BAB I PENDAHULUAN. Sunda, Bugis, Batak, Padang, Madura dan lain-lain. Keberadaan kelompok etnik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai wilayah perairan yang dikelilingi oleh samudra-samudra yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEWARISAN MENURUT HUKUM ADAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

HUKUM KEBIASAAN & HUKUM ADAT

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis data yang diperlukan guna menjawab masalah yang dihadapi. 1

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang undangan, dokumen,

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai

III. METODE PENELITIAN. hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi,

PARENTAL SISTEM WARIS ADAT PARENTAL. Perhitungan sistem Parental 06/10/2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Pada

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah yuridis empiris. Yuridis empiris merupakan cara penelitian

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

III.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma Interpretif fenomenologis dimana paradigma ini dipakai dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Pengadilan Agama Bangil. Jln. Layur No. 51 Bangil Jawa Timur, yang berdiri di atas tanah seluas +720

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

I. METODE PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah Kalimantan Barat komposisi penduduk berdasarkan kelompok etnik pada kenyataannya sangat heterogen, antara lain terdapat etnik Melayu, Dayak, Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Padang, Madura dan lain-lain. Keberadaan kelompok etnik tersebut tidak hanya terdapat di daerah perkotaan tetapi juga sudah banyak tinggal di daerah pedesaan. Dari berbagai kelompok etnik tersebut ternyata etnik Dayak dan Melayu merupakan kelompok mayoritas bila dibandingkan dengan etnik lainnya, dimana etnik Dayak merupakan penduduk asli (Indigenous people) Pulau Kalimantan. Pluralisme suku dan agama dilihat dari perspektif etnisitas (kesuku bangsaan) yang mendiami daerah Kalimantan Barat adalah sangat unik khususnya di daerah perkotaan Penduduk Indonesia hiterogen, pluralisme yang ada di Indonesia di berbagai suku, agama dan etnis. Diantara etnis ada etnis Cina, Arab, Eropa dan Indonesia. Beragamnya penduduk di Indonesia yang pluralisme dan berbhineka, karena masih belum memiliki kodifikasi yang sekaligus merupakan unifikasi dalam bidang hukum perdata. Satu-satunya kodifikasi dalam bidang hukum perdata yakni Kitab Undang- Undang Hukum Perdata masih merupakan undang-undang yang berlaku bagi bagianbagian golongan penduduk sebagaimana ditentukan dalam pasal 163 dan 131 IS (Indische Regeling). Inti dari pasal 163 IS ialah pembagian golongan penduduk Indonesia menjadi tiga golongan yakni golongan Eropa, golongan Bumi putra dan golongan Timur Asing. Sedangkan pasal 131 IS mengatur hukum apa yang berlaku

2 bagi masing-masing golongan tersebut. 1 Hukum perdata yang berlaku bagi masingmasing golongan pada saat berlakunya IS adalah sebgai berikut : a. Bagi golongan Eropa berlaku hukum perdata yang termuat dalam kitab Undang undang hukum perdata (pasal 75 ayat 2 RR). b. Bagi golongan Bumi Putera menurut pasal 75 (3) RR, berlaku hukum perdata adatnya. Yang dapat masuk dalam golongan bumi putra ialah mereka yang masuk dalam golongan bumi putra Indonesia, mereka yang dari golongan lain tetapi meleburkan diri kedalam golongan bumi putra. c. Bagi golongan Timur Asing menurut pasal 75 (4) RR, pada dasarnya atau pada asasnya berlaku hukum perdata adatnya masing-masing. Namun pada saat pemerintah hindia belanda mempunyai hubungan hukum dengan golongan bumi putra dan golongan timur asing serta menganggap bahwa hukum perdata barat yang termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata nilainya lebih tinggi dari pada hukum yang berlaku pada golongan lain, maka pemerintah Hindia Belanda perlu memperlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Prdata kepada golongan lain, yakni golongan Bumi Putera dan golongan Timur Asing. 2 Van Vollen Hoven membagi lingkungan hukum adat menjadi 19 lingkungan hukum adat (Rechtskringen). Satu daerah dimana garis-garis besar, corak dan sifatnya hukum adat adalah seragam oleh Van Vollen Hoven disebut Rechtskring. 19 lingkaran hukum adat menurut van Vollenhoven ialah Aceh, Tanah Gayo, Nias, Tanah Minagkabau, Sumatera Selatan, Tanah Melayu, Bangka dan Belitung, Kalimantan, Gorontalo, Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Kepulauan Ternate, Maluku 1 Komariah. 2001.Edisi Revisi Hukum Perdata. Malang. UMM Press. Hlm11 2 Komariah. 2001. Edisi Revisi Hukum Perdata. Malang. UMM Press. Hlm 8

3 Ambon, Irian. Kep. Timor, Bali dan Lombok, Jawa Pusat, Jawa Timur, serta Madura, Daerah Kerajaan, dan Jawa Barat. 3 Dalam membicarakan hukum waris perlu diketahui sisitem kekerabatannya. Di Indonesia di berbagai daerah juga terdapat sifat kekerabatan yang berbeda dan dapat di masukan dalam tiga macam golongan, yaitu : 4 1) Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah. Dimana jika terjadi masalah maka yang bertanggung jawab adalah pihak laki-laki. Sistem kekeluargaan ini dianut oleh bangsa Arab, Eropa, dan suku Batak yang hidup di daerah Sumatera Utara. 2) Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali disamakan dengan matriarkhat atau matriarkhi, Meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa latin) yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang berarti garis. Jadi matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. Seperti di Minangkabau. 3) Sistem kekeluargan dengan menarik garis keturunan dari kedua belah pihak orang tua, yaitu baik dari garis bapak maupun dari garis ibu yang dikenal dengan sebutan sistem parental atau bilateral. Sistem parental ini di Indonesia dianut di banyak daerah, seperti: Jawa, Madura, Sumatera Timur, Riau, Aceh, Sumatera Selatan, seluruh Kalimantan, seluruh Sulawesi, Ternate, dan Lombok. 4) Sistem kekeluargaan parental atau bilateral ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu bahwa yang merupakan ahli waris adalah anak laki-laki maupun anak perempuan. Mereka mempunyai hak yang sama atas harta peninggalan orang 3 Hilman Hadikusuma.1999. Hukum Waris Adat.Bandung.PT Citra Aditya Bakti. Hlm 26 4 Hilman Hadikusuma. 1991. Hukum Waris Indonesia menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama Hindu-Islam. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. Hlm 15

4 tuanya sehingga dalam proses pengalihan/pengoperan sejumlah harta kekayaan dari pewaris kepada ahli waris, anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai hak untuk diperlakukan sama. Seperti yang terdapat di Jawa, Aceh, Sunda dan Dayak. Pewarisan merupakan bagian dari hukum perdata pada masa itu, sehingga ketentuan pewarisan mengikuti penggolongan hukum yang berlaku. Khusus hukum waris yang berlaku hukum waris adat atau bumi putra ternyata terdapat pluralisme hukum juga. Tergantung pada sistem kekerabatan dan lokasi masing-masing. Karena bisa saja sistem kekerabatannya sama tetapi sistem pewarisannya berbeda. Suku dayak merupakan masuk dalam sistem kekerabatan parental bilateral. Dalam pembagian harta warisan menurut adat suku dayak kenyah, suku asli dayak kenyah di desa Long Temuyat, memiliki hukum adat sendiri terkait pembagian warisnya. Dalam Hukum Perdata BW menyebutkan bahwa yang dinamakan warisan itu adalah beralihnya harta kekayaan dari pewaris kepada ahli warisnya sesudah si pewaris meninggal dunia. Namun berbeda halnya dengan adat dayak kenyah yang menyatakan bahwa harta yang dibagikan sebelum si pewaris meninggal dunia. Atau disaat si pewaris masih hidup itu dinamakan warisan. Sedangkan kalau dari hukum positif di Indonesia itu dinamakan hibah. Hibah yang dimaksud yaitu hibah adalah pembagian harta pusaka yang dilakukan oleh pemilik harta ketika masih hidup. Masyarakat dayak Kenyah khususnya yang berada di desa Long Temuyat menyatakan bahwa itu bukanlah hibah melainkan warisan. Mayarakat dayak tersebut sudah menjalankan pembagian harta warisan disaat pewaris masih hidup ini sudah sejak zaman leluhur mereka. Dahulu yang dinamakan (dayan pesaka) atau warisan bisa berupa senjata tajam ataupun benda pusaka lainnya. Namun sekarang sejak perkembangan zaman harta warisan dalam masyarakat dayak kenyah bisa berupa

5 sebidang tanah ataupun bangunan rumah. Suku dayak kenyah memiliki adat tersendiri di bandingkan dengan suku dayak lainnya yang berada di Kalimantan. Suku dayak sendiri terdiri dari 24 sub suku yaitu dayak Kayan Mahakam, dayak Busang, dayak Kayan Sungai Kayan, dayak Kayan Wahau, dayak Punan Aput, dayak Punan Merah, dayak Modang, dayak Tidung, dayak Putoh, dayak Bukat, dayak Abai, dayak Murut, dayak Lebu Kulit, dayak Uma Lung, dayak Bulungan, dayak Punan Tebu, dayak Kelay, dayak Aoheng, dayak Seputan, dayak Segai, dayak Okolod, dayak Lundayeh, dayak Kenyah Wahau dan dayak Kenyah. Sedangkan dayak kenyah sendiri terdiri dari beberapa sub suku di antaranya Kenyah Bakung, Kenyah Lepok Baam, Kenyah Lepok Jalan, Kenyah Lepok Tau, Kenyah Lepok Tepu, Kenyah Lepok Ke, Kenyah Umag Tukung, Kenyah Umag Maut, Kenyah Lepok Timei, Kenyah Lepok Kulit, Kenyah Umag Lasan, Kenyah Umag Lung. Penulis tertarik mengangkat permasalahan tentang waris adat suku dayak kenyah karena orang tua (pewaris) membagi harta kepada anak-anaknya (ahli waris) selagi mereka masih hidup yang dianggap sebagai pembagian harta warisan. Di sini dapat menimbulkan akibat hukum di kemudian hari apabila saat pewaris telah meninggal dunia maka salah satu ahli waris tidak terima dengan apa yang telah dibagikan pewaris pada saat masih hidup. Pembagian seperti ini dilakukan sendiri tanpa harus meminta bantuan kepada tokoh masyarakat setempat. mereka sudah membagikan harta warisan di saat pewaris masih hidup dengan maksud agar tidak ada konflik ahli waris dikemudian harinya disaat pewaris sudah wafat. Namun ternyata masih ada penulis jumpai beberapa konflik waris adat pada masyarakat suku dayak kenyah. Berdasarkan hal tersebut maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian serta menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul: PELAKSANAAN

6 PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ADAT SUKU DAYAK KENYAH DESA LONG TEMUYAT. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana praktek pembagian harta warisan berdasarkan hukum adat suku dayak kenyah desa Long Temuyat? 2. Bagaimana mekanisme pembagian harta warisan berdasarkan Hukum adat suku dayak kenyah desa Long Temuyat? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa bila terjadi konflik dalam pembagian warisan menurut hukum adat suku dayak kenyah desa Long Temuyat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis praktek pembagian harta warisan berdasarkan hukum adat di suku dayak kenyah di desa Long Temuyat.. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme pembagian harta warisan berdasarkan hukum adat suku dayak kenyah di desa Long Temuyat. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis penyelesaian sengketa bila terjadi konflik dalam pembagian harta warisan menurut hukum adat suku dayak kenyah di desa Long Temuyat.

7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin di capai oleh penulis, dibagi dalam dua kategori yaitu : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam hukum waris adat, yaitu dalam pembagian harta warisan menurut hukum adat suku dayak kenyah. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Penulis Di samping sebagai salah satu persyaratan untuk diperolehnya gelar S1, juga untuk menambah pengetahuan tentang pelaksanaan pembagian harta warisan menurut hukum adat suku dayak kenyah. b) Bagi Masyarakat Mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembagian harta warisan menurut hukum adat suku dayak kenyah, serta dapat mengetahui mekanisme pembagian harta warisan oleh masyarakat dayak kenyah. Dan juga dapat mengetahui bagaimana penyelesaian perkara yang berhubungan dengan penelitian ini khususnya masyarakat di desa Long Temuyat. E. Metode Penelitian 1. Metode pendekatan Metode yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian hukum yang hendak menelaah efektivitas suatu perundang-undangan (berlakunya hukum) pada dasarnya merupakan penelitian

8 perbandingan antara realitas dengan ideal hukum. 5 Apakah sudah efektif berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan pewarisan hukum waris adat. 2. Lokasi penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data adalah di desa Long Temuyat Kalimantan Timur yang banyak di jumpai masyarakat suku Dayak Kenyah. Adapun alasan mengapa penulis melakukan penelitian di Kalimantan, karena penulis berasal dari Kalimantan, dan faktanya penulis sering mendengar bahwa salah satu tradisi dari masyarakat suku dayak kenyah adalah membagikan harta warisan nya sebelum pewaris meninggal dunia. Hal ini sering menyebabkan sengketa di kemudian hari kepada ahli warisnya. Sedangkan suku dayak kenyah masih memegang teguh tradisi dari leluhurnya. Maka timbul keinginan penulis untuk melakukan penelitian di Kalimantan Timur. 3. Sumber Data Sumber data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan informasi dari masyarakat suku dayak kenyah dan ahli waris yang pernah bersengketa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Data primer Adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui hasil wawancara atau interview, interview maupun pengamatan yang diperoleh dari sumber informasi utama dan dokumen dokumen resmi yang mana semuanya diperoleh langsung dari lokasi penelitian. 5 Amiruddin dan zainal asikin. 2012. Pengatar Metode Penelitian Hukum. Jakarta. raja grafindo persada. Hal. 137.

9 b. Data sekunder Adalah data pelengkap yang di peroleh secara langsung dari literatur, laporanlaporan, dokumen-dokumen, buku, majalah, bulletin, Kitab Undang-Undang Hukum perdata, dan peraturan perundang-undangan mengenai hukum waris adat. Adapun data sekunder ini menurut Gregory Churchill dalam bukunya Soerjono Soekanto dapat dibagi menjadi 6 : a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait dengan objek penelitian. b. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang terkait dengan objek penelitian. c. Bahan hukum tersier, yang terdiri dari studi website atau penelusuran internet yang terkait dengan objek penelitian. 4. Metode pengumpulan data Untuk memperoleh data, penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data penelitian sebagai berikut : a. Interview / wawancara Yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan yang di anggap mengetahui banyak tentang masalah penelitian. Sehingga menjadi data yang akurat untuk penulis. 1) Purposive Sampling Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini penulis menentukan sendiri sampel yang akan diambil karena ada pertimbangan dan alasan 6 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press, Hal 51

10 tertentu. Sampel di penelitian ini di ambil melalui wawancara dan interview yaitu suatu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Tanya jawab langsung dengan Bapak Yunus Atang selaku Ketua Adat suku Dayak Kenyah yang berdomisili di desa Long Temuyat, dan Bapak Syamsul, seorang Pemimpin kepala desa, yang berada di desa Long Temuyat, serta masyarakat desa Long Temuyat yang pernah membagikan harta warisannya sebelum beliau meninggal dunia. 2) Purposive Random Dalam penelitian ini penulis mendapati 10 kepala keluarga suku Dayak Kenyah yang berada di desa Long Temuyat a. Populasi Yaitu responden dari pewaris yang pernah melaksanakan pembagian harta warisan berdasarkan hukum adat suku dayak kenyah, dan ahli waris yang pernah bersengketa dalam pembagian harta warisan. b. Sampel Yaitu dipilih berdasarkan 10 kepala keluarga dari masyarakat suku dayak kenyah yang pernah membagikan harta warisan nya sebelum pewaris meninggal dunia b. Dokumentasi Yaitu penulis akan mengumpulkan data-data melaui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Dan dalam tanya jawab tersebut akan disertai dengan dokumentasi bersama responden-responden.

11 c. Observasi Yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan tentang pelaksanaan pembagian harta warisan berdasarkan hukum adat suku dayak kenyah dan penyelesaian sengketa bila terjadi konflik dalam pembagian harta warisan. d. Studi kepustakan Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data sekunder dan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literatur-literatur dan majalah-majalah maupun berita-berita yang ada di media cetak maupun media online. 5. Metode analisa data a. Deskriptif kualitatif Adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian diskriptif kualitatif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang di selidiki. 7 F. Rencana Sistematika Penulisan Dalam penyusunan penulisan ini, peneliti akan membuat sistematika penulisan dengan tujuan agar dapat dijadikan bahan acuan dalam penulisan, dapat di pertanggung jawabkan, mempermudah penulisan, dan agar terlihat sistematis. BAB I PENDAHULUAN Substansi dalam pendahuluan meliputi beberapa sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian. 7 Moh.nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal. 54.

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uraian mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan berdasarkan pada teori dan kajian pustaka. BAB IV PENUTUP Bab yang terakhir ini terdiri dari dua sub-sub yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang di maksud adalah apa yang di simpulkan oleh peneliti dari hasil analisa pada Bab III. Dari kesimpulan tersebut maka timbul hal-hal yang akan menjadi saran dan rekomendasi dalam permasalahan yang sudah di teliti.