VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

III. METODE PENELITIAN. koordinasi antara Polisi Lalu Lintas dengan Dinas Perhubungan dan Satuan

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. tersebut dapat menjadi landasan untuk menilai bagaimana Fungsi Terminal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

RENCANA AKSI TAHUN 2017 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BLITAR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BALIKPAPAN

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

I. PENDAHULUAN. kewenangan dan kekuasaan yang legal (formal) dengan adanya kualitas keahlian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

JURNAL. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TERTIB LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLISI PAMONG PRAJA. mempunyai arti khusus yang cukup strategis, karena tugas-tugasnya membantu

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

I. PENDAHULUAN. pemerintah dalam era otonomi daerah seperti saat ini. Hal tersebut disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seseorang yang menempati posisi di dalam status sosial (Margono Slamet, 1995: 15).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas merupakan salah satu masalah publik yang sulit diatasi. Salah satu

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada


BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik berbasis e-government di Indonesia belum banyak

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III Analisa Penyebab Ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Konservasi Kota Cimahi

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V PENUTUP. merupakan bentuk dari deformasi struktur peran Negara dalam mengatasi kongesti

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Pengemis di Kota Bandar Lampung. peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

PEDOMAN WAWANCARA. Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEMERINTAH KOTA MADIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan senjata api di Satuan

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

DATA PROFIL SKPD. 8 VISI Terwujudnya Keamanan dan Ketertiban serta Penegakan Perda dan Program Kebijakan Kepala Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

87 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai koordinasi antara polisi lalu lintas, dinas perhubungan dan satuan polisi pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh ketiga instansi pemerintah belum maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari 5 (lima) indikator koordinasi, yaitu: 1. Komunikasi Komunikasi yang sudah dilakukan polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja dalam berkoordinasi sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat bahwa masing-masing instansi bekerja pada bidangnya sendiri namun tetap berkoordinasi. Pemakaian Handy Talkie pada setiap petugas pelaksana cukup efektif dan efisien untuk memberitahu tentang keadaan lalu lintas yang tengah terjadi. Selain itu, polresta juga mempunyai teknologi informasi lainnya yaitu CCTV yang terdapat di berbagai jalan yaitu Bundaran Tugu Adipura, Bundaran Kantor Walikota Bandar Lampung, dan Bundaran Hajimena. 2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi Kesadaran akan pentingnya koordinasi yang dilakukan polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja bisa dikatakan masih

88 kurang baik. Terbukti dengan masih banyaknya daerah-daerah kemacetan yang terjadi, walaupun saat ini sudah dibangun jembatan layang atau fly over untuk mengurangi laju kendaraan yang melintas. Oleh karena itu kesadaran akan pentingnya koordinasi memang perlu dipahami oleh masing-masing pelaksana koordinasi agar lebih bekerja sama memecahkan masalah kemacetan lalu lintas yang ada. Selain itu, masih banyak pelaksana koordinasi yang belum taat dalam menjalankan tugas misalnya datang terlambat atau tidak hadir pada saat jam-jam sibuk yang rawan dengan daerah kemacetan. Sejauh ini pun, belum dibuat aturan tertulis untuk kerjasama antar instansi. 3. Kompetensi Partisipan Penulis dapat menyimpulkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja sudah berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman Polisi Lalu lintas dan Dinas Perhubungan. Kedua instansi tersebut sudah cukup lama bekerja sama, sedangkan Satuan Polisi Pamong Praja memang masih baru. Meski begitu, sejauh ini Satuan Polisi Pamong Praja sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan maksimal. Adanya pejabat berwenang dan orang yang ahli dalam bidangnya juga terlibat dapat mendukung terciptanya koordinasi yang baik. 4. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi Penulis dapat menyimpulkan bahwa kesepakatan dan komitmen dalam koordinasi yang dilakukan polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan

89 polisi pamong praja belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa sejauh ini banyak pelaksana koordinasi yang tidak aktif di lapangan namun tidak ada sanksi tegas dan hanya berupa teguran lisan. Kooordinasi yang baik yaitu dibangun dengan kesepakatan dan komitmen terhadap aparat pemerintah terkait. Ini adalah menyangkut masalah perilaku pelaksana koordinasi yang kurang baik melakukan koordinasi antar instansi pemerintah. 5. Kontinuitas Perencanaan Kontinuitas perencanaan dalam berkoordinasi yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja belum cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing instansi pemerintah (polantas, dishub, dan satpol pp) belum memiliki perencanaan lain selain koordinasi jika masalah koordinasi tidak terpecahkan. Koordinasi antar instansi terkait di bidang perencanaan belum dapat terlaksana sebagaimana mestinya, walaupun dalam hal identifikasi kaitan instansi, menentukan urutan kegiatan setiap instansi, dan menentukan kegiatan mana yang sama dengan instansi lain telah dilaksanakan. B. Saran Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan terkait koordinasi antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut:

90 1. Kesadaran Pentingnya Koordinasi - Alangkah baiknya suatu koordinasi dapat berjalan baik apabila dilandasi dengan kesadaran oleh masing-masing pelaksana koordinasi dan bukan hanya sekedar menjalankan tugas pokok dan fungsi saja. Karena jika pelaksana tersebut memiliki kesadaran, maka akan dengan sendirinya dan sepenuh hati dan menertibkan lalu lintas. - Lebih ditingkatkan lagi peranan dalam mengatur lalu lintas. Misalnya dengan saling mengisi tugas dan fungsi masing-masing instansi. - Agar menaikkan insentif pelaksana koordinasi, agar pelaksana koordinasi tersebut diharapkan lebih semangat dan bertanggungjawab. 2. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi - Mengingat pelaksana koordinasi tidak memiliki kesadaran tentang pentingnya berkoordinasi, maka bisa dikatakan tidak berkomitmen walaupun sudah ada kesepakatan sebelumnya. Seharusnya pelaksana koordinasi dapat berkomitmen dengan aktif dan tanggap pada saat dibutuhkan, misalnya pada saat traffic lights mati, adanya kecelakaan, dan datang tepat waktu disaat jam-jam sibuk. - Harus ada aturan tertulis untuk mendukung koordinasi atau kerjasama yang baik antar instansi dalam pengaturan lalu lintas, agar para pelaksana koordinasi dapat menjalankan tugas dan fungsi dengan baik. 3. Kontinuitas Perencanaan - Sebaiknya instansi-instansi yang terlibat mempunyai perencanaan kedepan apabila koordinasi ini tidak bisa mendapatkan hasil yang signifikan. Bukan

91 hanya menunggu dan membiarkan keadaan jalanan kota yang semakin hari semakin parah. - Perlu ditingkatkan lagi pendidikan akan kesadaran lalu lintas dan juga penegakan aturan yang tegas bagi masyarakat yang melanggar oleh polisi lalu lintas. - Perlunya penambahan jumlah personil dari Polisi Lalu Lintas yang ada saat ini. - Mengingat kondisi jalanan yang semakin dipadati oleh kendaraan, sebaiknya pemerintah berperan aktif dalam membatasi permintaan masuknya kendaraan-kendaraan ke Kota Bandar Lampung. - Rapat koordinasi yang sudah ada sebaiknya dijalankan lebih efektif. - Dinas Perhubungan harus benar dalam menentukan letak-letak penempatan traffic lights juga dalam menentukan warna lampu yang berkedip harus seimbang. - Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja perlu ditingkatkan lagi, terutama dalam penertiban PKL, pengamen, dan pengemis. - Ketiga instansi harus mempunyai kerangka acuan kerja atau konsep teori tentang Pengaturan Lalu Lintas yang bertujuan untuk membandingkan hal apa yang sudah atau belum dilakukan oleh ketiga instansi tersebut.