PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KAITAN DENGAN WAWASAN KEBANGSAAN 1 Paul Suparno, S.J.

PENGEMBANGAN KARAKTER UNTUK ANAK ZAMAN SEKARANG 1

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

KOMPETENSI GURU 1. Kompetensi Profesional 2. Kompetensi Kepribadian

IMPLEMENTASI SEMANGAT TAREKAT PADA PENDIDIKAN SEKOLAH Pertemuan Koptari, Syantikara, 13 Januari 2017 Paul Suparno, S.J.

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PEMBENTUKAN BANGSA: APLIKASINYA DALAM SEKOLAH 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN ILMUWAN PADA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN INDONESIA KE DEPAN 1 Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

STANDAR UNIVERSITAS DHYANA PURA

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN SIKAP PESERTA DIDIK PADA KURIKULUM

Transkripsi:

1 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK Seminar Pendidikan, SMA Gonzaga, Jakarta, 5 Mei 2012 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Pengantar Tujuan pendidikan adalah untuk membantu orang muda berkembang menjadi manusia yang lebih penuh dan utuh (Driyarkara). Oleh karena manusia itu adalah makluk yang berbadan, berratio, dan berjiwa, maka pendidikan utuh menyangkut pengembangan ratio, hati, fisik. Karena manusia itu makluk social maka pendidikan juga menyangkut sosialitas manusia, budaya manusia. Menurut Sisdiknas, tujuan pendidikan nasional kita juga untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab (2003, pasal 3). Dari sini jelas bahwa yang mau dituju dengan pendidikan adalah agar orang muda Indonesia berkembang menjadi manusia Indonesia yang utuh. Maka pendidikan bukan hanya soal pemberian pengetahuan dan ketrampilan, tetapi mencakup banyak aspek kehidupan termasuk berbudi luhur, tanggungjawab, dan cinta kepada bangsa Indonesia. Dengan kata lain, pendidikan karakter, juga menjadi bagian dari seluruh pendidikan nasional kita. Kita semua setuju bahwa di sekolah diberikan pendidikan karakter. Persoalannya adalah bagaimana pendidikan karakter itu mau dikembangkan, dibantukan kepada peseta didik kita! Bagaimana pendidikan karakter dapat diberikan secara efektif dan efisien? Isi Pendidikan Karakter Bangsa Mengenai isi pendidikan karakter bangsa, meski belum ada konsensus bersama sampai hari ini, namun kebanyakan dari kita dapat menangkap garis besar isi dari pendidikan karakter. Kemdikbud sudah memberikan rambu-rambu dengan 18 nilai karakter bangsa yang seyogyanya diberikan di sekolah dasar dan menengah. Beberapa sekolah Yayasan karena adanya tambahan nilai khusus, dapat menambahkan juga beberapa nilai itu. Yang jelas beberapa nilai berikut mudah diterima sebagai salah satu bagian dari nilai karakter bangsa yang mau dibantukan pada siswa antara lain: kejujuran, toleransi, penghargaan pada pribadi manusia, cinta pada tanah air, daya tahan dalam hidup, disiplin, ketekunan, peka pada kebutuhan orang lain, adil kepada orang lain, taat pada hukum, dan punya daya saing.

2 Bagaimana Nilai Karakter Ini Disampaikan Ada banyak cara menyampaikan nilai karakter yang ada di atas. Beberapa cara itu dapat dikelompokkan menjadi dua: 1. Dari segi penyampaian Dari segi penyampaian dapat dilihat beberapa bentuk yaitu: Diajarkan secara lisan dalam pelajaran. Guru menerangkan kepada siswa nilai nilai karakter bangsa yang harus diterima dan dikembangkan dalam hidup. Dilatihkan lewat pelatihan maupun live in. Siswa dimasukkan dalam lingkungan dimana nilai karakter itu ada dan terjadi. Siswa dapat melihat, melakukan dan mengalami. Misalnya, nilai kerjasama dilatih dengan melakukan tugas bersama dalam perbedaan. Nilai menghargai orang lain dilatihkan dengan live in di daerah yang berbeda. Lewat teladan hidup guru. Guru melakukan nilai-nilai itu dan siswa dapat meniru atau meneladannya Misalnya, nilai kejujuran dilatihkan dengan guru sendiri berlaku jujur kepada siswa sehingga siswa dapat meniru. Karena guru saling memperhatikan, maka siswa juga belajar saling memperhatikan orang lain. Lewat adanya peraturan dan penciptaan suasaan sekolah. Misalnya, tentang kejujuran: banyak tulisan, petunjuk tentang nilai itu dan juga suasana sekolah diatur dengan nilai kejujuran bagi siapapun. 2. Dari segi siapa yang menyampaikan Dari segi siapa yang menyampaikan, dapat dilihat adanya beberapa praktek berikut: Guru mata pelajaran karakter. Ada satu guru yang memang mengajarkan nilai karakter bangsa. Seperti guru PPKN atau guru agama. Dalam hal ini hanya guru pelajaran itu yang bertanggungjawab, sedangkan yang lain tidak. Bila ada nilai karakter yang tidak baik, guru inilah yang disalahkan. Jelas hal ini tidak adil karena semua guru ikut dalam proses pendidikan. Guru-guru bidang nilai seperti agama, PPKN, Pancasila, dan sejarah. Kelompok guru ini yang diserahi mengajarkan nilai karakter. Sekali lagi cara ini juga menjadikan guru lain tidak ikut tanggungjawab dalam pendidikan nilai. Semua guru. Setiap guru lewat pelajarannya masing-masing mengajarkan nilai karakter bangsa. Ini jelas lebih baik karena semua guru dilibatkan dalam mengajarkan nilai. Semua pendidik di sekolah (yayasan, kepsek, pegawai, guru) dilibatkan dalam pendidikan karakter. Jelas ini jauh lebih baik karena semua pihak dilibatkan. Karyawan pun dapat dilibatkan dan bahkan dalam kenyataan dapat lebih dihargai anak-anak. Gabungan seluruh pendidik dan orang tua. Dalam hal ini orang tua selalu diajak untuk ikut serta dalam penanaman nilai.

3 Yang ideal sebenarnya masyarakat sekitar juga ikut mendukung dengan menciptakan suasana yang sesuai. Perlunya Pendekatan Holistik Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang menyeluruh, dimana semua pihak dilibatkan dan juga cara penyajiannya menggunakan berbagai cara yang dapat saling menunjang. Secara umum itu berarti: 1. Semua orang dalam lingkup pendidikan dilibatkan. Semua ikut bertangungjawab dalam pendidikan karakter di sekolah. a. Semua guru dan karyawan ikut dilibatkan dalam pendidikan karakter. Guru dapat ikut menanamkan nilai itu lewat pelajaran masing-masing dan lewat keteladanan hidup mereka. Karyawan ikut menyampaikan nilai lewat pelayanannya kepada siswa dan tingkah lakunya pada siswa dan pada sesama warga sekolah. Misalnya, karakter kejujuran, guru menyampaikan lewat semua bidangnya dan karyawan lewat pelayanannya. b. Yayasan dan kepala sekolah juga terlibat dalam penanaman nilai itu. Ini berarti kepsek dan juga yayasan perlu mengembangkan nilai kejujuran dalam pengelolaan pendidikan yang ada. c. Lingkungan sekolah diatur dengan semangat kejujuran. Maka semua peraturan yang ada, ditinjau apakah sesuai dengan semangat kejujuran atau tidak; semua kegiatan dalam sekolah diatur apakah memang memuat nilai kejujuran atau tidak. d. Orang tua juga dilibatkan dalam mengembangkan nilai kejujuruan di rumah. Semua nilai yang dikembangkan di sekolah juga diberitahukan pada orang tua di rumah agar orang tua juga memantau dan ikut menekankan nilai itu. 2. Pelatihan lewat kegiatan kokurikuler dan juga ekstrakurikuler. Nilai-nilai karakter karena menyangkut sikap kehidupan, akan lebih dialami dan mudah dicerna oleh siswa bila hal itu juga dilakukan lewat kegiatan non kurikuler dan ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan misalnya: a. Live in. Banyak nilai seperti kerjasama, kedisiplinan, kejujuran, kepekaan pada orang lain, kebangsaan, dapat lebih dicerna dan menggerakkan siswa lewat kegiatan di luar sekolah seperti live in. Misalnya, anak akan belajar menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, justru dari pengalaman hidup bersama dengan keluarga dan lingkungan yang bernilai lain. Pengalaman siswa yang live in di desa, di pesantren, merasakan bagaimana mereka diterima, sehingga mereka juga belajar menerima dan tidak apiori kepada orang lain. b. Pelatihan-pelatihan. Kerjasama dalam pelatihan dengan tugas tertentu menjadikan siswa lebih bersaudara dan saling membantu.

4 c. Kegiatan seni, yang banyak memuat nilai karakter seperti tari, koor, main musik, olah raga bersama, menjadi kegiatan yang dapat menanamkan nilai. d. Outbound dapat digunakan dalam melatih sikap disiplin dan daya tahan dalam menghadapi tantangan. 3. Perlunya refleksi. Pengalaman dan live in yang begitu baik, agar semakin dirasakan manfaatnya dan maksudnya, diperlukan refleksi. Siswa perlu dibantu oleh guru, bagaimana memetik pengalaman yang telah dilakukan. Refleksi berarti mengajak siswa melihat nilai apa yang dapat diambil dari pengalaman itu, apa gunanya bagi hidupnya dan hidup orang lain. Disini peran guru sangat penting, sehingga pengalaman yang baik itu tidak hilang begitu saja. Perencanaan yang Menyeluruh Sangat jelas bahwa pendekatan yang holistik itu perlu direncanakan secara matang oleh sekolah dengan menyertakan semua pihak yang terkait. Perencanaan itu menyangkuat antara lain: 1. Nilai karakter mana yang sungguh mau ditekankan dalam sekolah itu? 2. Pendekatan apa saja yang dalam kerangka kurikulum 3 tahun akan digunakan dan bagaimana pelaksanaan pendekatan itu? 3. Bagaimana setiap pihak dilibatkan, apa tugasnya dan bagaimana harus dilakukan dengan segala pengaturan waktunya. 4. Bagaimana kegiatan dan juga pelaksanaan kurikulum itu dianalisa dan dievaluasi apakah jalan atau tidak. 5. Perlu program keseluruhan itu dievaluasi dan direvisi dengan situasi yang berbeda, sehingga selalu berdampak positif. Mengapa Pendekatan Holistik Diperlukan Mengapa pendekatan holistik dalam pendidikan karakter diperlukan? Ada banyak alasan yang mendukungnya antara lain: 1. Setiap anak mempunyai inteligensi yang berbeda menurut teori multiple intelligences. Berarti setiap anak dalam belajar pendidikan karakter juga mempunyai cara-cara dan daya menangkap yang berbeda, maka diperlukan pendekatan yang lebih multi cara, bukan hanya satu cara. 2. Setiap anak adalah pribadi yang punya latar belakang, kelemahan, keunggulan, dan juga cara hidup yang dapat berbeda. Hal ini menuntut bahwa dalam penanaman nilai karakter juga berbeda-beda. 3. Siapa yang dapat menyentuh anak pun berbeda-beda. Ada yang lebih mudah disentuh guru, ada yang mudah disentuh karyawan, ada yang lebih mudah disentuh orang tua, ada yang lebih mudah disentuh kepala sekolah, dll. Maka mereka ini digunakan agar setiap anak dapat tersenuh dengan nilai itu.

5 4. Anak adalah misteri, yang dalam perkembangan ternyata dapat berkembang dengan berbagai cara. Maka model pendekatan pun perlu menggunakan berbagai cara, yang multi aspek. Akibatnya pendekatan holistik lebih perlu demi semua anak terbantu. 5. Menurut teori pendidikan, belajar nilai lebih bergema dengan pelatihan dan pengalaman dari pada dengan omongan. Maka bila biasanya pendidikan karakter disampaikan dengan ceramah, perlu dilengkapi dengan pelatihan dan penciptaan pengalaman yang mendukung. 6. Anak akan lebih menghayati secara mendalam bila mereka sendiri mengolah atau mempelajari bahan itu sendiri. Maka model pengalaman perlu mendapatkan prioritas. Kesimpulan Pendekatan holistik di jaman sekarang diperlukan dalam penanaman nilai karakter bangsa karena situasi anak yang lebih bervariasi dan juga berlatar belakang macam-macam. Pendekaan holistik perlu disiapkan oleh sekolah dengan melibatkan semua pihak yang terkait. Pendekatan holistik menuntut keterlibatan semua pihak dan kerelaan semua pihak. Menuntut tanggungjawab kepada semua pendidik. Pendekatan ini memerlukan kerjasama yang sinergis dari seluruh warga pendidikan di sekolah.