BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. : Ilustrasi Bumi Yang Semakin Tua Dan Sakit-Sakitan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Iklim Perubahan iklim

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

Mereduksi CO 2 Pada Sektor Transportasi Umum (Bis dan Truk) Dengan Efektivitas Fleet Management

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini setidaknya ada tiga isu umum besar yang terkait dengan bidang refrigerasi, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber: Conference on Sustainable Building South-East Asia New Green Opportunities & Challenges 4,5 May 2010.

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SMA BERNUANSA ARSITEKTUR EKOLOGIS

SOAL KEMAMPUAN KOGNITIF C1 C3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,!

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

FENOMENA GAS RUMAH KACA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STRUKTURISASI MATERI

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

SOAL KEMAMPUAN KOGNITIF C1 C3. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c,!

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

BAB I PENDAHULUAN. Data Iklim Nasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric. orang yang tinggal di Bumi akan menyumbang peran besar dalam

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Global Warming. Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Makalah Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENIPISAN LAPISAN OZON

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam website http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009, pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di sejumlah negara. Gedung-gedung bertingkat menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Berdasarkan riset sebuah lembaga di Amerika Serikat, 68% total emisi CO2 di bumi dihasilkan bangunan gedung bertingkat. Apa yang dapat dilakukan bidang konstruksi dalam menghadapi pemanasan global? Semua pihak yang terlibat dalam bisnis konstruksi dituntut untuk memasukkan agenda upaya pengurangan laju pemanasan global sebagai prioritas kebijakan. Sebab, isu pemanasan global ini memunculkan potensi hilangnya pemasukan bagi pengembang, arsitek, konsultan mekanikal-elektrikal, manajemen properti, dan bidang profesional lainnya jika mereka tidak peduli dengan konsep bangunan yang berwawasan lingkungan (green building). Konsep green building sebenarnya telah mengemuka sejak dua dekade belakangan. Konsep tersebut digulirkan karena banyak bangunan atau gedung bertingkat yang lebih memprioritaskan aspek arsitektur, tanpa memperhatikan efisiensi penggunaan energi. Dengan kata lain, green building merupakan salah satu solusi bagi insan dunia konstruksi untuk mengambil peran dalam mengurangi

laju pemanasan global(http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009). Sebaliknya, tidak mudah menerapkan konsep green building pada gedunggedung bertingkat tinggi di Indonesia. Hal itu karena kaca jendela di ruang gedung lantai atas harus tertutup rapat untuk mencegah masuknya tiupan angin yang keras. Akibatnya, udara di bagian dalam ruangan akan menjadi lebih pengap. Solusi yang dilakukan oleh kebanyakan pengembang adalah memasang pendingin ruangan (http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009). Padahal, penggunaan pendingin ruangan yang memakai bahan pendingin (refrigen) dari CFC (Chloro Fluoro Carbon) dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon di atmosfer. Akibatnya, radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi tak bisa menembus atmosfer tak terperangkap di permukaan bumi sehingga meningkatnya suhu permukaan bumi atau terjadilah pemanasan global. Penyebab utama dari pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gasgas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, atmosfer semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009). Menurut Cahyono Siswanto, research manager BCI Asia (Indonesia) bahwa dampak pemanasan global di antaranya adalah mencairnya bongkahanbongkahan es (glezer) di Kutub Utara. Pencairan es itu sudah mencapai 10 kilometer. Oleh karena itu konsep green building kini semakin menarik perhatian

para pelaku industri konstruksi di Jakarta. "Kalangan profesional konstruksi dan arsitektur kerap mengadakan pertemuan untuk membahas penerapan pembangunan berwawasan lingkungan. Ini untuk mengantisipasi terjadinya pemanasan global secara luas. Konsep acuan paling populer untuk penerapan green building dikeluarkan oleh US Green Building Council, yaitu Leadership in Energy and Environmental Design (LEED). Konsep ini bisa menghilangkan kerancuan pengertian bahwa penerapan green building itu mahal, sulit dan tidak layak secara bisnis. Di Indonesia, belum ada proyek yang terintegrasi menggunakan konsep LEED. Menurut Tondy O Lubis, direktur manajemen fasilitas dan properti Colliers Internasional bahwa untuk mengurangi laju pemanasan global, semua pihak pelaku industri tak perlu merasa `terpaksa` memasukkan konsep LEED dalam pertimbangan bisnis konstruksi. Isu pemanasan global memunculkan potensi hilangnya pemasukan bagi pengembang, arsitek, konsultan mekanikalelektrikal, manajemen properti dan lainnya jika mereka tidak peduli dengan konsep green building. Kunci sukses penerapan konsep LEED adalah sosialisasi yang baik kepada para pelaku konstruksi. Di banyak negara, pembangunan sebuah gedung telah memakai pendekatan ekologi, dan hal ini ternyata menjadi nilai tambah dari produk properti itu. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, hal itu masih membutuhkan proses edukasi yang cukup panjang. Menurut Yandi Andri Yatmo, Anggota Badan Pendidikan Arsitektur, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) bahwa green building merupakan bentuk bangunan

yang terintegrasi dengan alam. Di sinilah peran seorang arsitek diperlukan sebagai steward of the earth. Selama ini, dalam dunia profesi dan pendidikan arsitektur ada kecenderungan untuk melihat arsitektur sebagai bangunan yang berdiri sendiri. Menurut Stephanus D Satriyo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Manajemen Properti Indonesia (AMPI) seharusnya para pengelola gedung-gedung yang menggunakan energi yang cukup besar, memiliki tanggung jawab moral untuk mengurangi pemanasan global, misalnya dengan melakukan penghematan energi. Penghematan yang dapat dilakukan antara lain hemat energi listrik, hemat pemakaian air, hemat pemakaian bahan bakar. Sekecil apapun kontribusi yang kita berikan, akan sangat berarti dalam mengurangi pemanasan global. Menurut Direktur PT Duta Cermat Mandiri/Denton Corker MarshalI Indonesia Budiman bawa penerapan konsep green building akan sukses ketika dia menjadi bagian dari good design is good business bagi produk konstruksi. Penghematan energi dapat dimulai dari tahap desain. Bentuk bangunan serta lokasi yang dipilih menjadi contoh aspeknya. Dengan itu saja, sudah 60% energi yang bisa dihemat. 1.2. Perumusan masalah Sampai dengan saat ini belum ada informasi mengenai penerapan konsep green building maka perlu diketahui seberapa besar pelaku industri jasa konstruksi di Indonesia mengetahui dan menerapkan konsep green building?

1.3. Batasan Masalah Penelitian dilakukan terhadap kontraktor, konsultan perencana yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi tentang penerapan konsep green building pada industri jasa konstruksi. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah bagi perencana, kontraktor, pemilik proyek untuk dapat mengetahui seberapa besar konsep green building yang sudah diterapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta.