I. PENDAHULUAN. Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

Pranata Pembangunan Pertemuan 14 Penertiban Kaki lima

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pasar Smep merupakan salah satu pasar tradisional yang sudah dikenal oleh

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

I. PENDAHULUAN. barang-barang untuk memenuhi kebutuhan pokok harian, pasar juga memiliki

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penulis akan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah, serta reputasinya sebagai

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DALAM DAERAH KOTA TERNATE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini karena aktivitas ekonomi semacam ini menjadi tempat di mana masyarakat

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas merupakan salah satu masalah publik yang sulit diatasi. Salah satu

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENT ANG PUSAT PERDAGANGAN KAKI LIMA (PPKL) KOTA MOJOKERTO

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau. barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar sebagai arena atau suatu tempat pertukaran baik dalam bentuk fisik sebagai tempat perkumpulan atau bertemunya para penjual dan pembeli, maupun yang tidak berbentuk fisik yang memungkinkan terlaksananya pertukaran. Menurut Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Retribusi Daerah : Pasar adalah suatu lahan pada lokasi yang ditentukan oleh Walikota Bandar Lampung tanpa atau dengan bangunan-bangunan dalam batasbatas tertentu dan dipergunakan para penjual dan pembeli sebagai tempat berjual beli dan atau melakukan pekerjaan jasa secara langsung atau tidak langsung dalam suatu sistem pengelolaan baik oleh Pemerintah Daerah maupun pihak ketiga atau kerjasama keduanya. Penyediaan dan pengelolaan Pasar di Kota Bandar Lampung merupakan wewenang Dinas Pengelolaan Pasar. Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 18 Tahun 2006 tentang Susunan Organisasi dan tata kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung dan menurut Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Retribusi Pasar maka tugas pokok Dinas Pengelolaan Pasar adalah lembaga yang menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah kota dibidang pengelolaan Pasar dan Pembangunan Pasar percontohan kelurahan, penyediaan tempat usaha bagi

2 pedagang informal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota Bandar Lampung. Salah satu masalah pokok yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung adalah masalah Pedagang Kaki Lima. Pedagang Kaki Lima merupakan jenis pekerjaan yang relatif khas dalam sektor informal di daerah perkotaan. Pedagang Kaki Lima tidak saja merupakan tumpuan bagi sebagian orang, tetapi juga telah menjadi suatu komponen dalam masyarakat karena warga kota mendapatkan kemudahan di dalam memenuhi kebutuhannya. Pada sisi lain Pedagang Kaki Lima telah menjadi fenomena sosial yang merupakan bagian pertumbuhan masyarakat. Pedagang Kaki Lima termasuk ke dalam lapangan pekerjaan sektor informal yang unit usaha kecil di dalam produksi dan distribusi barang-barang, dan yang memasuki sektor ini bertujuan untuk mencari kesempatan kerja pendapatan dan memperoleh keuntungan yang besar. Pedagang Kaki Lima sebagai salah satu aktivitas sektor informal selama ini kurang terorganisir dan sering dianggap mengganggu. Padahal di lain pihak pembangunan kota memerlukan penertiban bagi berbagai kegiatan masyarakat. Mengingat usaha ini tumbuh di beberapa lokasi dan sering menimbulkan masalah bagi ketertiban kota, maka penataan lokasi Pedagang Kaki Lima memerlukan keterpaduan pengembangan.

3 Pedagang Kaki Lima menjual barang dagangannya dengan berbagai sarana, yaitu : kios, tenda dan secara gelar. Pedagang-pedagang ini relatif lebih bebas menentukan waktu berjualannya karena tidak menduduki tempat-tempat dengan peruntukan lain, sehingga tidak mengenal batas waktu usaha. Kemudian, pedagang kaki lima yang berjualan dengan tenda menggunakan meja atau rak dengan waktu berjualan yang dibatasi oleh petugas lokal, seperti aparat pemerintah kota, pengelola pasar dan sebagainya. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Rabu tanggal Satu Tahun Dua Ribu Sebelas di berbagai pasar yang ada di Kota Bandar Lampung seperti Pasar Smep, Pasar Pasir Gintung dan Pasar Bambu Kuning diketahui bahwa 1. Aktifitas Pedagang Kaki Lima terdiri dari berbagai jenis dan beraneka ragam barang dagangan yang diperjualbelikan dan jasa yang ditawarkan. 2. Munculnya Pedagang Kaki Lima menimbulkan permasalahan baru dalam ketertiban kota. Hal tersebut terjadi karena Pedagang Kaki Lima berjualan terkadang tidak pada tempat yang telah ditetapkan. Terlebih lagi sering menggunakan badan jalan dan tempat pejalan kaki. 3. Dampak hal tersebut ada beberapa hal, yakni : kemacetan di kawasan sekitar pasar, tata letak yang tidak teratur dan kios-kios menjadi tidak terkontrol dikarenakan tindakan yang semaunya. Berdasarkan hasil observasi peneliti di atas maka peneliti berkeyakinan jika saja dilakukan pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima di Kota Bandar Lampung bukan tidak mungkin akan menjadikan perekonomian skala mikro menjadi lebih baik.

4 Pedagang Kaki Lima bila tidak dibina dan diawasi akan menimbulkan masalah dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Walaupun, terdapat dampak negatif dari keberadaan Pedagang Kaki Lima namun di sisi lain jika Pedagang Kaki Lima merupakan potensi yang tidak bisa diabaikan sebagai salah satu sumber pendapatan asli bagi daerah. Pembinaan apabila dilakukan dengan baik maka akan mampu mewujudkan pedagang kaki lima yang seimbang, serasi dan selaras. Seperti yang apa yang dikemukakan oleh Hidayat (1981:37) sebagai berikut : Guna mewujudkan adanya pedagang kaki lima yang seimbang, serasi dan selaras dengan pembangunan, maka tujuan pembinaan adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan adanya tertib lingkungan yang serasi yang meliputi penertiban umum dan kebersihan lingkungan. 2. Terwujudnya lokasi tempat usaha bagi pedagang kaki lima yang sesuai dengan peruntukan tata ruang dan perencanaan kota. 3. Berfungsinya sarana kelengkapan kota agar sesuai dengan fungsinya. 4. Tumbuhnya wirausaha yang tangguh, mandiri dan kuat. 5. Terpenuhinya kebutuhan pembeli/masyarakat sesuai dengan pertumbuhan kota dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Untuk itu, pembinaan harus dilakukan guna perbaikan penataan Pedagang Kaki Lima ke depan. Penelitian ini akan dilakukan di Pasar Bambu Kuning. Alasan peneliti menggunakan Pasar Bambu Kuning menjadi lokasi penelitian dikarenakan pasar tersebut terletak di tengah kota. Selain itu, pembinaan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung di lokasi tersebut berulang kali dilakukan namun tidak membuat membuat penataan pasar menjadi lebih baik tapi baru bergerak ke

5 arah lebih baik sehingga dapat diketahui hambatan-hambatan dalam pembinaan pasar. Hasil observasi yang dilakukan di Pasar Bambu Kuning pada hari Senin Tanggal Satu Tahun Dua Ribu Sebelas didapat bahwa Pedagang Kaki Lima mengelilingi kawasan pusat perdagangan di Pasar Bambu Kuning dengan posisi yang tidak beraturan, sebagian menghadap ke jalan dan sebagian menghadap trotoar sehingga terlihat ketidakteraturan disekitar Pasar Bambu Kuning. Selain itu, menimbulkan kemacetan arus lalu lintas khususnya kemacetan di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Kartini. Pedagang Kaki Lima juga banyak yang menempati badan jalan, bahu jalan dan trotoar. Selanjutnya, keberadaan angkutan plat hitam dan ojek semakin membuat sempit jalan karena kapasitas jalan menurun dan terganggunya aktivitas lain seperti para pejalan kaki. Jika mengacu pada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam Pasal 16 yang berbunyi Larangan mempergunakan jalan umum atau trotoar dan pada teras bangunan pertokoan bangunan pasar yang menghadap jalan umum untuk pedagang kaki lima atau usaha lainnya kecuali pada tempat-tempat yang ditentukan atau ditujukan oleh Walikota. Hasil observasi tersebut sangat bertentangan dengan peraturan daerah tersebut. Untuk itu, pembinaan pedagang kaki lima harus segera dilakukan agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat segera teratasi.

6 Pembinaan Pedagang Kaki Lima ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pedagang terhadap pelaksanan peraturan daerah yang berlaku serta kebijakan teknis yang dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung dibidang pengelolaan pasar dan perpasaran. Berpijak pada uraian di atas, penulis tertarik untuk mengamati lebih lanjut pelaksanaan pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima dalam rangka penataan pasar dan juga ingin mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima dan akan dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul Efektivitas Pembinaan Dinas Pengelolaan Pasar Terhadap Pedagang Kaki Lima di Kota Bandar Lampung (Studi Pada Pasar Bambu Kuning). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Efektif atau tidaknya pembinaan Dinas Pengelola Pasar terhadap Pedagang Kaki Lima Pasar Bambu Kuning? 2. Apa saja hambatan yang dihadapi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan Pedagang Kaki Lima Pasar Bambu Kuning?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektif Atau Tidaknya pembinaan Dinas Pengelolaan Pasar Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Kota Bandar Lampung serta mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan pembinaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Bambu Kuning. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini merupakan salah satu kajian Manajemen Pemerintahan, khususnya Manajemen Pelayanan Publik. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pengelolaan Pasar dalam pembinaan Pedagang Kaki Lima.