun dan beradat Lampung Pesisir. Pada dasarnya, bentuk perkawinan dan sistem kewarisan yang diterapkan adalah sama. Hanya 4 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 7-10.

4 saja pada masyarakat adat Lampung Pepadun penerapannya masih kental dilakukan, baik pada masyarakat yang tinggal di perkotaan atau yang tinggal di pedesaan. Pada prinsipnya perbedaan itu hanya meliputi hal-hal yang kecil saja, misalnya dari segi bahasa masing-masing yang umumnya dibagi dalam dialek Nyow (Pepadun) dan dialek Api (Pesisir), namun dalam pergaulan atau percakapan dapat saling mengerti. 5 Demikian juga halnya dalam penamaan daerah, golongan masyarakat suku Lampung yang mendiami daerah-daerah bagian pesisir laut Lampung (daerah sebagian kecil pantai timur Lampung, sepanjang pantai selatan dan barat Lampung), serta sepanjang daerah perbatasan sebelah utara Lampung dengan Provinsi Sumatera Selatan yaitu daerah Ranau, Komering sampai Kayu Agung disebut dengan Lampung Pesisir atau Peminggir. Hal ini dirasakan kurang tepat, karena istilah ini timbul pada zaman penjajahan Belanda dahulu yang mengandung motif-motif tertentu antara lain politik diskriminasi pecah belah (devide et impera), maksudnya jelas untuk mengucilkan atau memisahkan dari saudara seketurunannya, yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun, sehingga perbedaan yang tidak prinsip tersebut dibesar-besarkan. 6 Bentuk-bentuk perkawinan di berbagai daerah di Indonesia berbedabeda dikarenakan sifat kemasyarakatan, adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat yang berbeda-beda, sehingga walaupun sudah berlaku Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang bersifat nasional yang 5 Rizani Puspawijaya, Masyarakat Adat Lampung, Makalah dipresentasikan di Universitas Lampung, 2002, hal. 2. 6 Ibid., hal. 2.

5 berlaku untuk seluruh Indonesia, namun di berbagai daerah dan di berbagai golongan masyarakat masih berlaku hukum perkawinan adat. Apalagi undang-undang tersebut hanya mengatur hal-hal pokok dan tidak mengatur hal-hal lain yang bersifat khusus. Di dalam Undang-undang Perkawinan yang bersifat nasional tersebut, tidak diatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, upacara-perkawinan dan lainnya. Masyarakat adat Lampung Pesisir menggunakan bentuk perkawinan jujur, yang oleh warga setempat disebut dengan perkawinan jujokh atau metudau, artinya perkawinan yang dilakukan dengan pembayaran jujur dari pihak pria kepada pihak wanita. Dengan diterimanya uang jujur atau barang jujur, berarti si isteri mengikatkan diri pada perjanjian untuk ikut dipihak suami, baik pribadi maupun harta benda yang dibawa akan tunduk pada hukum adat suami. 7 Pada masyarakat adat Lampung khususnya Lampung Pepadun Way Kanan sangat mengutamakan anak laki-laki dalam suatu keluarga untuk meneruskan keturunan, dan adat istiadat dalam keluarga barunya. Salah satunya adalah masyarakat adat Lampung Way Kanan Kebuaian Baradatu. Bagi suatu keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki maka mereka akan melakukan pengangkatan anak atau adopsi. Pengangkatan anak merupakan suatu kebiasaan yang berlaku di masyarakat sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berkembang dalam masyarakat, penerus keluarga, pemeliharaan atas harta kekayaan orang tua dan penerus silsilah orang tua atau 7 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, cet II, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 92.

6 kerabat. Ketentuan pengadopsian anak ini bisa dari anak kerabat sendiri, jika tidak ada dapat juga dari orang lain atau di luar keluarga kerabatnya. Selain itu pengangkatan anak juga bertujuan untuk meneruskan keturunan dan akan menggantikan posisi ayah sebagai kepala keluarga. Namun pengangkatan anak tidak saja terhadap anak laki-laki tetapi dapat juga mengangkat anak perempuan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Bagi masyarakat adat Lampung Way Kanan Kebuaian Baradatu yang tidak memiliki anak laki-laki berarti mereka tidak dapat meneruskan garis keturunannya, bagi mereka anak perempuan yang sudah menikah mereka akan mengikuti adat istiadat suaminya sehingga mereka tidak bisa dijadikan penerus adat istiadat keluarga mereka atau orang tuanya. Kecuali mereka melakukan perkawinan semenda yaitu dimana anak laki-laki menantu yang mana akan dijadikan anak penerus keturunan. 8 Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mendapatkan data-data yang proporsional dan mendalam dengan tema Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pewarisan Masyarakat Adat Lampung Pepadun. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 8 Ibid., hal. 34.

7 1. Bagaimanakah sistem pembagian harta waris menurut hukum adat masyarakat Lampung Pepadun? 2. Bagaimana sistem pewarisan masyarakat adat Lampung Pepadun ditinjau dari Hukum Islam? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan sistem pembagian harta waris menurut hukum adat masyarakat Lampung Pepadun. 2. Untuk mendeskripsikan sistem pewarisan adat Lampung Pepadun ditinjau dari hukum Islam. D. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat dalam bidang teoritis maupun dalam bidang praktis. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan sesuai dengan fokus penelitian adalah sebagai berikut: 9 1. Kegunaan Secara Teoritis Penelitian ini memberi manfaat teoritis yang berupa sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan hukum adat dan hukum waris adat. 2. Kegunaan secara praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi: 73. 9 Firman Sujadi, Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai, (Jakarta: Cita Insan Madani, 2012), hal.

8 a. Peneliti Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang hukum perdata. b. Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan keilmuan yang diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh pembaca serta referensi penelitian selanjutnya, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang pembagian harta waris adat Lampung Pepadun ditinjau dari hukum Islam. c. Akademis Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan atau bahan rujukan dalam mengembangkan karya-karya ilmiah bagi insan akademis, baik di kalangan IAIN Tulungagung maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan. E. Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dalam kajian ini kiranya diperlukan pembahasan yang konkrit mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul kajian ini. Maka dari itu akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan, baik secara konseptual maupun secara operasional.

9 1. Secara Konseptual Masyarakat Pepadun adalah salah satu dari kelompok adat besar dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi Lampung. 10 2. Secara Operasional Secara operasional, tinjauan hukum Islam terhadap sistem pewarisan masyarakat Lampung Pepadun adalah hal yang berkaitan dengan tata cara pembagian harta warisan masyarakat adat Lampung dan sistem pewarisan adat Lampung ditinjau dari hukum Islam, serta penyelesaian apabila terjadi sengketa dalam sistem pewarisan tersebut oleh kepala adat. F. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam upaya mempermudah dalam pembahasan, maka dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan sistematik sebagai berikut: Pertama, bab pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan. Kedua, bab kajian pustaka yang membahas tentang sistem pembagian harta waris menurut Islam dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian harta waris dalam hukum Islam, syarat dan rukun waris, bagianbagian ahli waris, sebab-sebab seseorang mendapatkan warisan, pembagian harta waris di Indonesia, pembagian harta waris menurut adat, meliputi 10 Ibid., hal. 73.

10 pengertian hukum waris adat, sifat hak waris adat, sistem keturunan, sistem kewarisan, hak dan kewajiban ahli waris adat, tinjauan terdahulu. Ketiga, bab metode penelitian meliputi pola/jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, tehnik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. Keempat, bab laporan hasil penelitian yang berisi deskripsi singkat mengenai lokasi penelitian, paparan data, temuan penelitian, dan pembahasan. Kelima, bab penutup dari keseluruhan bab yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Sedangkan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.