BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2000 PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

-1- BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH TAHUN 2014

BUPATI PIDIE. 4. Undang-Undang...

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

BAB I PENDAHULUAN. Aceh, pemerintah Aceh telah mengesahkan beberapa Qanun untuk pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM BIDANG AQIDAH, IBADAH DAN SYI AR ISLAM

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

1 1 I 2. 3 I II. Zuhair bin Harb mengabarkan kepadaku dan Jarir juga mengabarkannya dari Suhail, dari Ayahnya, dari ayah Hurairah berkata :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

KEPALA SEKRETARIAT MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

OANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PAKAIAN WANITA TINJAUAN MENURUT ATURAN SYRI AT ISLAM DAN TREND MODE

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pernyataan bahwa manusia adalah makhluk zoonpoliticon 75, yaitu bahwa

QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

Pakaian bersih rapih indah

QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA SABANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 27 TAHUN 2011

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

VARIASI JILBAB DI KALANGAN MAHASISWI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

FATWA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SENI BUDAYA DAN HIBURAN LAINNYA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH ACEH

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA,

{mosimage}pergaulan Berdasarkan Sistem Islam, Bukan Nilai-nilai Barat yang Rusak

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG HASIL MUZAKARAH MASALAH KEAGAMAAN - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG KEWAJIBAN BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 139 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NO 01 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR ULAMA ACEH. Bismillahirrahmanirrahim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM BIDANG AQIDAH, IBADAH DAN SYIAR ISLAM

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BAITUL MAL KABUPATEN ACEH TENGAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG MINUMAN KHAMAR DAN SEJENISNYA

PENGANTAR SISTEM PERGAULAN ISLAM. Suplemen Mata Kuliah Ahwal Syakhsiyyah

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

T A U S H I Y A H MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 06 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 18 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 KEPUTUSAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

PEMAKAI BUSANA MUSLIMAH DAN AKHLAK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 GUNUNG TERANG TULANG BAWANG BARAT TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 134 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

Dalam lalu lalang kesibukan

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Propinsi atau daerah Kabupaten. Bahasa Qanun hanya dipakai di daerah Propinsi Aceh, sedangkan propinsi lain di Indonesia memakai nama Peraturan Daerah (Perda). Setiap Qanun yang dikeluarkan berisikan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing, seperti daerah Aceh yang mempunyai perda (Qanun) yang berbeda dengan Propinsi lainnya. Namun demikian, secara formal keberadaan Syari at Islam baru diakui secara hukum dan dapat diterapkan secara kaffah di Nanggroe Aceh Darussalam, sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaran keistemewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Sejak itulah, dimulailah era baru pelaksanaan hukum Syari at di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dimana sejak saat itu hukum Islam sudah dapat dijadikan hukum positif dan memberi peluang sangat luas untuk melahirkan Qanun-Qanun Syari at yang dapat mengatur setiap sisi kehidupan masyarakat Aceh, baik dalam bidang Ibadah, 1

2 mu amalah/ekonomi, ahwal al-syakhishiyah/ hukum keluarga, jinayah, pidana, zakat dan bidang lainnya. Lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaran keistemewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh tersebut telah menjadi tonggak sejarah bagi pemberlakuan hukum Islam secara kaffah di Indonesia di Indonesia khusunya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dimana undang-undang ini telah memberi peluang kepada masyarakat Aceh, untuk menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif yang berlaku dalam setiap aspek kehidupan. Pada prinsipnya tujuan syari'at Islam yang dijabarkan dalam sejumlah Qanun syari'at di Aceh adalah penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, kehidupan individual, bermasyarakat dan bernegara. Khususnya kandungan utama Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syari'at Islam bidang Akidah, Ibadah dan Syiar Islam berupaya memilah dan mengelaborasi lebih jauh peraturan daerah No. 5/2000 tentang pelaksanaan syari'at Islam. Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syari'at Islam bidang Akidah, Ibadah dan Syiar Islam pada pasal 13 yang berbunyi : 1. Setiap orang Islam wajib berbusana muslim. 2. Pimpinan instansi pemerintah, lembaga pendidikan, badan usaha dan atau institusi masyarakat wajib membudidayakan berbusana muslim dilingkungannya.

3 Penjelasan yang dimaksud Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syari'at Islam bidang Akidah, Ibadah dan Syiar Islam pada pasal 13 adalah : 1. Ayat (1), berbusana Islami adalah pakaian yang menutup aurat yang tidak tembus pandang, dan tidak memperlihatkan bentuk lekuk tubuh. 2. Ayat (2), wajib membudidayakan berbusana Islami, maksudnya bertanggung jawab terhadap pemakaian berbusana Islami oleh pegawai, anak didik atau karyawan (karyawati) di lingkungan masing-masing, termasuk pada saat kegiatan olah raga. Pemerintah Aceh yang mengatur Syari at Islam berbusana muslimah adalah Kantor Syairat Islam, WH (Wilayatul Hisbah), dan MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama). Pemerintah daerah menunjukkan keseriusan dalam penegakan Syari at Islam secara kaffah di Nanggore Aceh Darussalam dengan mengeluarkan peraturan daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2000 tentang pelaksanaan Syari at Islam pada pasal 15 yakni : 1. Ayat (2), Pemerintah Daerah dan institusi masyarakat wajib mencegah dan meniadakan perilaku masyrakat yang tidak sesuai dengan prinsip Syari at Islam. 2. Ayat (3), Setiap muslim dan muslimah wajib berbusana sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam pergaulan masyarakat.

4 3. Ayat (4), setiap pemeluk agama selain agama Islam diharapkan menghormati dan menyesuaikan pakaian/berbusananya sehingga tidak melanggar tatakrama dan kesopanan dalam masyarakat. 4. Ayat (5), para pelancong/wisatawan dari luar daerah/luar negeri supaya dapat menyesuaikan tindakan, legiatan dan berbusananya dengan kehidupan masyarakat Aceh yang Islami. Dasar-dasar hukum Islam yang berhubungan dengan Qanun berbusana muslim terdapat dalam Alqur an surah Al-Ahzab ayat 59, yang artinya : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya kesulurh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Selanjutnya dalam Alqur an surah An-Nur ayat 31 yang artinya: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kesuali yang (biasa) Nampak dari padanya Imam Qurthubi meriwayatkan bahwa, Rasulullah memerintahkan kepada istri-istrinya, anak-anak wanita dan wanita-wanita beriman untuk mengulurkan jilbabnya adalah agar dapat dibedakan antara sifat-sifat wanita jahilyah dengan wanita-wanita muslimah. Disamping itu agar mereka tidak diganggu oleh laki-laki jahil. Di dalam kitab al-muhadzdzab juz 1/64, Imam al-syiraaziy berkata :

5 Hadist yang diriwayatkan dari Abu Said al-khuduriy, bahwasanya Nabi saw berasbda, Aurat laki-laki adalah antara pusat dan lutut. Sedangkan aurat wanita adalah seluruh badannya, kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam kenyataannya, pelaksanaan syari'at di bidang akidah, ibadah dan syiar Islam, khusunya tentang berbusana Islami, menjadi terhambat akibat dari kencenderungan masyarakat mengikuti arus budaya global sebagai identitas dari pergaulan bebas. Mengikuti trend kemajuan zaman yang dalam batas melanggar etika agama, sosial dan budaya. Tidak jarang ditemukan kejadian pendangkalan nilai-nilai agama dan adat budaya dalam berbusana, yang dulunya sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dampak dari itu semua melahirkan generasi yang hampa terhadap nilai-nilai keagaman dan ajaran moral. Kabupaten Aceh Tengah merupakan bagian daerah provinsi Aceh yang ikut melaksanakan bagian dari Penerepan Syari at Islam, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan Syari at Islam Berbusana Muslimah (Studi Kasus Desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah). B. Identifikasi masalah Identifikasi masalah merupakan sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari uraian latar belakang yang akan diteliti dalam lingkup permasalahan yang lebih luas dibandingkan perumusan masalah. Adapun masalah-masalah itu berhubungan dengan peranan Qanun untuk menciptakan ketertiban dalam Syari at

6 Islam (berbusana muslim) bagi kehidupan masyarakat di Desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya sosialisasi pemerintah dalam penerapan Syari at Islam di desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 2. Kurangnya interaksi pemerintah dengan masyarakat dalam penerapan Syari at Islam di desa tersebut. 3. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap peranan Qanun Syari at Islam dalam berbusana muslim. 4. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Qanun Syari at Islam dalam berbusana muslim. 5. Kurangnya upaya pemerintah daerah Aceh Tengah terhadap penerapan Syari at Islam berbusana muslimah di desa Berawang Gading. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar penelitian lebih terarah. Untuk lebih memudahkan penulisan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah sosialisasi pemerintah dalam penerapan Syari at Islam di desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 2. Bagaimana interaksi pemerintah dengan masyarakat dalam penerapan Syari at Islam di desa tersebut.

7 3. Bagaimana upaya pemerintah daerah Aceh Tengah terhadap penerapan Syari at berbusana muslimah di desa Berawang Gading. D. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena perumusan masalah adalah inti dari seluruh permasalahan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu. Dengan demikian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa sajakah sosialisasi pemerintah dalam penerapan Syari at Islam di desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 2. Bagaimana interaksi pemerintah dengan masyarakat dalam penerapan Syari at Islam di desa tersebut. 3. Bagaimana upaya pemerintah daerah Aceh Tengah terhadap penerapan Syari at berbusana muslimah di desa Berawang Gading E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah apa yang secara langsung dan spesifik akan dicapai dan dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah batasan masalah, dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : 1. Memperoleh gambaran faktual mengenai peningkatan kinerja pemerintah terhadap Qanun Syari at Islam (berbusana muslim) dalam masyarakat di desa Berawang Gading. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberlakuan Syari at Islam berbusana muslimah di desa Berawang Gading.

8 3. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah di Aceh Tengah terhadap penerapan Syari at Islam berbusana muslim. F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang ditulis, diperbuat tidak sia-sia. Adapun yang menjadi manfaat penelitian jika tujuan diatas tercapai adalah sebagai berikut : 1. Memberi gambaran dan informasi kepada penulis dan semua pihak tentang upaya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan Syari at Islam berbusana muslimah (studi kasus desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 2. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan pemikiran dalam mewujudkan upaya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan Syari at Islam berbusana muslimah (studi kasus desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat Takengon Kabupaten Aceh Tengah. 4. Hasil penulisan dapat memberikan sumbangan terhadap masyarakat khususnya tentang upaya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan Syari at Islam berbusana muslimah (studi kasus desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah. 5. Memberi pengetahuan bagi peneliti tentang peranan upaya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan Syari at Islam

9 berbusana muslimah (studi kasus desa Berawang Gading Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah.. 6. Sebagai penambah wawasan dann pengetahuan penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah.