BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TINJAUAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PENCURIAN BENDA SAKRAL TERKAIT DENGAN HUKUM ADAT DI MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA - BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Hukum yang diciptakan manusia mempunyai tujuan untuk. menciptakan keadaan yang teratur, aman, dan tertib, demikian pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan. 1. dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan bagian yang paling penting dan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

ANALISIS NORMATIF TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN ARCA DI MUSEUM SKRIPSI

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (3) UUD 1945 yaitu Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terikat pada norma-norma yang telah disepakati baik pada tingkat nasional, regional maupun lokal. Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat dapat berupa norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma hukum. Norma hukum merupakan norma yang memiliki perlengkapan lebih lengkap jika dibandingkan dengan normanorma lainnya, artinya norma hukum mempunyai alat penegak apabila normanya dilanggar dan berlakunya dapat dipaksakan terhadap masyarakat. Norma hukum yang menjadi pedoman masyarakat untuk bertingkah laku dalam masyarakat ada yang dalam bentuk tertulis dan ada juga yang tidak tertulis yang disebut hukum adat, di samping hukum agama dan hukum kebiasaan. Hukum adat sebagai norma hukum yang menjadi pedoman bertingkah laku bagi anggota masyarakat di mana hukum adat itu berlaku, tentu sudah diharapkan oleh masyarakat yang akan mentaatinya. Keberadaan hukum adat di samping hukum negara diakui oleh Konstitusi Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak

2 tradisionilnya yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia diakui oleh Negara. Demikian pula identitas budaya dan hak masyarakat tradisionil yang dihormati sesuai dengan perkembangan jaman dan peradaban sebagaimana diatur dalam Pasal 28 I ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan ketentuan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dapat dikatakan bahwa hukum adat diakui eksistensinya atau keberadaannya sepanjang hukum adat tersebut masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat serta prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 Hukum adat merupakan salah satu sumber hukum positif yang ada di Indonesia saat ini. Setiap daerah di Indonesia memiliki hukum adat sendiri. Setiap daerah juga memiliki identitas tersendiri yang mewakili daerahnya. Namun perbedaan tersebut tidak menjadi pemecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu hukum adat yang masih berlaku sampai saat ini dan banyak dikaji lebih mendalam adalah hukum adat di Bali. Hukum adat yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali ini mencakup semua aspek kehidupan manusia, meliputi sumber daya alam, pernikahan, dan lain-lain. Masyarakat adat di Bali dalam kehidupannya selalu menghendaki ada keseimbangan antara kehidupan lahir dan bathin 1 Nyoman Roy Mahendra Putra, 2009, Penyelesaian Pelanggaran Adat Di Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Menurut Hukum Adat Bali, Program Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, hlm. 2.

3 (sekala dan niskala). Konsep pikir demikian, tidak dapat dilepaskan dengan konsep kefilsafatan Tri Hita Karana yang mendasari kelangsungan kehidupannya, dengan tetap berpegang teguh pada ajaranajaran agama Hindu. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya suatu keyakinan bahwa terjadinya pelanggaran norma adat yang belum terselesaikan menurut ketentuan hukum adat yang berlaku, akan dapat menimbulkan gangguan yang menyebabkan menderitanya krama adat. Salah satu pelanggaran dalam hukum adat Bali adalah pencurian. Pencurian yang belakangan ini marak di Bali adalah pencurian benda sakral (pratima). Hal demikian memerlukan langkah pemulihan, dengan membebankan suatu kewajiban bagi pelanggarnya dalam bentuk penyelenggaraan ritual-ritual tertentu untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Konsekuensinya adalah apabila pelaku bukan warga setempat yang berdasarkan kewenangan desa adat dapat menjatuhkan sanksi, maka kewajiban tersebut akan bergeser artinya warga desa adat yang melakukan sendiri upaya pemulihan tersebut. Tingginya frekuensi tindak pidana pencurian benda-benda sakral di satu sisi tidak dapat dilepaskan dengan keunikan serta nilai seni benda sakral sehingga menarik minat tamu manca negara untuk mengkoleksinya. Di sisi lain bagi pelaku pencurian, benda-benda sakral mempunyai nilai ekonomis tinggi. Demikian juga dalam melakukan pencurian, pelaku relatif dengan mudah melakukannya karena umumnya benda-benda sakral disimpan di pura-pura atau tempat suci lain yang umumnya berlokasi agak

4 jauh dari pemukiman penduduk. Perbuatan ini oleh masyarakat adat di Bali, dianggap sebagai perbuatan yang berakibat tercemarnya kesucian (leteh), baik terhadap tempat kejadian maupun benda tersebut. Perbuatan semacam ini dianggap sebagai suatu pelecehan terhadap kehidupan beragama umat Hindu, karena benda-benda yang disucikan tersebut (umumnya dalam bentuk pratima) merupakan sarana dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang oleh umat Hindu diyakini mempunyai kekuatan ghaib. 2 Pencurian benda-benda sakral di Bali, dalam pandangan masyarakat adat, merupakan suatu delik adat, walaupun tindak pidana tersebut merupakan delik umum karena telah diatur dalam KUHP. Adanya pandangan yang menganggap pencurian benda-benda sakral sebagai delik adat, konsekuensinya adalah dalam penyelesaian kasus pun memerlukan adanya suatu penjatuhan sanksi yang dalam hukum adat dikenal dengan sebutan reaksi adat atau pemenuhan kewajiban adat. Reaksi adat merupakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangkaian pengembalian keseimbangan masyarakat dalam kasus-kasus delik adat, terutama yang menurut masyarakat hukum adat merupakan suatu perbuatan yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan magis. Dilihat dari hukum formal pencurian benda-benda suci (sakral), seperti pencurian pratima, tapakan ataupun benda-benda sarana upacara keagamaan lain, tidak lebih dari kejadian kriminal biasa. Dalam pandangan masyarakat adat di Bali 2 https://queendifara.wordpress.com/sih/hukum-adat/uts/, anonim, UTS, 29 Januari 2015.

5 umumnya, pencurian benda-benda sakral merupakan suatu pelanggaran adat yang memerlukan suatu upaya pemulihan keadaan. 3 Eratnya kaitan antara hukum adat dan agama, telah dikemukakan oleh Van Vollenhoven, di mana dikemukakan bahwa hukum adat dan agama Hindu di Bali merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai akibat pengaruh agama Hindu demikian kuatnya ke dalam adat istiadat. 4 Berdasarkan pada uraian tersebut di atas dan rasa ingin tahu yang lebih dalam mengenai tinjauan pemidanaan yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pencurian benda sakral, maka penulis termotivasi untuk menyusun skripsi yang berjudul TINJAUAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PENCURIAN BENDA SAKRAL TERKAIT DENGAN HUKUM ADAT DI MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA - BALI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah sanksi adat dapat dijatuhkan bersamaan dengan sanksi pidana terhadap pencurian benda sakral di Bali? 2. Apakah kendala atau hambatan dalam menjatuhkan sanksi pidana tanpa mempertimbangkan hukum adat dalam pencurian benda sakral? 3 I Gusti Ketut Ariawan, 1992, Eksistensi Delik Hukum Adat Bali Dalam Rangka Pembentukan Hukum Pidana Nasional, Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum Universitas Indonesia Jakarta, hlm. 135. 4 Van Vollenhoven, 1981, Penemuan Hukum Adat (De Ontdekking van Het Adatrech) terjemahan Koninklijk Instituut voor Tall, Lan-en Volkenkunde bekerjasama dengan LIPI, Djambatan, Jakarta, hlm. 131.

6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang dapat atau tidaknya sanksi adat dijatuhkan bersamaan dengan sanksi pidana terhadap pencurian benda sakral di Bali. 2. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang hambatan dalam menjatuhkan sanksi pidana tanpa mempertimbangkan hukum adat dalam pencurian benda sakral. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali pada khususnya. 2. Manfaat Praktis: a. Pengadilan Negeri Negara Sebagai bahan masukan bagi pihak Pengadilan Negeri Negara di dalam mempertimbangkan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat, sehingga dapat diambil suatu atau beberapa tindak lanjut yang positif dan berguna bagi keberhasilan Pengadilan Negeri Negara.

7 b. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Penelitian ini dipakai sebagai sumbangan bahan bacaan dan kajian bagi para mahasiswa Fakultas Hukum, serta sebagai masukan dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam hukum pidana dan ilmu pengetahuan pada umumnya. c. Masyarakat Memberikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan kepada masyarakat khususnya dalam hal tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali pada khususnya. d. Penulis Memperdalam dan menambah wawasan penulis di bidang hukum, khususnya dalam hal tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum yang berlaku.

8 Beberapa skripsi yang pernah ditulis dengan judul atau tema yang sama adalah sebagai berikut: 1. Indah Lestari, Nomor Mahasiswa: 050200271, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2009. Judul skripsi Pengaturan Pelestarian Dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Ditinjau Dari UU No. 5 Tahun 1992 Dan Konvensi Internasional. Rumusan masalahnya yaitu bagaimana pengaturan pemanfaatan dan pelestarian benda benda yang berasal dari kapal yang tenggelam di dasar laut sebagai benda cagar budaya secara nasional dan internasional?, dan bagaimana status hukum kepemilikan benda benda yang berasal yang berasal dari kapal yang tenggelam sebagai benda cagar budaya berdasarkan hukum internasional? Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaturan pemanfaatan dan pelestarian benda-benda yang berasal dari kapal yang tenggelam di dasar laut sebagai benda cagar budaya secara nasional dan internasional, dan untuk mengetahui status hukum kepemilikan benda benda yang berasal dari kapal yang tenggelam sebagai benda cagar budaya berdasarkan hukum internasional. Hasil penelitian yaitu ketentuan tentang pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya dari tingkat nasional yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang benda cagar budaya. Sedangkan dari tingkat internasional, yaitu: Convention on The Protection of The Underwater Cultural Heritage dan UNCLOS 1982 pada Pasal 303 ayat (1). Perbedaan pokok

9 yaitu penelitian yang dilakukan Indah Lestari garis besar isinya pada benda cagar budaya, sedangkan penelitian penulis garis besar isinya pada benda sakral. 2. Tantri Lesmono, Nomor Mahasiswa: 20050610004, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2009. Judul skripsi Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencurian Benda-Benda Cagar Budaya. Rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah penegakan hukum tindak pidana pencurian benda-benda cagar budaya? dan faktor apakah yang menghambat dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian benda-benda cagar budaya?tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penegakan hukum tindak pidana pencurian benda-benda cagar budaya dan untuk mengetahui faktor yang menghambat dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian benda-benda cagar budaya. Hasil penelitian yaitu penegakan hukum tindak pidana pencurian benda cagar budaya di Kota Surakarta masih lemah, karena hukuman terhadap pencuri benda cagar budaya belum sesuai dengan Pasal 26 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Faktor yang menghambat penegakan hukum tindak pidana pencurian bendabenda cagar budaya adalah dalam proses penyidikan sulitnya obyek pembanding serta modus operasi pelaku yang profesional dan keterlambatan memberikan laporan pencurian benda cagar budaya, hambatan dalam penuntutan adalah ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang tindak pidana terhadap benda cagar

10 budaya dan kesulitan mencari saksi, hambatan dalam proses persidangan adalah undang-undang cagar budaya tidak tegas dalam menetapkan pelaku tindak pidana yang berkenaan dengan cagar budaya. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian Tantri Lesmono garis besar isinya pada tindak pidana pencurian benda-benda cagar budaya, sedangkan penelitian penulis garis besar isinya pada tindak pidana pencurian benda sakral. 3. Heri Subadi, Nomor mahasiswa: 070200441, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2011. Judul skripsi Analisis Normatif Terhadap Tindak Pidana Pencurian Arca Di Museum. Rumusan masalahnya yaitu apakah yang menjadi sebab terjadinya tindak pidana pencurian arca di museum? dan bagaimana sanksi hukum terhadap pencurian arca di museum? Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui sebab terjadinya tindak pidana pencurian arca di museum dan untuk mengetahui sanksi hukum terhadap pencurian arca di museum. Hasil penelitian yaitu sebab terjadinya tindak pidana pencurian arca adalah faktor ekonomi dan kurangnya pengawasan yang dilakukan instansi terkait. Sanksi hukum terhadap pencurian arca di museum yaitu pelaku dapat dikenakan hukuman pidana berupa penjara dan denda, selain itu dapat diancam dengan ketentuan pencurian yang diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian Heri Subadi garis besar isinya pada tindak pidana pencurian arca di museum,

11 sedangkan penelitian penulis garis besar isinya pada tindak pidana pencurian benda sakral di Melaya, Kabupaten Jembrana-Bali. F. Batasan Konsep Dalam penulisan ini, batasan konsep mengenai Tinjauan Pemidanaan Terhadap Pelaku Pencurian Benda Sakral Terkait Dengan Hukum Adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali adalah: 1. Pemidanaan yaitu tahap penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. 2. Pelaku atau daader 5 yaitu orang yang melakukan suatu tindak pidana, artinya orang yang sengaja atau tidak sengaja telah menimbulkan akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang atau telah melakukan tindakan yang terlarang atau dengan kata lain orang yang memenuhi semua unsur-unsur delik seperti yang telah ditentukan Undang-Undang, tanpa melihat apakah perbuatan yang telah dilakukan tersebut timbul dari dirinya sendiri atau timbul karena disuruh oleh pihak ketiga. 3. Pencurian adalah mengambil barang milik orang lain tanpa izin dari pemiliknya dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. 4. Benda sakral atau disebut juga pratima 6 merupakan simbol Dewa yang digunakan sebagai alat untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Benda sakral secara umum berarti benda yang dianggap suci oleh seseorang 5 P. A. F. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 594 6 http://paduarsana.com/2013/01/30/pratima-dalam-hindu/, Paduarsana, Pratima Dalam Hindu, 5 Maret 2015

12 atau sekelompok orang yang tempat dan penggunaannya sudah ditetapkan. 5. Hukum adat Bali 7 adalah hukum yang yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama (agama Hindu) dan berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat Bali itu sendiri. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Hukum Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang berfokus pada hukum positif berupa peraturan perundang-undangan mengenai tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. 2. Data Penelitian hukum normatif menggunakan data sekunder yang terdiri atas: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali, yaitu: 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab VI tentang Pemerintahan Daerah Pasal 18 B ayat (2) 7 http://koncohukum.blogspot.com/2013/01/hukum-adat-bali.html, Anonim, Hukum Adat Bali,5 Maret 2015.

13 mengenai kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionilnya yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia diakui oleh Negara dan Bab X A tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 I ayat (3) mengenai identitas budaya dan hak masyarakat tradisionil yang dihormati sesuai dengan perkembangan jaman dan peradaban. 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 1999 Bab III tentang Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia Pasal 29 ayat (1) mengenai hak atas perlindungan diri, keluarga, kehormatan, martabat dan hak milik. 3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab VIII tentang hapusnya kewenangan menuntut pidana dan menjalankan pidana Pasal 76 mengenai seseorang yang tidak dapat dituntut untuk yang kedua kalinya atas perkara yang sama dan Bab XXII tentang Pencurian Pasal 363 mengenai ancaman hukuman pencurian dengan pemberatan. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer adalah dengan cara melakukan studi pustaka terhadap:

14 1) Pendapat hukum dan pendapat bukan hukum yang diperoleh dari buku, hasil penelitian, jurnal hukum, majalah, surat kabar, internet, makalah. 2) Narasumber Narasumber sesuai dengan jabatannya, profesinya atau keahliannya yaitu: a) Hakim Pengadilan Negeri Negara b) Tokoh adat 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data sebagai bahan penelitian hukum ini dipergunakan data yang dapat dipercaya kebenarannya, pengumpulan data ini dilakukan melalui: a. Studi Kepustakaan Mendapatkan data yang bersifat sekunder melalui metode kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari, mengidentifikasi dan mengkaji peraturan perundangundangan, buku pustaka maupun dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian. b. Wawancara dengan Narasumber Wawancara dilakukan secara langsung dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disiapkan. Pertanyaan secara terstruktur tentang tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda

15 sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali dan bentuknya terbuka. 4. Metode Analisis Data sekunder a. Bahan hukum primer Dianalisis sesuai dengan lima tugas hukum normatif: 1) Deskripsi hukum positif sesuai dengan bahan hukum primer tentang tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. 2) Sistematisasi hukum positif: Secara vertikal ada sinkronisasi karena tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Prinsip penalaran hukum yang digunakan yaitu subsumsi dan tidak diperlukan asas berlakunya peraturan perundang-undangan. Sistematisasi secara horizontal ada harmonisasi, prinsip penalaran hukumnya non kontradiksi dan tidak diperlukan asas berlakunya peraturan perundang-undangan. 3) Analisis hukum positif Bahwa norma itu open system, terbuka untuk dievaluasi, dikritiki. 4) Interpretasi hukum positif

16 a) Interpretasi gramatikal yaitu penafsiran menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum. b) Interpretasi sistematisasi yaitu penafsiran dengan menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam satu bentuk peraturan perundang-undangan atau dengan perundang-undangan yang lain. c) Interpretasi teleologis yaitu setiap norma pasti mempunyai tujuan tertentu. 5) Menilai hukum positif Menilai hukum positif merupakan gagasan yang ideal tentang tinjauan pemidanaan terhadap pelaku pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang berupa pendapat hukum akan diperbandingkan dengan pendapat lain dan perbedaan pendapat. Pendapat dari narasumber akan dideskripsikan dan diperbandingkan dengan berbagai pendapat hukum juga dengan bahan hukum primer apakah ada persamaan ataukah ada perbedaan. Dokumen yang diperoleh akan dideskripsikan, dan diperbandingkan dengan berbagai pendapat hukum serta norma hukum positif.

17 Langkah terakhir dalam menarik kesimpulan dilakukan dengan proses berpikir atau prosedur bernalar deduktif. Proses berpikir deduktif berawal dari proposisi umum yang telah diketahui kebenarannya yang berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus dalam hal ini untuk memperoleh data tentang tinjauan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pencurian benda sakral terkait dengan hukum adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. H. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi terdiri atas 3 bab. Bab I terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika skripsi. Bab II tentang Pembahasan, terdiri atas Tinjauan Pustaka berisi A tinjauan umum pemidanaan dan B tinjauan terhadap hukum pidana adat di Bali. C berisi hasil penelitian tentang Tinjauan Pemidanaan Terhadap Pelaku Pencurian Benda Sakral Terkait Dengan Hukum Adat di Melaya, Kabupaten Jembrana - Bali. Bab III Penutup, terdiri atas Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi jawaban dari rumusan masalah dan Saran berkaitan dengan hasil temuan yang harus ditindaklanjuti.