PENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
RESPONS SPEKTRUM WILAYAH KOTA PADANG UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG TAHAN GEMPA

RESPONS SPEKTRA WILAYAH BUKITTINGGI UNTUK STUDI PERENCANAAN JEMBATAN CABLE STAYED NGARAI SIANOK

Deagregasi Hazard Kegempaan Provinsi Sumatera Barat

RIWAYAT WAKTU PERCEPATAN SINTETIK SUMBER GEMPA SUBDUKSI UNTUK KOTA PADANG DENGAN PERIODE ULANG DESAIN GEMPA 500 TAHUN.

Peta Respons Spektrum Provinsi Sumatera Barat untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMA PERNYATAAN KATAPENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I.

DEAGREGASI SEISMIC HAZARD KOTA SURAKARTA`

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

Time Histories Dari Ground Motion 1000 Tahun Periode Ulang Untuk Kota Surabaya

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS

RESIKO GEMPA PULAU SUMATRA DENGAN METODA PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANAL YSIS (PSHA) THESIS MAGISTER OLEH: D. PRAHERDIAN PUTRA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Ms = 1.33 Mb (3.1) Mw = 1.10 Ms 0.64 (3.2)

Soil Ln (PGA) = M ln (R e 0.617M ) h Zt (2.8) Dimana: R = jarak terdekat ke bidang patahan (km)

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

STUDI HAZARD KEGEMPAAN WILAYAH PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Hasil Penelitian Dan Analisis Resiko Gempa

Analisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field. Helmy Darjanto, Ir, MT

PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA DALAM SNI GEMPA 2012 DAN SNI GEMPA 2002 (233S)

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS PETA DEAGREGASI HAZARD GEMPA WILAYAH JAWA DAN REKOMENDASI GROUND MOTION DI EMPAT DAERAH

Studi Kehandalan Selubung Respons Spektrum Kelas Tanah Lunak Zona 5 untuk Daerah Meukek, NAD

Edy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720

Bab IV Parameter Seismik

ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

Oleh : DAMAR KURNIA Dosen Konsultasi : Tavio, ST., M.T., Ph.D Ir. Iman Wimbadi, M.S

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI WILAYAH LENGAN UTARA SULAWESI MENGGUNAKAN DATA HIPOSENTER RESOLUSI TINGGI SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA

Bab I PENDAHULUAN. Bab II METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIKROZONASI GEMPA UNTUK KOTA SEMARANG TESIS MAGISTER. Oleh : OKKY AHMAD PURWANA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

MIKROZONASI GEMPA KOTA BONTANG KALIMANTAN TIMUR TESIS MAGISTER. Oleh: MOHAMAD WAHYONO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

PEMODELAN SUMBER GEMPA DI WILAYAH SULAWESI UTARA SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI 1)

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RISIKO GEMPA DI KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE GUMBEL

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

STUDI BAHAYA GUNCANGAN TANAH MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DI PESISIR PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

DEAGREGASI BAHAYA GEMPABUMI UNTUK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

*

PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS SEISMIC HAZARD DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ANALISIS RESPON SPEKTRA KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU SUMATRA,JAWA DAN BALI (INDONESIA BAGIAN BARAT)

BAB II STUDI PUSTAKA

Pengembangan Ground Motion Synthetic Berdasarkan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis Model Sumber Gempa 3D Teluk Bayur, Padang (Indonesia)

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

ANALISIS HAZARD GEMPA DKI JAKARTA METODE PROBABILISTIK DENGAN PEMODELAN SUMBER GEMPA 3 DIMENSI

Pengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB IV ANALISIS SEISMIC HAZARD

STUDI ANALISIS RESIKO GEMPA DAN MIKROZONASI KOTA JAKARTA TESIS MAGISTER. Oleh: HENDRIYAWAN

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

RESPON SPEKTRUM DESAIN PADA LOKASI TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA TSUNAMI DI KOTA PARIAMAN

ANALISIS NILAI PGA (PEAK GROUND ACCELERATION) UNTUK SELURUH WILAYAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

ANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES

EVALUASI BAHAYA GEMPA (SEISMIC HAZARD) DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT SOURCE DAN PENENTUAN RESPONS SPEKTRA DESAIN KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Pada bab ini membahas metodologi yang secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini:

EVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB III PROGRAM ANALISIS RESIKO GEMPA

PENGARUH PENETAPAN SNI GEMPA 2012 PADA DESAIN STRUKTUR RANGKA MOMEN BETON BERTULANG DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

PEMETAAN GROUND ACCELERATION MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARATPADA ZONA MEGATHRUST

DISTRIBUSI BEBAN LATERAL PADA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

Analisis Hazard Gempa dan Usulan Ground Motion pada Batuan Dasar untuk Kota Jakarta

ANALISIS HAZARD GEMPA DAN ISOSEISMAL UNTUK WILAYAH JAWA-BALI-NTB

Teknik, 36 (1), 2015, PERSEPSI PENGEMBANGAN PETA RAWAN GEMPA KOTA SEMARANG MELALUI PENELITIAN HAZARD GEMPA DETERMINISTIK

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA VARIABILITAS SPEKTRUM RESPON GEMPABUMI

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

Transkripsi:

VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 PENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS Delfebriyadi 1, Rudy Ferial 2, Agasi Yudha Bestolova 3 ABSTRAK Makalah ini memaparkan hasil studi hazard kegempaan dengan suatu teknik analisis probabilistik terhadap wilayah kota Padang yang dilakukan berdasarkan kriteria desain yang disyaratkan dalam SNI 03-1726-2002, yaitu umur bangunan 50 tahun dan nilai probabilitas terlampaui 10%. Analisa hazard kegempaan dilakukan berdasarkan teori probabilitas total dan menggunakan pemodelan sumber gempa 2-D. Respons spektra desain di permukaan tanah diperkirakan berdasarkan faktor amplifikasi yang mengacu pada NEHRP 1997. Hasil akhir yang diperoleh adalah respons spektra percepatan desain permukaan tanah untuk kota Padang dengan periode ulang 500 tahun. Kata Kunci: analisis hazard kegempaan, teori probabilitas, respon spektra 1. PENDAHULUAN Letak geografis wilayah Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Philipina, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi aktivitas seismik cukup tinggi dan rawan terhadap bahaya gempa. Perkiraan besarnya beban atau percepatan gempa yang handal dalam perencanaan masih dapat dikaji secara lebih mendalam, mengingat sangat penting dan berpengaruhnya hal tersebut baik melingkupi aspek keamanan maupun efisiensi suatu desain bangunan, tanpa meninggalkan atau bahkan memungkinkan dapat melengkapi atau mengevaluasi peraturan-peraturan standar yang ada. Pada makalah ini, dilakukan studi analisis hazard kegempaan untuk lokasi ditinjau, untuk menjembatani laju pembangunan yang pesat dan potensi aktivitas seismik yang cukup tinggi pada wilayah kota Padang. 2. TINJAUAN SEISMOTEKTONIK Dalam kajiannya tentang resiko gempa, perlu diidentifikasikan secara geologi dan seismologi adanya beberapa zona sumber gempa aktif yang memiliki potensi dan kontribusi seismik signifikan terhadap wilayah kota Padang seperti zona subduksi Sumatera dan zona patahan Semangko. Zona patahan Semangko merupakan jalur patahan yang terbentuk akibat tabrakan lempeng Indo Australia yang bergerak dengan kecepatan relatif 50 hingga 60 mm/tahun terhadap lempeng Eurasia yang relatif diam. Keberadaan patahan ini juga berpotensi untuk menyebabkan sejumlah gempa bumi dangkal yang bersifat merusak. 3. PARAMETER HAZARD KEGEMPAAN Parameter hazard kegempaan dapat menunjukkan aktifitas kegempaan pada suatu wilayah. Sebelum melakukan analisis hazard kegempaan, terlebih dahulu perlu dilakukan evaluasi terhadap seluruh data kejadian gempa yang pernah terjadi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data gempa, 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas,delfebrix@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas, 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas, 61

Pengukuran Respons Spektra Kota Padang Menggunakan Metoda Probabilitas pembuatan model zona sumber gempa, perhitungan b-value dan annual rate, penentuan magnitude maksimum dan slip rate, serta pemilihan fungsi atenuasi. 3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Gempa Data-data kejadian gempa historis diperoleh dari data preliminary National Earthquake Information Centre USGS (NEIC-USGS), International Seismological Centre (ISC) dan EHB (Engdahl, van der Hilst and Buland, 1998) untuk periode 1900-2007. Data-data yang berasal dari katalog gempa tersebut perlu dikoreksi dan diproses dengan menggunakan prinsip-prinsip statistik sebelum digunakan dalam analisis untuk mengurangi bias dan mendapatkan hasil yang optimal. Kejadian gempa dari gabungan katalog tersebut meliputi area mulai 90 o BT hingga 112 o BT dan 10 o LU hingga 8 o LS, dan data gempa lengkap dengan magnitude lebih besar atau sama dengan 5 dengan kedalaman maksimal 200 km, mulai tahun 1973 hingga 2007. 3.2 Zona Sumber Gempa dan Pemodelannya Pada studi ini, zona sumber gempa terbagi atas zona gempa-gempa dangkal dan gempa-gempa dalam di sekitar subduksi Sumatera serta zona seismisitas rendah di daratan pulau Sumatera. Pemodelan zona sumber gempa ditentukan dengan menganalisa sudut penunjaman pertemuan lempeng yang ditujukan untuk memisahkan sumber gempa yang berbeda jenis mekanismenya yang terletak pada area yang sama. Pola penyebaran titik-titik hyposenter gempa disepanjang pola tektonik dapat diperkirakan dengan membagi zona sumber gempa tersebut menjadi beberapa segmen dan mengambil potongan melintang distribusi episenter sumber gempa pada setiap segmen tersebut (Gambar 1.). Parameter a-b didapatkan dari pengelompokan data berdasarkan area sumber gempa dan jenis mekanismenya, dan ditentukan dengan menggunakan model Guttenberg-Richter recurrent relationship (Gutenberg, 1994) dan dengan model Maximum Entropy Principle (Delfebriyadi, 2011) 5 o 0 o -5 o Gambar 1. Sebaran Sumber Gempa Periode 1900-2007 (Dong, 1984) Pada zona gempa-gempa dangkal di sekitar subduksi Sumatera terhitung sejumlah 91 buah kejadian gempa utama dengan M w > 5,0 dalam rentang mulai dari tahun 1973. Kejadian gempa dengan magnitude terbesar (M w 9,0) terjadi wilayah perairan Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 (National Earthquake Information Center, 2005) yang juga menimbulkan gelombang tsunami yang memporak-porandakan wilayah daratan di pesisir pantai wilayah Aceh dan sekitarnya. Nilai ratarata sebesar 0,64 didapatkan untuk memperkirakan b-value pada zona ini. 62 JURNAL REKAYASA SIPIL 95 o 100 o 105 o 110 o

Delfebriyadi, Rudy Ferial, Agasi Yudha Bestolova Untuk zona gempa-gempa dalam di sekitar subduksi Sumatera didapatkan sejumlah 130 buah kejadian gempa utama dengan M w > 5,0 dalam rentang mulai dari tahun 1973. Kejadian gempa dengan magnitude terbesar (M w 7,0) pada rentang tahun pengamatan itu juga terjadi wilayah Aceh pada bulan April 1983. Nilai rata-rata sebesar 1,03 didapatkan untuk memperkirakan b-value pada zona ini (Gambar 2.) Zona patahan Sumatera tidak seproduktif zona subduksi Sumatera dalam menghasilkan gempagempa yang signifikan. Dalam zona ini diperoleh 58 buah kejadian gempa utama dengan M w > 5,0 dalam rentang mulai dari tahun 1973. Nilai magnitude terbesar pada rentang tahun pengamatan itu adalah M w 7,2 dan nilai b-value diperkirakan sebesar 0,75. Permodelan sumber gempa dapat dilihat pada Gambar 3. Cumulative Annual Frequency 1.0E+01 1.0E+00 1.0E-01 1.0E-02 Megathrust Benioff Shallow Crustal 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 magnitude Gambar 2. Frekuensi Kejadian Gempa Kumulatif (Dong, 1984). 95 o 100 o 105 o 5 o 0 o Benioff Megathrust Shallow Crustal -5 o Gambar 3. Pemodelan Sumber Gempa (Dong, 1984) 3.3 Fungsi Atenuasi Beberapa fungsi atenuasi telah dipublikasikan oleh sejumlah peneliti berdasarkan rekaman percepatan gempa yang pernah terjadi dan kondisi site lokasi kajiannya. Fungsi atenuasi yang dipakai pada studi ini adalah persamaan yang dikemukakan oleh Young et al. Untuk jenis sumber gempa pada area subduksi dan persamaan yang dikemukakan oleh Boore et al. Untuk jenis gempa strike slip pada area shallow crustal. VOLUME 7 NO.2, OKTOBER 2011 63

Pengukuran Respons Spektra Kota Padang Menggunakan Metoda Probabilitas 4. ANALISIS HAZARD KEGEMPAAN Analisis hazard kegempaan dimulai dengan mengembangkan model matematik yang akan digunakan untuk memperkirakan kemungkinan kejadian gempa dalam level skala magnitude atau intensitas tertentu pada interval periode ulang untuk suatu daerah tertentu. Analisis ini menghasilkan parameter desain seismik seperti percepatan maksimum dan kecepatan maksimum yang dapat terlampaui untuk probabilitas serta periode ulang tertentu. Pada makalah ini, percepatan gempa di batuan dasar diperoleh dari hasil analisis berdasarkan teori probabilitas total yang dikembangkan oleh McGuire 1976 berdasarkan konsep probabilitas yang diajukan Cornell 1968. Probabilitas bahwa suatu ground motion a melebihi suatu nilai tertentu a* dihitung untuk suatu potensi gempa pada suatu lokasi sumber gempa tertentu dan kemudian dikalikan dengan probabilitas bahwa suatu gempa dengan magnitude tertentu akan terjadi pada lokasi tersebut. Dengan mengasumsikan bahwa magnitude M dan jarak R adalah variabel acak independen yang kontinus, maka probabilitas terlampaui dapat dituliskan dalam bentuk integrasi persamaan berikut : P ( a a*) = P( a a*; m, r) f M f R M R ( m) ( r) drdm dimana : f M = fungsi distribusi dari magnitude. f R = fungsi distribusi dari jarak. P( a a*; m, r) = probabilitas berkondisi dari intensitas a yang sama atau lebih besar dari intensitas a* di suatu lokasi dengan kekuatan gempa M dan jarak sumber R yang diperoleh dari fungsi ateunasi. Jika site yang ditinjau berada dalam suatu daerah dengan beberapa sumber gempa (Ns) dimana setiap sumber memiliki rate untuk threshold magnitude sebesar v = exp[ α β. m maka total kejadian gempa terlampaui untuk daerah tersebut adalah ; o ] λ ( a a*) = Ns i= 1 ν. P( a a*) i Periode ulang dari parameter gerakan tanah terlampaui adalah sebanding dengan perbandingan terbalik dari kejadian gempa tahunan. Logic tree (Gambar 4.) digunakan untuk menentukan pembobotan pada masing-masing parameter yang dipergunakan dan untuk untuk mengatasi nilai ketidak-pastian pada analisis hazard kegempaan dengan menggunakan metode probabilitas. Gambar 6-8. memperlihatkan hasil perhitungan hazard kegempaan berupa total jumlah kejadian gempa bumi tahunan terlampaui rata-rata untuk semua sumber gempa. Gambar 9. memperlihatkan hasil perhitungan hazard kegempaan berupa spektral percepatan (SA) di batuan dasar pada lokasi kajian untuk suatu periode ulang pada beberapa perioda spektral. Untuk periode ulang 500 tahun di wilayah Padang didapatkan peak ground acceleration (PGA) di batuan dasar sebesar 0,30g, SA untuk T= 0,2 detik sebesar 0,69g, dan SA untuk T= 1,0 detik sebesar 0,26g (Gambar 5.). 64 JURNAL REKAYASA SIPIL

Delfebriyadi, Rudy Ferial, Agasi Yudha Bestolova Attenuation function Recurance Model Least Square 0,5 Maximum Magnitude Mmax 1,0 Young 1997 Boore 1997 1,0 Entropy Density 0,5 Mmax 1,0 Gambar 4. Formulasi Logic Tree Untuk Sumber Gempa Subduksi dan Shallow Crustal (Dong, 1984) Gambar 5. Peta Percepatan Maksimum di Batuan Dasar Pada Periode Ulang 500 Tahun di Wilayah Kota Padang (Standar Nasional Indonesia, 2000) Gambar 6. Total Jumlah Kejadian Tahunan Terlampaui Rata-Rata Untuk Periode Spektral 0.0s, 0.2s dan 1.0s Pada Redaman 5% VOLUME 7 NO.2, OKTOBER 2011 65

Pengukuran Respons Spektra Kota Padang Menggunakan Metoda Probabilitas Gambar 7. Kontribusi Kejadian Tahunan di Kota Padang yang Disumbangkan Sumber Gempa Subduksi dan Shallowcrustal untuk Perioda 0,2 Detik, Spektral Percepatan 0,69g Gambar 8. Kontribusi Kejadian Tahunan di Kota Padang yang Disumbangkan Sumber Gempa Subduksi dan Shallow Crustal untuk Perioda 1,0 Detik, Spektral Percepatan 0,26g 66 JURNAL REKAYASA SIPIL

Delfebriyadi, Rudy Ferial, Agasi Yudha Bestolova 1.2 Spektral Percepatan (g) 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 T = 0,0 detik T = 0,2 detik T = 1,0 detik 0 500 1000 1500 2000 2500 Periode Ulang (tahun) Gambar 9. Spektral Percepatan di Batuan Dasar Pada Lokasi Kajian Untuk Periode Ulang Tertentu 5. RESPONS SPEKTRA DI PERMUKAAN TANAH Kondisi tanah lokal diklasifikasikan berdasarkan nilai rata-rata parameter kecepatan gelombang geser (Vs), nilai hasil Tes Penetrasi Standar (N- SPT ) ataupun kuat geser niralir (Su) pada tanah hingga kedalaman 30 m dari permukaan tanah dan dianalisis menurut 3 kelas tanah, yaitu; tanah keras (very dense soil and soft rock), tanah sedang (stiff soil profile) dan tanah lunak (soft soil profile). Respons spektra desain di permukaan tanah diperkirakan berdasarkan faktor amplifikasi yang mengacu pada NEHRP (1997).. Gambar 10. Respons Spektra Percepatan Desain Kota Padang Untuk Periode Ulang 500 Tahun VOLUME 7 NO.2, OKTOBER 2011 67

Pengukuran Respons Spektra Kota Padang Menggunakan Metoda Probabilitas 6. KESIMPULAN Dari hasil analisa hazard kegempaan yang telah dikerjakan, terdapat kenaikan tingkat seismisitas pada wilayah kota Padang jika dibandingkan dengan tingkat seismisitas pada peta gempa SNI 03-1726-2002. Percepatan tanah puncak di lapisan batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun yang disyaratkan oleh SNI 03-1726-2002 untuk wilayah Padang adalah sebesar 0.25g (Gambar 5), sedangkan hasil perhitungan dengan perioda ulang yang sama menunjukkan nilai 0.30g (Gambar 10). DAFTAR KEPUSTAKAAN Boore, D.M., Joyner, W.B., Fumal, T.E., (1997), Equations for estimating horizontal response spectra and peak acceleration from Western North American earthquakes : a summary of recent work, Seismological Research Letters 68, 128 153. Cornell, C. A.,(1968), Engineering seismic risk analysis, Bulletin of theseismological Society of America 58, 1583-1606. Delfebriyadi, (2011), Seismic Hazard Assessment of Padang City Using Probabilistic Method, Asian Transaction on Engineering, Vol. 01(5), 56-62. Dong, W. M., Bao, A. B., Shah, H. C., (1984), Use of Maximum Entropy Principle in Earthquake Recurrence Relationship, Bulletin of the Seimological Society of America, Vol. 74, No. 2, pp. 725-737. Delfebriyadi, (2011), Seismic Hazard Assessment of Padang City Using Probabilistic Method, Asian Transactions on Engineering, Vol. 01, Issue05. Delfebriyadi, (2010), Respons Spektrum Wilayah Kota Padang Untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa, Jurnal TEKNIKA, Universitas Andalas, Vol.1(33), 20-24. Federal Emergency Management Agency, (1997), NEHRP Recommended Provisions for Seismic Regulation for New Buildings and Other Structures, Part 1, Provisions, FEMA 302, Prepared by Building Seismic Safety Council, Washington, DC, 337 p. Gutenberg, B., Richter, C.F., (1944), Frequency of Earthquakes in California, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 34, No. 4, pp. 185 188. McGuire, R., (1976), Fortran Computer Program for Seismic Risk Analysis, Open-File Report 76-67, U.S. Geological Survey. National Earthquake Information Center, (2005), Magnitude 9.0 off the West Coast of Northern Sumatra Sunday December 26, 2004 at 00:58:53 Coordinated Unersal Time, United States Geological Survey, February 15 th,2005 Available_http://earthquake.usgs.gov.eqinthenews/2004/usslav/ Standar Nasional Indonesia, (2002), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002 ), Badan Standardisasi Nasional. 68 JURNAL REKAYASA SIPIL